Meski di luar kelihatannya Lea sama sekali tidak perduli dan dingin, namun sebenarnya di lubuk hatinya sendiri Lea tetap perduli kepada Barsha karena mau bagaimana pun Barsha tetaplah adik perempuan baginya.
"Aishh....kenapa aku harus memiliki adik sepertimu sih, kau sangat merepotkan tapi aku selalu merasa kasihan denganmu, ini sangat menyebalkan" ucap Lea sambil menyelimuti Barsha dengan perlahan saat itu.
Hingga ke esokan paginya Lea sudah pergi kembali ke asramanya karena dia melakukan beberapa kesalahan melupakan barang penting miliknya di asrama sehingga dia memutuskan untuk pergi pagi-pagi agar bisa mengambilnya lebih awal.
Sedangkan aku baru saja bangun saat itu dan melihat jam yang sudah menunjuk pada angka tujuh, aku kaget dan langsung saja bergegas pergi ke kamar mandi namun sialnya di kamar mandi justru ada Wili yang entah tengah apa di dalam sana begitu lama.
"Aishh...aku kesiangan, aaahh... bagaimana ini, hey...siapa di dalam cepatlah keluar sialan!" Teriakku sangat kencang.
"Aku sakit perut kau pergilah jika mau ke sekolah tidak usah ke kamar mandi, kau sudah jelek meski mandi ataupun tidak" balas Wili yang malah mengejek aku,
"Heh...dasar kau adik brengsek, aku kakakmu kau harus menghormati dan mendengarkan ucapanku, cepat kau keluar aku harus pergi ke sekolah, Wili!" Teriakku sangat kencang hingga membuat ibu datang menghampiri aku.
"Aku tidak akan keluar meski kau merusak pintu, apa kau dengar hah, sana pergi jangan menggangguku sedang buang hajat!" balas Wili membuatku semakin naik pitam padanya.
"Buk...buk....buk, keluar kau Wili! Buk...buk..buk" suara gebrakan dariku pada pintu kamar mandi dengan sangat keras.
Bukannya datang untuk membantuku menyuruh Wili agar segera keluar dari kamar mandi, ibu justru malah langsung menjewer telingaku dan memarahi aku karena aku berteriak dan menggedor pintu kamar mandi cukup keras sedari tadi.
"Ibu...lihatlah Wili sangat lama di kamar mandi, dia akan membuat aku terlambat lagi Bu" ucapku mengadu pada orang yang salah.
"Heh...kau ini berisik sekali sih, kenapa kau malah berteriak dan terus menggedor pintu kamar mandi, sudah tahu adikmu ada di dalam, malah terus kau gedor seperti itu, apa kau membuatnya rusak hah! Kau yang salah karena bangun kesiangan, malah bertengkar juga dengan adikmu, dasar kau yah....sudah sana pergi ke pemandian umum jika kau masih mau mandi," Ucap ibu sambil menjewer telingaku cukup kencang.
"Adududuh...Bu sakit Bu, iya...iya..aku akan pergi aaahh..lepaskan telingaku dulu" ucapku sambil menepuk tangan ibuku agar dia bisa cepat melepaskan jeweran tangannya pada telingaku.
"Sana kau cepat pergi, untuk apa menatap seperti itu, kau berani melawan ibumu hah? Apa kau mau menjadi anak durhaka?" Ucap ibu membuat aku sangat kesal.
Tetap saja aku tidak bisa melawannya, aku pun langsung pergi dengan menghentakkan kakiku sangat kencang, bahkan ayah sudah tidak ada di rumah kala itu, aku terpaksa harus pergi ke rumah Varel agar bisa numpang mandi padanya sebelum jam delapan tiba aku harus bergegas pergi ke sana.
Dengan cepat aku mengambil handuk dan sikat gigi milikku lalu langsung saja pergi mengetuk pintu rumah Varel dengan kuat dan berteriak memanggilnya.
"Tok...tok...tok..tok...Varel....Varel...cepat buka pintunya...Varel....buka tok...tok... tok." Teriakku sambil terus mengetuk pintunya dengan sangat keras dan bertubi-tubi.
Sampai akhirnya Varel datang membukakan pintu dan aku langsung saja menerobos masuk ke dalam dengan berlari sekencang yang aku bisa dan masuk ke dalam kamar Varel lalu menggunakan kamar mandinya, bahkan aku minta izin sambil berlari saat itu.
"Varel..aku pinjam kamar mandimu ya.... terimakasih" ucapku sambil berlari masuk ke dalam kamarnya.
Varel hanya menatap kebingungan dan dia segera menutup pintunya lalu datang menghampiriku, bahkan dia sampai berbicara kepadaku di balik pintu kamar mandinya.
"Barsha apa kamu baik-baik saja?" Ucap Varel kepadaku,
"Ahaha...Varel tenang saja aku hanya numpang mandi, kamar mandi di rumahku di gunakan oleh adik sialanku itu, jadi aku akan terlambat ke sekolah jika tidak mandi ke mari, jangan mencemaskanku" balasku kepadanya.
Varel pun langsung merasa lega dan dia segera menyiapkan handuk miliknya saat itu karena dia pikir Barsha tidak membawa handuk miliknya.
Padahal Barsha sudah membawa handuk dan seragam sekolahnya saat itu, sedangkan Varel tengah libur hari ini karena dia mendapatkan waktu istirahat setelah memenangkan sebuah olimpiade fisika dalam pembuatan robot pembersih debu yang sangat canggih di laboratorium universitas mereka sebelumnya.
Hingga setelah aku selesai mandi, aku melihat Varel masih berdiri di depan kamar mandi dan membuat aku sedikit kaget ketika pertama kali melihatnya.
"Astaga....apa yang kau lakukan berdiri disini?" Tanyaku kepadanya dengan mata yang terbuka lebar.
Dengan cepat Varel mengangguk dan dia memberikan handuk yang dia pegang saat itu, sampai aku menolaknya karena aku juga membawa handuk putih milikku saat ini, jadi aku pikir aku tidak memerlukannya lagi.
"I..ini..aku menyiapkan handuk untukmu" ucap Varel padaku.
"Ohh..tidak usah aku sudah membawanya ini, apa kau tidak lihat handuk di kepalaku, ahaha..pasti karena aku berlari ya, jadi kau tidak menyadari ini sebelumnya" balasku kepadanya dan Varel hanya tersenyum kecil saja.
"Ohh... astaga aku lupa aku harus segera pergi ke sekolah, terimakasih Varel sampai jumpa lagi, bye.." balasku sambil segera pergi dari sana dengan cepat.
Aku kembali masuk ke dalam rumah dan berpapasan dengan adikku Wili yang tengah memakai sepatu di depan pintu masuk, aku langsung menginjak sebelah kakinya itu dengan kuat untuk melampiaskan kekesalan ku padanya kala itu.
"Aaaww....Barsha sialan kenapa kau menginjak kakiku, aahh...ini sait sekali" ucap Wili meringis kesakitan.
Aku hanya menjulurkan lidah kepadanya dan segera mengambil tas juga sepatu milikku aku segera pergi karena takut ibu akan memarahiku begitu juga dengan adikku Wili yang sudah siap akan mengejarku saat itu.
"Haha...rasakan itu" ucapku sambil berjalan pincang sambil memakai sepatu sambil berdiri saat itu.
"Ya ampun sial, dia mengejarku, aahhhh....aku harus lari dengan kuat" gerutuku sambil segera berlari sekencang yang aku bisa untuk menjauh darinya.
Aku terus berlari karena melihat Wili mulai mengejarku saat itu, namun untungnya saat aku membuka pagar rumahku kebetulan sekali ada Ciko yang tengah duduk di dalam motornya sendiri dan aku langsung saja naik ke belakang boncengan moto listrinya tersebut sambil segera menepuk pundaknya dengan keras meminta dia untuk segera melajukan motor listrinya tersebut agar Wili tidak bisa mengejarku lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments