Sesampainya di sekolah aku melihat teman-teman yang lainnya berlarian masuk ke depan gerbang tidak tahu apa yang sedang mereka lihat hingga harus berlarian terburu-buru seperti itu bak hendak melihat seorang selebritis terkenal saja, padahal hal semacam itu tidak mungkin terjadi di kota kecil seperti ini, karena penasaran aku mulai menghentikan salah satu teman sebangkuku yang tidak lain adalah Kesi, dia adalah gadis yang cukup konyol ya tidak kalah konyol dari aku sendiri sih, tapi keluarganya selalu mendukung apapun yang dia impikan atau apa yang dia inginkan selama ini.
Saat Kesi berlari melewati ku, langsung saja aku menarik tas punggung yang dia kenakan dengan cepat hingga membuat larian nya terhenti seketika.
"E..e.. ehh.... Sha...lepaskan aku apa yang kamu lakukan hey nanti ranselku copot!" Ucap Kesi kepadaku.
Aku pun segera melepaskannya dan langsung menggenggam tangan dia agar dia tidak mencoba kabur dariku, karena dia sulit sekali jika ingin diajak bicara olehku.
"Hey ....mau kemana kau berlari terburu-buru seperti itu, apa kau mau menghindari aku lagi yah?" Ucapku kepadanya,
"Iya..salah satunya karena itu..." Balas dia yang membuatku semakin kesal.
"Aishh...jawab yang benar, kau ini selalu saja.... meski kau menghindar seperti apapun dariku kau akan tetap duduk di samping mejaku apa kau mengerti!" Ucapku kepadanya dengan tegas.
Dia hanya bisa mengangguk patuh tetapi tidak lama kemudian, wajahnya langsung saja berubah drastis dia terlihat sangat gembira dan senang ketika sebuah mobil yang cukup mewah datang memasuki sekolah kita saat itu.
"Wah....wah ..lihat..lihatlah kesana para senior dari kampus sudah datang ayo cepat Barsha kita harus pergi ke lapangan dan jangan sampai kehabisan kursi, ayo cepat" ucap Kesi yang justru malah balik menarik tanganku dengan kuat dan sangat cepat.
Aku bahkan tidak bisa menahannya lagi, dan langsung tertarik olehnya hingga kita sampai di lapangan sekolah, ku lihat sudah banyak sekali siswa yang duduk di lapangan dan berebut kursi, tidak terkecuali dengan Kesi, dia menarik tanganku dan dengan cepat menyuruh aku untuk duduk sebelum kursi di sebelahnya akan di duduki orang lain.
"Barsha apa lagi yang kau tunggu, ayo cepat duduk kemari....aishh..ayolah" ucap Kesi menarikku hingga duduk di sampingnya.
Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat itu, semua orang sepertinya memang berada di lapangan terutama para anak perempuan yang terlihat begitu histeris dan bersemangat, entah siapa yang sebenarnya tengah mereka tunggu, di depan sana juga sudah terdapat sebuah panggung kecil dan tidak tahu itu untuk apa, biasanya panggung kecil itu biasa digunakan oleh kepala sekolah atau para dewan untuk berpidato ketika upacara bendera di hari Senin, tapi kali ini para anggota pasukan bendera bahkan tidak muncul, tentu itu membuat aku semakin heran dan mengerutkan kedua alisku menatap ke sekeliling tempat tersebut dengan kebingungan.
"Apa yang sedang mereka semua lakukan, siapa yang mereka tunggu?" Ucapku merasa heran,
"Hah? Barsha apa kau sungguh tidak tahu siapa yang akan berkunjung ke sekolah kita kali ini?" Ucap Kesi kepadaku dengan matanya yang membulat lebar.
Aku langsung menggelengkan kepala dengan pelan, hingga tidak lama Kesi langsung menunjuk ke samping kiri dimana saat itu aku langsung memalingkan pandanganku dan bisa dengan jelas melihatnya.
"Nah...itu lihatlah kesana, dialah yang sedang kamu tunggu, si fisikawan muda yang sudah mendapatkan banyak sekali mendali bahkan sejak dia kecil" ucap Kesi dengan begitu antusiasnya.
Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Varel keluar dari mobil mewah berwarna putih tersebut dan dia di jaga oleh dua orang di samping kanan dan kiri, dia bak seperti seorang selebritis terkenal, berjalan menuju panggung dengan gayanya yang sangat modis juga masih terbilang cukup keren, tapi aku yang sudah biasa melihatnya sama sekali tidak terlalu kaget, karena bisa kapan saja melihat dia jika dia berada di rumahnya, aku sudah mengenal dia sejak kecil jadi tidak terlalu heran ketika mendengar bahwa dia selalu mendapatkan banyak mendali dan piala atas banyaknya kejuaraan yang dia dapatkan selama ini.
"Ohh....Varel aku pikir siapa" balasku dengan santai.
Kesi yang mendengar jawabku terlalu santai, dia langsung menarik bahuku dan menatapku dengan tatapan mata yang cukup tajam, seakan dia tidak terima ketika aku memberikan reaksi seperti itu kepada Varel padahal semua orang berhak membuat reaksi apapun pada dirinya sendiri dan kepada siapapun.
"A..apa? Barsha apa kau sakit ya, kenapa kau hanya bereaksi seperti itu, dia adalah seorang fisikawan alumni sekolah kita, apa kau tidak senang dan bangga kepadanya, terlebih dia sangat tampan, lihatlah kesana" ucap Kesi padaku lagi.
"Hey....apa kau sudah lupa dia hanya sekolah selama satu bulan saja di kelas tujuh kemudian langsung loncat kelas ke kelas sepuluh, bahkan di kelas sepuluh dia hanya sekolah selama empat belas hari, langsung saja dia masuk universitas, bahkan kau sama sekali tidak menyadari keberadaan dia di kelas favorit, padahal saat itu kau berada satu kelas dengannya, apa kau buta hah?" Balasku kepadanya,
"Ehehe...maaf tapikan saat itu aku masih senang bergaul denganmu, dan selalu tinggal di kelasmu yang paling akhir jadi wajar saja jika aku sedikit melupakan sang pangeran jenius itu" balasnya sangat menyebalkan.
"CK....dasar kau, malah menyalahkan aku lagi" balasku berdecak cukup kesal.
"Sudah...sudah...kita lihat saja si jenius Varel akan bicara apa, dia katanya akan memberikan beberapa sambutan dan juga memperhatikan robot terbaru yang dia buat sekaligus berbagi tentang pengembangan sains yang sedang dia lakukan saat ini" ucap Kesi yang tiba-tiba saja mengerti tentang robot juga sains.
Padahal setahuku dia sama sekali tidak pernah tertarik dengan hal seperti itu, bahkan dia mungkin sangat enggan ketika pelajaran fisika di mulai dalam kelas, tapi sekarang tiba-tiba saja dia tertarik pada sains dan nampak seperti mengerti semua itu.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya.
Sampai tidak lama ketika Varel mulai tersenyum juga mengucapkan sedikit sambutan semua orang tiba-tiba saja berteriak sangat antusias menyambutnya, sedangkan Varel sendiri sama sekali tidak banyak bicara dia hanya terus tersenyum kecil dan langsung menunjukkan robot buatannya sendiri, dimana robot itu bisa berbicara dengan dirinya dan bisa mengerti atas apa yang dia perintahkan.
"Robot ini adalah robot yang bisa menemani aku disaat aku sendiri juga bisa membantuku menggantikan tugas pelayan, dia aku beri nama Mumu, karena bentuknya yang minimalis juga sangat lucu mudah di bawa kemana saja" ucap Varel menjelaskan.
Aku tidak bisa menahan diri untuk tertawa ketika mendengar penjelasan darinya, seorang pria pendiam yang cukup misterius memberikan nama Mumu yang begitu imut dan manis pada robotnya, itu sungguh membuatku tertawa dengan lepas hingga mengabaikan semua orang yang ada disana.
"Apa?...Mumu?..ahahaha...huaahaha...kau konyol sekali...haha... bisa-bisanya kau memberikan dia nama yang sangat jelek" ucapku keceplosan karena aku pikir itu terlalu lucu.
Hingga tidak lama pak guru menatap tajam ke arahku dan Kesi segera menutup mulutku dengan cepat, aku sedikit bersyukur kepadanya karena sudah menyelamatkan aku dari rasa malu juga hukuman yang mungkin bisa di berikan oleh guru kedisiplinan padaku.
"A..ahhh...Barsha ada apa denganmu, apa kau gila bicara seperti itu kepada jenius sepertinya, terlebih ini di depan banyak orang, ayo cepa kau minta maaf jika tidak ingin mati sekarang juga" ucap Kesi kepadaku,
"Bodoh ...aku lupa ini dimana" batinku merasa kesal sendiri,
"Maafkan...aku..maafkan aku....ahah..tadi aku menertawakan hal lain, aku tidak sengaja, mohon maafkan aku" ucapku segera berdiri dan meminta maaf kepada semua orang yang ada disana.
Aku benar-benar sudah mempermalukan diriku sendiri saat itu, dan aku tahu kedua teman sialanku, Ciko dan Wili menertawakan aku di belakang saat itu, mereka pasti puas melihat aku menahan malu seperti ini sendirian.
"Dasar tetangga laknat, awas saja kalian berdua!" Gerutuku saat melihat mereka berdua menertawakan aku diam-diam dengan begitu puasnya di belakang sana.
Sedangkan disisi lain saat aku menengok lagi ke depan si Varel sialan itu justru malah menatapku sambil tersenyum kecil, dia sama sekali tidak terlihat marah karena memang dia tidak pernah marah, tapi aku benci wajah tersenyum nya saat itu.
"Sialan untuk apa kau tersenyum begitu kepadaku, aishh....jangan melihat kesini kau membuat aku malu saja" gerutuku pelan sambil segera pergi dan menutupi wajahku dengan tas selempang milikku secepatnya saat itu.
Aku tidak bisa menahan diri terus berada disana karena wajah ini sudah sangat malu dan tidak bisa menampakkan wajahku kepada siapapun lagi, aku pergi dengan cepat dari sana dan segera pergi ke kelas lebih dulu, si bodoh Varel itu justru malah terus saja menatap ke arahku meski aku sudah pergi, dia benar-benar mencari masalah padaku.
Kesi mengikuti aku dari belakang dan terus memanggil aku dengan cukup keras saat itu.
"Hey...tunggu....Barsha kau mau kemana, Barsha..." Teriak Kesi kepadaku.
Aku sama sekali tidak berani menoleh ke bakang dan hanya bisa terus berjalan lurus pergi menuju kelasku dengan cepat tanpa melihat ke kanan dan kiri sedikit pun, terus berjalan sambil membungkuk dan menundukkan kepala juga menghalangi wajahku dengan tas selempang milikku, sampai tidak lama tiba-tiba saja aku seperti menabrak sesuatu di depanku saat itu, dan aku merasa sesuatu itu bukan tembok karena tidak keras.
"Dukk....aduh....apa ini, setahuku tidak ada tembok atau tong sampah di sekitar sini, apa yang sebenarnya menghalangi jalanku?" Gerutuku pelan saat itu.
Hingga tidak lama suara si sialan Ciko terdengar olehku, ternyata itu memang dia yang berdiri di hadapanku dan membuat aku menabraknya secara tidak sengaja.
"Hey...angkat kepalamu itu, kau punya mata tapi tidak digunakan dengan benar, apa kau bodoh hah?" Ucap Ciko dengan nada yang sinis seperti biasa.
Saat mendengar suaranya dengan cepat aku menghembuskan nafas cukup kasar, dan langsung saja mengangkat kepalaku dengan secepatnya, sambil memasang wajah kesal cemberut kepadanya.
"Huh....ternyata kau, kenapa kau berdiri disana, apa kau tidak tahu bahwa ini jalanan umum hah?" Balasku balik membentak dia,
"Jangan lupa nanti malam kau harus datang ke rumah Varel dia akan mengadakan acara selamatan dari kemenangannya Minggu lalu" ucap dia kepadaku saat itu.
Aku mengerutkan kedua alisku merasa heran, karena biasanya Varel juga tidak pernah mengadakan acara seperti ini di rumahnya, bahkan setahuku dia selalu tidak suka keramaian apalagi harus mempersilahkan para anak-anak nakal seperti Niko dan Ciko.
"Heh... Jangan coba-coba kau membohongi aku yah, aku tahu dia tidak mungkin mengadakan acara seperti ini, kalian hanya akan mempermalukan aku lagi atau mengerjai aku iya kan?" Balasku sama sekali tidak mempercayai mereka sedikitpun.
"Aishh ... Kau ini sangat bodoh, pantas saja kau masuk ke kelas terakhir, bahkan si Kesi temanmu itu sekarang masuk ke kelas C sedangkan kau masih saja betah di kelas D dari tahun pertama sampai sekarang ini" balas Niko kepadaku.
Ucapannya benar-benar sangat menyebalkan dan membuat aku sangat emosi, sehingga aku langsung saja menarik kepalanya itu dan menjepit kepalanya dengan tanganku, sengaja aku langsung mengeluarkan tenaga paling kuat saat itu sambil terus menggosok kepalanya dengan kuat hingga membuat rambutnya berantakan.
"AA ..aduh...aduh...duduh....Barsha lepaskan aku hey...lepaskan cepat...aishh..ini sangat kacau, Ciko bantu aku kenapa kau diam saja!" Teriak Niko meringis dan meminta bantuan pada Ciko saat itu.
Aku tahu orang dingin seperti Ciko tidak akan pernah ingin ikut campur dengan urusan seperti ini, dia justru malah langsung memperlihatkan isi chat di ponselnya dari Varel, dimana ketika melihat itu aku langsung saja membelalakkan mataku dengan sangat lebar dan langsung melepaskan si konyol Niko saat itu juga.
"Lihat ini" ucap Ciko padaku sambil menunjukkan ponselnya.
"Wahh ...apa aku tidak sedang bermimpi ya? Benar-benar di luar dugaanku, bagaimana bisa si manusia bisu itu memberikan kau chat tiga kata seperti ini, biasanya dia hanya mengirimi aku satu atau dua kata saja kepadaku" ucapku merasa heran dan kebingungan sendiri saat memikirkannya.
"Bagaimana apa kau percaya sekarang, aishh...rambutku sangat berantakan karenamu, sekarang bagaimana kau akan bertanggung jawab atas rambutku hah?" Ucap Niko kepadaku,
"Heh, apa kau mau aku mengacak rambutmu lebih parah lagi, kemari kau....ayo cepat kemari...kenapa kau diam saja Niko!" Bentakku kepadanya dengan menatap tajam.
Dia terlihat menelan salivanya sendiri dengan susah payah dan dengan perlahan, dia mundur menjauh dariku, hingga langsung saja berlari dengan cepat meningalka aku begitu saja.
Dengan cepat aku menyusul dia dan berteriak menyuruhnya berhenti.
"Hey ..... Niko sialan, mau kemana kau, Niko cepat kemari kau..." Teriakku sambil segera mengejarnya dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments