Akhirnya aku pun menyerah karena aku takut sikat gigiku akan patah dan aku tetap tidak akan bisa keluar dari kamar mandi ini, sehingga aku lebih memilih untuk diam saja dan lebih baik berteriak meminta Wili agar membukakan pintunya.
"Wili cepat buka pintunya aku harus pergi sebentar lagi, Duk...Duk....Duk... Wili apa kau mendengarkan, aku akan memasakkanmu telor dengan mie jika kau mau membukakan pintunya!" Teriakku kepadanya, yang terpaksa harus melakukan itu walau pada kenyataannya aku sangat tidak ingin membuatkan mie apalagi dengan telur untuknya.
Mendengar teriakkan dari Barsha barulah Wili bisa terusik dan dia segera berjalan mendekati pintu kamar mandi tersebut lalu mulai berbicara dengan Barsha saat itu juga.
"Ekhmm...Sha...apa kau janji akan memasakkan aku mie instan dan telor ceplok? Apa kau akan melakukannya untukku, tapi telurnya hanya tinggal dia saja dan mie instan hanya ada satu, ibu bilang aku hanya bisa memakan mie atau telurnya saja sebab Lea akan pulang nanti malam, apa kau yakin mau memberikan telur milikmu padaku?" Ucap Wili saat itu.
Aku tahu ibu tadi pagi berangkat kepasar namun aku juga tahu ibu tidak hanya berbelanja di pasar melainkan dia menjaga dagangan miliknya, mungkin dia tidak akan mendapat banyak uang hari ini, sehingga mengatakan hal seperti itu kepada Wili, aku harus menyetujuinya karena jika tidak maka aku tidak akan bisa keluar dari kamar mandi ini.
Meski aku sangat lapar dan aku begitu menginginkan telur itu, tapi aku juga sudah memiliki janji untuk pergi ke rumah Varel bersama Niko dan Ciko, aku tidak mungkin tidak datang, mereyadalah temanku mau bagaimana pun menyebabkannya karena aku juga sudah janji pada mereka.
Aku pun akhirnya memberikan telur itu pada Wili dan menyetujui ucapan darinya, meski dengan hati yang sangat tidak terima dan begitu berat untuk menyetujui hal tersebut.
"Ya...aku akan memberikannya padamu, bahkan aku juga akan memasaknya untukmu setelah aku keluar dari sini, jadi cepatlah kau buka pintunya aku sudah sangat kedinginan disini" teriakku membalasnya dengan cepat.
Wili merasa sangat senang karena memang itu yang dia inginkan sejak lama, jadi setelah membuka pintunya dia langsung saja menyuruh aku untuk segera memasakkan mie dan telur untuknya, bahkan saking tidak percayanya dia padaku, dia sampai terus mengikuti aku ke dapur dan duduk di meja makan melihat aku yang tengah memasak saat itu.
"Hey...apa kau sangat tidak mempercayai kakakmu ini, aku tidak akan pernah membohongi apalagi tidak menepati ucapanku, karena aku bukan kau" balasku kepadanya.
Dia masih saja tidak mempercayai aku sebagai kakaknya sendiri dan bersikap keras kepala dengan nada bicaranya yang sombong itu, aku sangat kesal dan ingin menendang dia keluar dari rumah, namun tidak bisa melakukan semua itu karena dia anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga ini, dia adalah anak kesayangan ayah dan ibu dia juga anak terakhir yang selalu saja mendapatkan apapun yang dia inginkan, berbeda sekali denganku yang selalu tidak bisa mendapatkan apapun meski aku sangat menginginkannya.
Menghadapinya aku hanya bisa menarik nafas panjang dan menghembuskan nafas dengan lesu, aku menatapnya dengan tatapan sinis dan penuh kebencian saat itu, tapi masih harus tetap menyelesaikan mie yang sedang aku masak untuknya.
"Huuh ... Kau benar-benar adik kurang ajar" gerutuku padanya.
Setelah aku selesai memasaknya, wangi harusm dari mie itu terasa begitu semerbak di hidungku, aku merasa sangat terpikat dan ingin sekali menikmati mie dan telur ceplok yang terhadap diatasnya saat itu.
Karena tidak bisa aku bohongi perutku juga sangat lapar saat itu, aku juga belum sempat makan atau memasukkan apapun ke dalam mulutku sejak aku ulang dari sekolah, aku ingin meminta mie itu pada Wili, tapi aku tahu dia tidak akan memberikannya padaku, karena dia selalu saja tidak pernah memberikan makanannya untukku.
"Ini mie mu sudah siap" ucapku memberikannya kepada dia,
"Eumm...ini sangat lezat, aahhh telur ceplok nya benar-benar menambah kenikmatan dalam menyantap mie ini, kakak kau sangat pandai dalam memasak mie rupanya, lain kali aku akan meminta bantuanmu lagi jika aku ingin menikmati mie" ucap Wili yang sama sekali tidak berperasaan kepadaku saat itu.
Melihat dia menikmati telur yang seharusnya menjadi miliki itu sangat menyedihkan untukku dan aku hanya bisa memegangi semangkuk kecil nasi di tanganku itupun masih sisa pagi-pagi yang masih ada di dalam bakul, aku sungguh sangat menyedihkan dan tidak tahu harus makan dengan lauk apa hari ini, sedangkan perutku sudah sangat lapar.
"CK ..kau benar-benar adik yang tidak berperasaan, ini kau makan saja sekalian nasinya!" Ucapku dengan sangat kesal dan langsung saja menaruh nasi itu dengan keras di atas meja kepadanya.
Bukannya berpikir atau sedikit saja merasa bersalah kepadaku dia justru malah langsung mengambil nasinya juga dengan cepat dan langsung memasukkan semua nasi itu ke dalam mangkuk mie yang tengah dia makan hingga aku benar-benar telah kehilangan semuanya dan sudah tidak bisa makan lagi, padahal ini sudah sangat sore dan hampir larut malam.
Bahkan saat itu ibu pulang ke rumah dan tidak lama ayah juga pulang dari pekerjaannya lebih awal hari ini, aku juga tidak bisa mengadu kepadanya, karena aku sudah tahu jawaban apa yang akan mereka berikan kepadaku, aku hanya bisa pasrah dan segera saja aku pergi ke rumah Varel lebih awal saat itu.
"Ahh...kakak kau sudah memberikannya padaku, terimakasih banyak kau tahu saja aku ini sangat lapar sekali" ucap Wili yang benar-benar tidak tahu diri,
"Makan...makan saja semuanya untukmu, aku memang bukan manusia aku tidak butuh makan, bahkan jika aku merasa lapar" ucapku dengan wajah kesal dan sinis.
Segera aku pergi meninggalkan dia yang masih tidak memiliki wajah malu atau merasa bersalah sedikitpun kepadaku, aku berpapasan dengan ibu dan dia langsung saja menahan tanganku yang saat itu aku hendak pergi keluar dari rumah.
"E...ee..ehh..mau kemana kau? Ini sudah mau malam kenapa kau malah pergi keluar?" Ucap ibu menahan tanganku,
"Aku mau kumpul dengan anak-anak, kau tidak bisa menahanku karena di rumah ini aku tidak mendapatkan makanan" balasku kepada ibu dan segera saja pergi dengan cepat.
"Aishh ..dasar kau brandal, kenapa kau sangat keras kepala! Barsha jangan pulang larut malam atau akan tidur di luar, awas kau!" Teriak ibu yang memarahi aku saat itu.
Sudah tidak dapat makanan, aku juga malah kena ocehan dari ibuku, bukankah aku sangat sial, aku anak tengah yang selalu saja tidak pernah di mengerti semua anggota keluargaku, bahkan rasanya mereka sama sekali tidak perduli apakah aku sudah makan atau belum, apakah aku baik-baik saja atau tidak.
Mereka hanya memanjakan Wili dan sangat memperhatikan Lea, sedangkan aku seperti di lupakan, sejak kecil aku harus berperan menjadi kakak dan terus mengalah pada Wili dan sejak kecil juga aku selalu di bandingkan dengan Lea, semua itu sangat membuat aku lelah dan capek sekali, maka dari itu aku lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, bermain dengan ketiga tetanggaku yang usianya sama dan tidak jauh beda denganku, selalu bersama dengan mereka sejak kecil dari pagi hingga malam, bahkan sampai sekarang pun kami masih sering berkumpul bersama.
Tapi mereka bertiga lebih beruntung di bandingkan aku, Niko yang hanya tinggal dengan kakak laki-lakinya yang sudah bekerja dia tetap memiliki kedua orang tua yang selalu memperhatikan dia walau orang tuanya itu sudah bercerai sejak dia kecil, Ciko apa lagi dia memiliki orang tua yang lengkap dan ibu yang sangat menyayanginya hanya saja dia saja yang sedikit eror karena selalu bersikap acuh tak acuh kepada ibunya, padahal dia adalah anak kesayangan karena seorang anak tunggal, sama seperti Varel dia juga anak tunggal tapi dia hanya tinggal dengan ibunya yang selalu sibuk dengan pekerjaan di kantor dan dia sering sekali di titipkan kepada aku ataupun pada ibunya Ciko yang selalu berada di rumah dalam setiap saat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments