Karena kejadian itu aku semakin malas untuk kembali ke rumah, karena aku sudah tahu jika aku kembali ke rumah nanti ibu hanya akan memarahi aku lagi dan lagi, meski aku mencoba untuk membela diri dan mengatakan semuanya yang terjadi, namun tetap saja aku yang akan di salahkan atau aku juga yang akan di suruh untuk mengalah dari Wili karena dia lebih muda di bandingkan aku.
Itu sangat menyebalkan sekali, aku terus saja menggerutu dengan kesal dan langsung saja pergi sambil menghentakkan kaki menuju rumah Varel secepatnya saat itu.
Saat aku baru saja keluar dari gerbang rumahku aku merasa sedikit ragu untuk pergi ke rumah Varel yang berada di depan rumahku saat itu, karena ini lebih awal dari jam yang di janjikan oleh Varel sebelumnya, aku hanya takut dia belum mempersiapkan diri di rumahnya saat ini, tapi aku tidak memiliki jalan lain selain pergi ke rumahnya, tidak mu gkin aku pergi ke rumah Ciko karena dia pasti tida akan menanggapi aku, apalagi pergi ke rumah Niko yang ada dia dan kakaknya akan terus meledeki aku dan malah mengusir aku dari sana dengan cepat.
Walau merasa cukup malu dan tidak menentu aku tetap memberanikan diri untuk pergi ke rumah Varel sebab tidak ada lagi tempat untuk aku berlindung selain rumahnya, hanya rumah Varel yang paling aman dan nyaman, aku berdiri di depan pagar rumahnya yang lebar dan menjulang tinggi, beberapa kali aku sudah mengangkat tanganku dan berniat untuk menekan bel rumahnya tersebut, tapi sayangnya aku terus merasa ragu untuk melakukan hal tersebut.
"AA..ahhh...apa dia tidak akan terganggu jika aku datang lebih awal, aahhh aku takut ibunya sudah kembali, tapi aku sangat lapar" gerutuku terus memikirkan dengan kebingungan.
Sampai tidak lama tiba-tiba saja dari belakang ada yang memanggil namaku dan aku langsung berbalik sambil terperanjat kaget untuk sesaat.
"Barsha...." Ucap ibunya Varel saat itu.
"Astaga .. AA..ahhh..Tante Nina aku pikir siapa, aahahaa..." Ucapku merasa sangat canggung karena saat itu aku takut Tante Nina akan mendengar gerutuanku sebelumnya.
Aku benar-benar merasa cemas dan hanya bisa tersenyum canggung menatap dirinya sampai terlihat Tante Nina balik tersenyum kepadaku dan dia mulai bertanya kepadaku.
"Barsha...sedang apa kamu berdiri sedari tadi di depan gerbang, apa kamu mau menemui Varel?" Tanya Tante Nina kepadaku,
"AA..aahhh..iya Tante aku mau menemuinya" balasku kepada ibunya Varel sambil menggaruk belakang kepalaku mengalihkan rasa gugup yang aku rasakan saat itu.
Untungnya Tante Nina adalah ibu yang lemah lembut dan dia cukup baik kepadaku sejak dulu, dia langsung saja membawaku masuk ke dalam meski sebelumnya aku berpura-pura untuk menolaknya padahal tetap sangat ingin masuk ke dalam.
"Ya sudah ayo masuk, untuk apa kamu terus berdiri, disini sangat dingin ayo Barsha...." Ajak ibunya Varel padaku.
"Aahh ..Tante sebaiknya aku menunggu Niko dan Ciko saja biar nanti masuknya barengan, aku tidak enak jika masuk lebih dulu" ucapku berpura-pura tahan harga,
"Aishh.... Kamu ini seperti dengan siapa saja, kamu kan sudah biasa sejak kecil keluar masuk ke rumah ini kenapa sekarang harus malu, ayo cepat masuk, kami tidak bisa menolak Tante" balasnya sambil menarik tanganku dan langsung membawa aku .asuk ke dalam secepatnya.
Aku tersenyum senang karena memang itulah yang sebenarnya aku inginkan, berpura-pura menolaknya hanya agar tidak terlihat gampangan saja, padahal aku memang sangat senang diajak masuk oleh ibu Varel karena aku juga tahu pasti aku tidak akan kelaparan ketika berada di rumah Varel, dan aku bisa memanfaatkan Varel seperti biasanya.
"Haha...aku tidak akan kelaparan lagi jika sudah masuk ke rumah minimarket ini haha" batinku merasa sangat senang saat itu.
Kami pun segera masuk ke dalam rumah Varel dan segera bertemu dengan Varel yang saat itu tengah mengambil minuman di ruang tengah rumahnya, aku langsung saja segera menghampiri Varel dan tersenyum cerah kepadanya berlagak seakan aku sangat dekat dengannya padahal aku sudah tidak sedekat dulu lagi dengannya karena seiring kami menjadi dewasa kami menjadi sedikit canggung satu sama lain karena jarang bertemu, sebab Varel selalu sibuk dan aku juga selalu bergaul dengan Niko karena hanya dia yang memiliki banyak waktu luang ketika kami berempat menjadi dewasa lagi.
"Aahhh...Varel kau sedang apa, apa yang kau minum sepertinya itu enak" ucapku menyapanya.
Varel hanya terlihat membelalakkan matanya kepadaku dan dia terlihat kebingungan menatap kepadaku, aku tahu ini pasti akan terjadi tapi aku harus membuatnya berhenti memasang wajah seperti itu.
"Apa....memangnya kau mau ini?" Tanya Varel kepadaku dengan wajahnya yang sangat konyol dan polos itu.
Untungnya Tante Nina memang mengerti aku dia langsung saja merampas minuman yang tengah di pegang oleh Varel saat itu dan dia langsung saja memberikannya kepadaku begitu saja.
"Barsha bilang dia ingin meminumnya juga, kau ini menjadi pria sangat tidak peka sekali, ini Barsha jika kamu ingin apapun ambil saja Tante akan beristirahat di kamar dan kalian jadilah aku, Tante titip Varel padamu" ucap Tante Nina padaku sama dengan apa yang selalu dia lakukan sejak dulu kepadaku.
Aku langsung saja mengangguk menanggapinya dan aku memang selalu menjadi penjaga Varel tapi aku tidak pernah benar-benar menjaganya aku hanya mengajaknya bermain keluar dan pulang tepat waktu sebelum ibunya kembali agar dia tidak terus berdiam diri di dalam rumah dan kesepian hingga dia mulai aku kenalkan pada Ciko dan Niko ketika kami kecil dan kami pun menjadi sahabat baik sampai sekarang.
"Baik Tante, kamu tidak perlu khawatir aku akan menjaganya" balasku sambil tersenyum meyakinkan Tante Nina.
Sampai Tante Nina pergi masuk ke kamarnya barulah aku kembali bersikap santai dan terus duduk di meja yang ada disana, sambil meneguk minuman yang tadi di ambil dari tangan Varel sebelumnya.
"Aaahhh...minuman ini luar biasa, sangat segar dan enak tapi aku lapar, Varel apa aku boleh minta makanan di rumahmu, kau kan tahu aku selalu tidak mendapatkan makanan yang cukup di rumahku karena adik sialanku dan kakakku yang menyebalkan itu" ucapku sambil memasang wajah menyedihkan padanya sama seperti yang selalu aku lakukan kepadanya agar mendapatkan empati darinya.
"Eumm....makanlah, biar aku ambilkan piring untukmu" ucap Varel langsung menyetujuinya.
Dia adalah teman yang paling baik dan mudah untuk di tipu olehku, dia saku tidak bisa menolak permintaan ku meskipun aku sering meminta hal-hal yang mahal atau hal yang sulit di dapatkan tapi hebatnya dia selalu bisa mengabulkan permintaan dariku, jadi aku selalu meminta kepadanya jika saja aku tidak bisa mendapatkan apapun termasuk makan malam hari ini yang tidak bisa aku dapatkan karena adikku Wili.
Varel membawakan aku piringnya dan aku langsung saja menikmati makanan dengan sepuasnya di meja makan berhadapan dengan Varel yang terus menatap aku saat aku makan dengan banyak dan begitu lahap.
"Huaa ...Varel makanan di rumahmu memang selalu menjadi yang paling enak, kau luar biasa dari mana kau bisa mendapatkan banyak makanan seenak ini, aaahhh" ucapku kepadanya sambil terus sibuk memasukkan banyak makanan ke dalam mulutku hingga penuh saat itu.
"Aku membelinya sama seperti biasa, dan aku tetap menyimpan aplikasi pesan antar yang kamu download saat kita kecil, aku terus membeli makanan darinya karena kau menyukai itu" balas Varel sambil tersenyum kecil padaku.
Aku benar-benar kaget dan tidak menduga Varel benar-benar masih menggunakan aplikasi pesan antar tersebut, padahal dulu aku juga hanya iseng menginstal aplikasi itu di ponselnya tapi dia malah menggunakan aplikasi itu sampai sekarang.
"Wahhh ... Apa kau sungguh masih menggunakan aplikasi hijau itu? Hahah....Varel sudah berapa banyak uang yang kau keluarkan untuk membeli makanan disana, wahh.... Itu pasti sangat banyak, kau akan mendapatkan banyak hadiah makanan garis atau diskon dari aplikasi itu, kau hebat" ucapku memujinya.
Aku pikir Varel akan mendapatkan banyak sekali diskon karena sudah menjadi pengguna aplikasi itu dalam waktu yang sangat lama, di tambah dia yang selalu membeli makanan darinya itu pasti akan terus menambahkan poin yang dia dapatkan dari setiap kali pembelian dalam jumlah tertentu, dan aku pikir dia mengerti tentang hal itu namun konyolnya ternyata Varel sama sekali tidak mengetahui hal itu.
"Apakah dalam aplikasi seperti ini masih ada diskon dan vocer ya?" Tanya Varel yang membuat aku kaget dan langsung saja tersedak ketika mendengar pertanyaan darinya.
"A..AA..APA? OHOK....ohok...ohok ..." Suaraku yang terbatuk sambil memegangi leherku yang terasa sangat sakit karena tersedak sangat kuat.
Untungnya dengan cepat Varel memberikan aku minum dan segera saja aku meneguk air itu dengan secepatnya dan terus meneguknya hingga air itu habis di dalam gelas dan barulah aku mengatur nafas dalam diriku yang terengah-engah dan merasakan tenggorokan ku yang sakit akibat dari tersedak sebelumnya.
"Aaahhh...Varel kau ini benar-benar konyol bagaimana bisa kau tidak tahu soal itu, apa jangan-jangan kau tidak pernah memakai semua vocer di dalamnya ya?" Tanyaku lagi kepadaku dengan menaruh banyak kecurigaan saat itu.
"Aku memang tidak tahu jadi bagaimana aku harus menggunakannya?" Balas Varel membuat aku semakin kaget dan terperangah sangat lebar saat itu juga.
"Apa? Astaga....Varel kau ini jenius, calon fisikawan yang berkata kenapa otak mu itu sih....Hua...apa yang salah dengan dirimu" gerutuku sambil terus saja merasa sangat kesal dan frustasi mendengar jawaban darinya, apalagi wajahnya itu yang hanya menatap polos kepadaku, padahal aku sangat kesal untuk dirinya sebab dia menyia-nyiakan banyak hal yang bisa dia dapatkan dengan gratis bahkan potongan harga yang besar hanya karena ketidak tahuannya tersebut.
"Varel cepat berikan ponselmu padaku, aku akan menggunakan semua vocer di dalam sana dengan benar, dan menunjukkan padamu cara menggunakannya" ucapku kepada dia.
Yang tidak aku sangka Varel justru dengan cepat memberikan ponsel miliknya kepadaku begitu saja dan dia langsung memberikannya padaku sambil tersenyum dengan lebar, aku sama sekali tidak menduga hal tersebut, dan aku terus saja membuka mataku dengan sangat lebar saat itu, tapi tetap saja aku langsung mengambil ponsel tersebut dari tangannya karena yang memberikannya dengan begitu mudah kepadaku.
"Ehhh....kau begitu mudah memberikan ponselmu padaku, apa kau tidak takut aku akan menggunakan uang di dalam ponselmu atau aku akan mencuri ponselmu, atau aku akan membajak ponselmu" ucapku bertanya kepadanya,
"Tidak...kenapa aku harus takut aku percaya padamu Barsha kamu tidak akan melakukan itu, jika kamu akan melakukannya kamu pasti sudah melakukan semua itu sejak dulu" balas Varel yang lagi-lagi membuat aku terperangah kaget dan merasa sedikit senang ketika mendengar jawaban darinya.
Aku merasa senang karena masih ada orang yang bisa berbicara seperti itu dan memihakku sebesar itu seperti Varel, aku pun langsung mengusap bagian atas kepalanya dengan sedikit kasar sama dengan yang selalu aku lakukan pada dia sejak kecil, dan itu sudah menjadi sebuah kebiasaan untukku.
"Aishh ....kau ini sangat menggemaskan, selalu bisa membuat aku senang, tapi kali ini aku benar-benar akan memberikan banyak makanan gratis untukmu, kali ini aku yang traktir" ucapku kepadanya sambil tersenyum dengan sangat lebar.
Varel juga hanya membalas ucapanku sambil mengangguk patuh, dia terus saja tersenyum kepadaku padahal aku hanya sengaja membodohi dia karena semua makanan yang aku belikan itu berkat banyaknya vocer dan ces back yang ada dari aplikasi tersebut karena Varel yang tidak pernah menggunakannya.
Dia benar-benar konyol karena selalu mempercayai aku, selalu saja dia yang paling bisa aku andalkan sejak dulu, tapi sayangnya orang sebaik dia selalu sibuk juga tidak memiliki banyak waktu untuk terus bermain dan menghabiskan banyak waktu bersamaku.
"Varel lihat kemari aku sudah membeli banyak makanan kita tinggal menunggunya, bagaimana kalau kita menonton tv sambil menunggu Niko dan Ciko sekaligus menunggu makanan pesananku tiba?" Ucapku bertanya kepadanya.
"Eumm... Ayo kita nonton aku akan mencari film yang bagus untukmu" balas dia sambil segera bangkit berdiri dan pergi memilik film yang akan kami tonton.
Aku sangat senang dan langsung saja membawa cemilan dengan dua minuman ke atas meja sambil segera saja aku duduk di sofa rumah Varel dan menunggu Varel selesai untuk menyalakan filmnya hingga dia kembali duduk di sampingku dan kami mulai menunggu filmnya segera di putar saat itu.
"Aaaa.....buka mulutmu ini enak" ucapku menyuapi Varel cemilan yang aku bawa.
Dia terus menurut dan sangat patuh kepadaku, bahkan saat aku meminta dia untuk membuka mulut dia langsung menurutinya dan mengunyah kue kering yang aku masukkan ke dalam mulutnya, aku terus saja tertawa dengan lebar melihat betapa penuturnya dia denganku.
"Ahahaha.....Varel kau benar-benar sangat penurut apa kau juga seperti ini pada ibumu?" Tanyaku kepadanya karena dia sangat penurut sekali,
"Tidak ...aku tidak pernah di pinta apapun oleh ibuku, dia juga tidak menyuapi aku, tidak mengajak aku bermain atau menghabiskan uangku sepertimu" balas dia yang langsung saja membuat aku memasang wajah datar karena aku merasa dia tengah menyindir aku saat ini.
"Aishh...kau menyindir aku ya, tapi tidak papa aku memang senang menghabiskan uangmu, dan kau harus menurut denganku, ayo makan lagi aaaa amm..hahaha..kau Ken tipu" ucapku yang berniat untuk menyuapi dia kue kering lagi namun dengan cepat aku malah memakannya sendiri.
Aku terus saja tertawa dengan keras dan begitu sangat puas karena berhasil menipu Varel berkali-kali, sedangkan Varel sendiri sama sekali tidak marah ataupun merajuk kepadaku dia malah tersenyum saja memperlihatkan giginya yang rapih dan lesung pipi di kedua pipinya tersebut yang terlihat cukup lucu.
"Ahahah ..Varel kau sangat menggemaskan, ahahah....lucu sekali, sudahlah kita kan sedang menonton film, kau terus membuat aku tertawa" ucapku sambil memberikan cemilan itu padanya.
Aku mulai fokus menonton filmnya hingga tidak lama bunyi bel terdengar dan aku segera pergi untuk membukanya karena aku tahu itu pasti Niko dan Ciko, aku tidak sabar untuk mengagetkan mereka saat ini, sehingga ketika Varel berniat untuk membuka pintunya dengan cepat aku menyuruhnya untuk duduk kembali dan aku yang akan membuka pintunya.
"Ahh...itu pasti mereka, biar aku yang membuka pintunya" ucap Varel saat itu.
Dengan cepat aku menahan tangannya dan menarik dia sekaligus sampai dia langsung terduduk kembali di sofa tersebut dengan cepat.
"Eeehhh....tunggu, berhenti biar aku saja yang membuka pintunya kau lihatlah dari sini apa yang akan aku lakukan kepada mereka, kau harus menurut Varelku yang menggemaskan hehe" ucapku sambil kembali mengusap atas kepalanya cukup kasar.
Dia hanya mengangguk mematuhi ucapanku dan aku segera pergi ke depan untuk membukakan pintu dengan segera, sampai sebelum membukakan pintu aku mulai membuat pemanasan pada wajahku juga seluruh tubuhku untuk bersiap agar bisa menampakkan wajah yang paling jelek yang bisa aku perlihatkan kepada mereka.
"Hahah...lihat saja ini, aku akan memberikan kejutan yang luar biasa kepada mereka, rasakan lah Niko sialan" gerutuku bersiap-siap.
Aku segera mematikan lampunya dahulu lalu mulai membuka pintu sekaligus dan meloncat ke arah mereka sambil memasang kuda-kuda dan menampilkan wajah paling jelek yang bisa aku untukkan pada mereka berdua yang saat itu berdiri di depan pintu dengan wajah Niko yang menjerit ketakutan sedangkan Ciko terlihat memasang wajah yang sangat datar tanpa ekspresi sedikitpun.
"Hwaa.......hahaha......" Ucapku mengagetkan mereka berdua.
Sayangnya yang kaget hanya Niko saja dia terlihat sangat lucu saat itu, sampai aku tidak bisa berhenti tertawa ketika melihat wajah Niko begitu konyol dan bergetar ketakutan dengan teriakkannya yang sangat kencang saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Darkboy
Thor jadi pacar aku aja yuk kamu keren banget bikin cerita sebagus ini
2023-04-09
0