Mengantuk

Lea yang mendengar aku berbicara cukup kencang padanya dia langsung saja membekap mulutku dengan tangannya itu sambil mengisyaratkan kepadaku agar diam dan aku langsung saja mengangguk kepadanya karena aku tidak ingin Lea terus saja membekap mulutku seperti itu, jika lama kelamaan aku terus di bekap olehnya bisa-bisa aku akan mati kehabisan nafas.

"Hua..hah...hah...hah... Lea apa kau gila ya? Kenapa kau malah membekap mulutku, aishh mana tanganku itu aahhh bau sekali!" Gerutuku sangat kesal sambil terus membersihkan mulutku dengan tisyu.

"Siapa suruh kau malah berteriak sekencang itu, sudahlah sana kamu pergi jangan banyak bicara aku menonton film juga demi pembelajaran karena aku ada pertunjukan teater nanti, jadi aku harus mencari inspirasi lewat menonton film" balas Lea kepadaku.

Aku sama sekali tidak mempercayai ucapannya itu, karena aku tahu jelas Lea itu masuk ke jurusan Matematika, sehingga tidak mungkin ada hubungannya dengan teater dan drama seperti itu, jika pun ada sudah pasti akan mengenai perhitungan atau pembelajaran formal lainnya bukan darama romantis seperti itu, dia terus saja tersenyum sendiri sambil menonton film tersebut aku sungguh tidak habis pikir dengan kelakuannya.

"Lea....kau itu anak pertama yang selalu di utamakan oleh ibu dan ayah, sebaiknya kau belajar yang rajin dan harus menggapai cita-citamu untuk menjadi dosen matematika kau harus menjadi ahlinya dengan begitu ibu dan ayah akan bangga padamu dan mereka tidak akan sia-sia membelikan laptop untukmu sampai mereka tidak jadi membelikan aku sepatu, padahal sepatuku sudah buluk" ucapku berbicara memperingatinya.

Bukannya menerima nasihat denganku dengan lapang dada dan cara lain yang baik, Lea justru malah melemparkan bantal dan selimut ke arahku sambil menyuruh aku untuk segera tidur saat itu, padahal aku masih belum mengantuk sama sekali, aku juga belum menyelesaikan tugas sekolahku jadi tentu aku tidak akan langsung tidur malam ini.

"Aishh...sudahlah tangkap ini buk....sebaiknya kau tidak ikut campur dengan urusanku, memangnya kau itu tahu apa? Kau saja belajar sama sekali tidak pernah mendapatkan ranking satu, selalu saja menjadi yang ke dua atau ketiga dari bawah, kau yang seharusnya belajar rajin bukan aku" balas Lea kepadaku.

Apa yang dikatakan olehnya memang benar, aku tidak sepandai dirinya, namun bukan berarti aku malas belajar, aku hanya tidak mendapatkan karunia seperti dirinya yang memiliki otak cerdas sejak lahir, sehingga dia mungkin saja mudah memahami semua pelajaran di sekolah tetapi aku selalu kesulitan untuk mempelajarinya apalagi memahami semuanya seorang diri.

"Aishh....aku sudah tiga ke tiga dan kedua lagi tadi ke sepuluh dari bawah, aku sedang membuat kenaikan yang cukup besar, kenapa kau terus mengejek aku seperti itu" balasku kepadanya dengan sedikit kesal,

"Sudah sebaiknya kau tidur, dan bermimpi saja dalam tidurmu itu, semoga kau bisa menjadi apa yang kau inginkan" balas Lea kepadaku.

Aku sama sekali tidak perduli mimpinya ingin menjadi seorang seniman, karena aku sangat senang melukis, mungkin aku tidak pandai dalam pelajaran di sekolah tetapi aku cukup pandai dalam melukis bahkan karya lukisanku sering aku jual di pinggir jalan dan kerap kali ada orang yang mau membelinya meskipun harganya tidak semahal harga lukisan orang-orang yang profesional, tapi setidaknya dengan begitu sudah menunjukkan bahwa karya tulis ku pantas untuk di pajang dan banyak orang yang menyukainya, anak-anak di kelasku terkadang suka memintaku melukiskan dirinya dan merendahkan sering memberi aku upah untuk hasil yang bagus, itu yang membuat aku bisa mengisi celengan milikku selama ini, menjual hasil kerja diriku sendiri tentu saja semua itu aku lakukan tanpa sepengetahuan ayah dan ibuku.

Selama ini ayah dan ibu juga Lea dan Wili mereka hanya tahu bahwa aku pemalas yang selalu menghabiskan banyak waktu dan uang untuk melukis, membeli alat lukis juga selalu saja membeli cat akrilik dengan harga yang cukup mahal, tetapi walau begitu aku juga tidak pernah meminta uang dari mereka semua untuk membeli semua itu sebab aku selalu membelinya dengan uang yang aku punya.

Entah hasil dari menjual lukisan ataupun uang jajan dari ibu yang selalu aku sisihkan, sengaja aku jarang pergi jajan di kantin hanya untuk menyimpan semua uangku agar aku bisa terus mengembangkan hobiku sendiri karena selain hobi itu juga mimpi terbesarku saat ini juga sejak aku kecil dan selamanya.

Aku sudah tidak memperdulikan lagi masalah Lea malam ini dan terus saja mulai belajar mengisi soal tugas rumah yang di berikan oleh guruku, meski tugasnya ini adalah pelajaran biologi tapi aku tetap saja tidak mengerti apapun, aku hanya menjawabnya sesuai dengan apa yang ada di buku, ya aku menconteknya karena aku sama sekali tidak ingat apapun.

"Aahhh...kenapa guru malah memberikan soal tugas rumah sesusah ini sih, harusnya kan mereka memberikan tugas yang mudah dan yang sulit biar mereka terangkan di kelas kenapa ini malah sebaliknya, apa gurunya itu gila?" Gerutuku cukup keras sambil terus saja mengetuk-ngetuk buku tulis ku dengan pensil yang aku pegang saat itu.

Aku sudah meminta bantuan pada Lea dan mencoba untuk membujuk dia agar mau membantu aku dalam mengerjakan tugas sekolahku saat itu, namun sayangnya dia yang terlalu fokus dengan drama romantis yang dia tonton terus saja tidak bisa aku ganggu sedikitpun, itu cukup menjengkelkan bagiku dan rasanya aku ingin menjambak rambut panjangnya itu.

"Lea....bisakah kau membantuku menyelesaikan tugas ini, tugasnya cukup sulit untuk otakku yang setengah ini, kau kan pandai kau pasti bisa menyelesaikannya bukan?" Ucapku kepadanya saat itu.

"Hah...apa? Kau mau meminta bantuanmu setelah barusan kau sok... Sokan menceramahi aku, tidak akan...aku tidak akan membantu adik sepertimu, kau kerjakan saja sendiri, itukan tugas sekolahmu, kenapa juga aku yang harus menyelesaikannya," balas Lea sambil kembali fokus pada laptop di hadapannya lagi,

"Lea apa kau sama sekali tidak merasa kasihan pada adikmu ini, ayolah Lea hanya kali ini saja, biasanya kau juga tidak ada di rumah kan, aku sungguh kesulitan mengisinya, ayo Lea setidaknya bantu aku mengerjakan beberapa soal tidak semuanya juga tidak masalah" balasku masih berusaha untuk membujuknya.

Tapi semua sia-sia saja sebab Lea malah memakai earphone di telinganya dan dia benar-benar tidak menoleh ke arahku lagi, sehingga aku hanya bisa menggerutu kesal seorang diri sambil terus saja menepuk-nepuk buku tugasku itu.

"Aishh....kenapa semua orang tidak ada yang bisa membantuku sih....sial...sial...sial...buk...buk..buk" ucapku terus merasa emosi sendiri.

Hingga waktu terus berlalu dan aku sudah berusaha untuk mengisi semua soal itu, tapi tetap saja aku tidak bisa menyelesaikan semuanya dengan baik, karena aku malah mengantuk di waktu yang tidak tepat.

"Hoamm....aahhh...aku mengantuk sekali, mengerjakan soal yang memusingkan kepala hanya membuat kepalaku sakit saja, huaa....apa yang harus aku lakukan sekarang" ucapku menggerutu sambil terus mengusap tanpa henti.

Aku bahkan sudah berusaha untuk membelalakkan mataku dengan lebar, aku juga terus memegangi kelopak mataku sendiri dan mencoba menahannya dengan korek api yang ada di sana bekas menyalakan obat nyamuk sebelumnya.

Aku menyanggah kedua kelopak mataku dengan korek api tersebut dan berusaha untuk melawan rasa kantuk di mataku sendiri yang terus saja melanda meski aku sudah berusaha untuk mengusirnya dengan berbagai cara.

Tapi ujung-ujungnya bukan aku bertahan untuk tetap membuka mata justru malah korek apinya yang patah, itu sungguh sulit untukku.

"Trakk...." Suara korek api yang patah keduanya dan mataku terus saja tertutup saat itu.

Hampir saja aku akan tertidur namun dengan cepat aku kembali tersadar dan langsung segera bangkit terduduk dengan tegak, aku berusaha melakukan pemanasan dan sedikit berlari-lari di dalam kamar untuk membuat diriku agar tetap terjaga dan menghilangkan kantuk di mataku yang sangat mengganggu sekali saat itu.

"Huh...huh...huh....ayolah mata jangan tertidur, aku masih harus menyelesaikan semua soal sialan itu, huaa....aku harus bagaimana ini sangat menyiksaku" gerutuku lagi.

Meski aku sudah melakukan pemanasan olahraganya dan sudah berlari beberapa putaran mengelilingi karpet yang sudah aku pasang untung tidurku saat itu, tetap saja aku masih mengantuk dan kali ini rasa kantuknya justru malah semakin besar sampai aku hampir saja terus kewalahan dalam menahan ya.

Sudah tidak terhitung lagi entah berapa kali aku terus menguap sejak awal hingga saat ini, mataku juga sudah sangat berair menandakan bahwa aku sungguh sangat mengantu saat ini dan tidak bisa menahannya lebih lama lagi.

Sampai tidak lama aku langsung saja menjatuhkan diriku sendiri dan tertidur dengan lelap di samping buku tugas yang belum selesai saat itu.

"Huaa...persetan dengan tugas, aku tidak perduli lagi, biarkan saja tidak selesai...hoaamm...aku sangat mengantuk" ucapku sambil langsung saja tidur dengan cepat dan begitu lelap.

Lea yang melihat adiknya Barsha sudah tumbang dan dia tidur dengan posisi badan yang aneh dimana kakinya memakai sanggahan bantal sedangkan kepalanya sendiri tidak memakai sanggahan apapun, sehingg Lea mulai bangkit berdiri mendekati Barsha dan dia langsung memindahkan banyak tersebut pada kepala Barsha sambil mulai memeriksa tugas yang Barsha kerjakan saat itu.

"Ckk....dia kesulitan hanya karena sebuah soal seperti ini saja, aku ragu sekarang apa dia benar-benar memiliki otak tidak sih?" Ucap Lea yang sedikit kesal pada adiknya itu.

Namun walau begitu Lea tetap membantu Barsha, hingga menyelesaikan semua soal yang ada di buku tugas milik Barsha.

Lea juga memberikan selimut kepada Barsha karena dia tahu bahwa tidur di lantai hanya beralaskan karpet saja sangat tidak nyaman dan membuat tubuhnya akan merasakan lebih dingin di bandingkan tidur di ranjang yang empuk dan nyaman.

Terpopuler

Comments

K.A

K.A

oh iya jangan lupa mampir kecerita ku juga yaaa

2023-04-10

0

K.A

K.A

halooo ceritanya bagus hiks, ttp semngatt

2023-04-10

0

lihat semua
Episodes
1 Menjengkelkan
2 Di Sekolah
3 Nilai Keajaiban
4 Pulang Dengan Varel
5 Dikunci Wili
6 Memasakkan Mie
7 Dengan Varel
8 Menonton Film Horor
9 Mengantarkan Niko
10 Kepulangan Lea
11 Di Abaikan Lagi
12 Mengantuk
13 Numpang Mandi
14 Satu Kelas Dengan Kesi
15 Menyesal
16 Makan Di Kantin
17 Meminta Bantuan Niko dan Ciko
18 Mengeluh Bersama
19 Dikejar Niko
20 Bersembunyi
21 Melarikan diri
22 Pergi ke Asrama Lea
23 Preman dan Permen
24 Belajar dengan Varel
25 Air yang Mati
26 Tidak Mendapatkan Bekal
27 Ulang Sekolah
28 Jebakan Wili
29 Mengantarkan Pesanan
30 Diobati
31 Salah Paham
32 Menginap Di Rumah Ciko
33 Bertengkar
34 Menangis Diam-diam
35 Kabar Gembira
36 Mencari Hadiah
37 Keras Kepala
38 Membujuk Ciko
39 Meminta Saran
40 Menjemput Varel
41 Paksaan Niko
42 Ternyata Mereka Menyukainya
43 Merasa Tidak Dianggap
44 Salah Menduga
45 Keheranan Sendiri
46 Ujian Akhir
47 Jepri Mengungkapkan Perasaan
48 Amarah Niko
49 Ciko dengan Jepri
50 Dikejar Banyak Wanita
51 Pergi Dengan Varel
52 Tempat yang Indah
53 Merajuk
54 Mencari Varel
55 Mabuk Perjalanan
56 Tidak Sengaja
57 Draft
58 Ternyata Jepri?
59 Menegangkan
60 Disambut
61 Iri Padaku
62 Kabar Baik Dari Varel
63 Tidak Sadar
64 Mengantar Lea
65 Gebetan Lea
66 Berkemas
67 Berangkat
68 Ke Bandara
69 Varel kedinginan
70 Ditinggal Varel
71 Berjalan-jalan di taman
72 Kemenangan Varel
73 Berlibur Bersama
74 Menikah
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Menjengkelkan
2
Di Sekolah
3
Nilai Keajaiban
4
Pulang Dengan Varel
5
Dikunci Wili
6
Memasakkan Mie
7
Dengan Varel
8
Menonton Film Horor
9
Mengantarkan Niko
10
Kepulangan Lea
11
Di Abaikan Lagi
12
Mengantuk
13
Numpang Mandi
14
Satu Kelas Dengan Kesi
15
Menyesal
16
Makan Di Kantin
17
Meminta Bantuan Niko dan Ciko
18
Mengeluh Bersama
19
Dikejar Niko
20
Bersembunyi
21
Melarikan diri
22
Pergi ke Asrama Lea
23
Preman dan Permen
24
Belajar dengan Varel
25
Air yang Mati
26
Tidak Mendapatkan Bekal
27
Ulang Sekolah
28
Jebakan Wili
29
Mengantarkan Pesanan
30
Diobati
31
Salah Paham
32
Menginap Di Rumah Ciko
33
Bertengkar
34
Menangis Diam-diam
35
Kabar Gembira
36
Mencari Hadiah
37
Keras Kepala
38
Membujuk Ciko
39
Meminta Saran
40
Menjemput Varel
41
Paksaan Niko
42
Ternyata Mereka Menyukainya
43
Merasa Tidak Dianggap
44
Salah Menduga
45
Keheranan Sendiri
46
Ujian Akhir
47
Jepri Mengungkapkan Perasaan
48
Amarah Niko
49
Ciko dengan Jepri
50
Dikejar Banyak Wanita
51
Pergi Dengan Varel
52
Tempat yang Indah
53
Merajuk
54
Mencari Varel
55
Mabuk Perjalanan
56
Tidak Sengaja
57
Draft
58
Ternyata Jepri?
59
Menegangkan
60
Disambut
61
Iri Padaku
62
Kabar Baik Dari Varel
63
Tidak Sadar
64
Mengantar Lea
65
Gebetan Lea
66
Berkemas
67
Berangkat
68
Ke Bandara
69
Varel kedinginan
70
Ditinggal Varel
71
Berjalan-jalan di taman
72
Kemenangan Varel
73
Berlibur Bersama
74
Menikah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!