Mimpi Dan Harapan [POV : Andheera]
17 tahun yang lalu..
Hotel Zeus Jakarta, lebih tepatnya disalah satu ruangan VVIP yang sebelumnya sudah di sewa oleh putri pemilik hotel untuk mengadakan acara reuni SMA yang jauh hari sudah di rencanakan.
Tampak satu per satu para tamu undangan berdatangan lengkap dengan senyum lebarnya mereka memasuki ruangan yang cukup besar, kemudian saling menyapa di dalam layaknya teman yang sudah lama tak jumpa, mereka saling berpelukan dan melempar tawa renyah hingga terlihat garis mata di kedua sudut matanya.
Segalanya tampak baik-baik saja sampai..
Tap.. tap.. tap.. suara langkah kaki terdengar tengah menghampiri seorang wanita yang sedari tadi tersenyum sembari menatap layar ponsel juga segelas air yang berada di genggamannya.
“Annyeong Hyemiya..” sapa seseorang tepat dibelakangnya lengkap dengan senyum menyeringai yang menambah kesan mengerikan dalam raut wajahnya.
Ketika sang wanita yang di sapa itu berbalik, seketika itu pun tawa lebarnya menghilang bersamaan dengan lengan nya yang mulai gemetar bahkan hanya untuk sekedar menggenggam segelas air.
“bagaimana kau bisa ada disini..?”
“kau lupa, Hotel Zeus ini milik ibuku.”
Prrangg..!! hingga gelas yang digenggamnya pun akhirnya terlepas dari genggamannya, membuat dirinya sedikit gugup karena semua perhatian saat itu tertuju padanya.
“biar saya yang bereskan nyonya tidak apa-apa..” selang beberapa detik seorang pelayan wanita pun muncul menyelamatkan keheningan yang terjadi, membuat Hyemi yang sempat gugup tadi memiliki alasan untuk pergi dari situasi yang membuatnya sangat tidak nyaman itu.
“kau baik-baik saja Hyemi..?” tanya seorang teman lamanya yang berjalan menghampiri Hyemi begitu ia mendengar pecahan gelas yang begitu mengejutkannya.
Namun seakan tak melihat temannya itu, Hyemi malah terus berjalan melewatinya masih dengan raut wajah yang sangat ketakutan, langkahnya tampak tergesa-gesa begitupun dengan pandangannya yang focus menuju pintu keluar.
Nafasnya pun kembali normal kala langkah kakinya sudah berhasil keluar dari ruangan tersebut, kemudian ia melambatkan laju kakinya seraya berpegangan pada dinding, sebab tiba-tiba saja air matanya mulai mengalir bersamaan dengan tubuhnya yang melemah karena masih syok dengan kejadian yang baru saja di alaminya di dalam.
“apa kau masih membenciku Hyemiya..?” suara yang tak asing itu kembali terdengar dibelakang nya.
Jantungnya kembali berpacu sangat cepat mendengar suara itu membuat tubuhnya semakin lemas.
“karena telah membunuh anjing kecilmu, bukankah seharusnya kau berterimakasih karena aku telah membuat penderitaan anjing kecilmu itu berakhir..?!” lanjutnya,
Membuat kedua mata Hyemi membulat, kemudian perlahan memutar tubuhnya untuk melihat kehadiran teman yang sangat menakutkan baginya.
“kau sudah berubah sangat banyak Jessica, kenapa kau jadi seperti ini..?” ujarnya dengan segenap keberanian yang ada hingga kedua mata mereka pun bertemu.
Tak langsung merespon perkataan temannya, Jessica malah tertawa kecil seolah tengah mengejek Hyemi yang tengah menahan ketakutannya.
“ku dengar kau sedang mengandung anakmu yang kedua ya..? ku sarankan kau jangan terlalu banyak membenciku, atau anak mu itu akan terlahir sepertiku, kau tau mitos itu kan..! hahaha.” Katanya lengkap dengan suara lengkingan tawanya juga sorot matanya yang tajam, kemudian ia memutuskan pergi setelah menyapa teman lamanya itu.
Saking lemahnya Hyemi hampir saja terjatuh, untung tangan satunya dengan sigap memegang dinding yang membuatnya masih bisa tetap berdiri. Namun sepertinya perutnya mulai merasa kram hingga ia terus memegangi perutnya dengan raut wajah yang tampak sangat kesakitan.
“hiksss.. hiksss.. hiksss..” suara tangisan Hyemi menggema memenuhi lorong yang tampak sepi kala itu karena semua orang tengah bersenang-senang dalam pesta reuni yang ternyata diselenggarakan oleh Jessica, putri dari pemilik Hotel Zeus Jakarta.
Kembali ke masa saat ini..
***
Chimi café.
Gadis berparas cantik serta bertubuh ramping itu tengah menikmati waktu libur panjangnya di Chimi café, sebuah café milik peninggalan orang tua teman baiknya yang tak lain adalah Vivian Erlingga.
Sudah menjadi kebiasaan, Andheera memang selalu menghabiskan waktu luangnya di Chimi café sembari menikmati Ice americano kopi favoritenya.
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Andheera melihat karibnya itu muncul dari dalam café, tentu Andheera menyambutnya dengan lambaian tangan serta senyum lebar hingga membuat kedua matanya hilang untuk beberapa saat.
Vivian pun membalasnya dengan senyuman ramah seperti biasanya kemudian ia berjalan santai menghampiri karibnya itu dan duduk dikursi yang berhadapan dengan Andheera.
“kau tak ada rencana untuk pulang kampung gitu daripada luntang lantung gak jelas disini, gak ada kegiatan yang berarti juga yang kau lakukan..” ujar Vivian mengawali pembicaraan sembari melipat kedua tangan diatas dadanya seraya menatap tajam wajah teman baiknya itu.
Merasa pembicaraannya akan membosankan, sebab Vivian sudah membahas tentang kampung halamannya, Andheera berpura-pura tidak mendengarkan dan memilih untuk mengeluarkan ponsel dari saku jeans, lalu memainkannya tepat di depan wajah Vivian.
“Dia sudah menunggu mu bukan dibandung.. teman kecilmu yang pernah kau ceritakan itu?” tambahnya membuat Andheera berhenti memainkan ponsel kemudian ia beralih menyedot Ice Americano miliknya dahulu sebelum menjawab pertanyaan Vivian.
“aku tak memiliki keberanian untuk menemuinya, setelah aku meninggalkan dia begitu aja tanpa pamit, bukankah sudah pernah ku bahas.” Katanya dengan nada yang sedikit meninggi.
Suasana hati gadis berumur 16 tahun itu seketika berubah, kini ia tak lagi perduli dengan ponsel yang masih dalam genggamannya, ia malah melihat kearah luar yang memperlihatkan adegan romance sepasang kekasih tengah berjalan-jalan sembari bercanda dan tertawa bahagia.
“kalau begitu kau harus berhenti , jangan sakiti lebih banyak teman cowomu lagi hanya karena kau bosan..” ujarnya,
Mendengar itu tatapan Andheera beralih pada Vivian yang terlihat mulai menampakan raut wajah serius sekaligus menahan emosi, sepertinya Vivian tak tahan karena semakin lama sikap karibnya itu semakin tak terkendali.
“Hmmm..” Vivian menyedot sedikit minuman Andheera untuk sekedar mengendalikan dirinya.
“cowo terakhir yang kau kencani adalah cowo yang kusukai sejak dulu..” katanya lagi sebelum Vivian beranjak dari kursi berniat untuk meninggalkan teman baiknya itu.
“Jadi kumohon padamu, hentikan permainan kekanak-kanakan mu ini Andheera!” mendengar pengakuan Vivian Andheera merasa bersalah namun juga kesal disaat yang bersamaan, karena Vivian tak pernah jujur dari awal tentang perasaannya.
“kenapa kau tak cerita dari awal, kalau kak Brian adalah orang yang kau sukai?” Andheera mencoba membela dirinya kerena tak ingin terlalu disalahkan.
“tadinya..“ lanjut Vivian yang kembali berbalik menghadap karibnya.
“kalau kau sudah berubah dan benar-benar menyukainya, itu tak masalah aku baik-baik aja selama kau bahagia karena kau teman baikku. Tapi sekarang aku sadar, kau tak akan pernah berubah, kau hanya bermain-main untuk melampiaskan rasa bosan mu..” kali ini Vivian benar-benar kecewa dan tak ingin mentoleransi sikap andheera lagi.
“Jika kita berada dalam satu SMA yang sama, ku harap kita tak usah saling menyapa atau bahkan tersenyum, semoga kau mendapatkan seorang teman yang bisa memahami sikap mu yang egois dan angkuh. Karena aku sudah tak bisa menjadi temanmu.” pungkasnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Andheera sendiri.
Andheera hanya bisa menghela nafas panjangnya seraya menyedot minumannya sesekali, ia memang merasa bersalah karena sudah mengencani lelaki yang disukai sahabatnya itu, tapi disisi lain ia juga merasa ini tidak adil sebab jika Vivian jujur padanya, ia tak akan mungkin mengencani lelaki yang juga disukai sahabatnya.
Tak ingin terlalu larut dalam situasi seperti ini Andheera memutuskan untuk pergi dari café, serta membawa minuman yang masih banyak tersisa untuk ia habiskan dalam perjalanannya nanti.
Gadis yang berparas cantik itu memiliki tinggi sekitar 177 cm, cukup tinggi bahkan mungkin di atas rata-rata mengingat tinggi perempuan Indonesia pada umumnya hanyalah kisaran 160 sampai 165 cm, ditunjang dengan tubuh yang ideal dan wajah yang mirip sekali salah satu Idol korea Irene Red velvet.
Meski begitu tapi kisah cintanya tak pernah ada yang bertahan lama, ketika ia mulai merasa bosan ia akan pergi, lalu mencari seseorang yang baru lagi dan begitu seterusnya hingga teman dekatnya Vivian pun merasa gerah dengan sikapnya yang kekanak-kanakan.
Dan kini sampai pada puncaknya Vivian mengeluarkan seluruh emosi yang ia pendam untuk menyadarkan teman baiknya itu.
“apa aku sudah melewati batas?” Andheera bergumam sendiri.
“serius?
Ayolah aku masih terlalu muda untuk itu, lagipula apa salahnya jika bermain-main sedikit huh!!”
Tak sampai disitu Andheera terus menggerutu kesal sembari sesekali kaki panjangnya menendang batu kerikil yang ia temui di jalanan, ia ingin mencoba untuk mengabaikan perkataan Vivian namun kalimat terakhir Vivian terus mengusik fikirannya.
Karena ini adalah kali pertama Vivian terlihat serius dengan ucapannya, seolah hubungan pertemanan yang mereka jalin selama 3 tahun terakhir tak ada artinya bagi Vivian, hingga Vivian dengan mudahnya berkata untuk mengakhiri pertemannanya.
Benarkah karena Kak Brian?
Atau memang Vivian sudah lama ingin meninggalkanku karena sikapku yang buruk, jadi Kak Brian hanya sebagai alasan ’fikir Andheera. Ia masih tak bisa berhenti untuk memikirkan karibnya itu yang bahkan sudah ia anggap sebagai keluarga baginya.
Saking fokusnya memikirkan Vivian hingga Andheera tak sadar jika langkahnya sudah membawanya sampai ke halte bis, padahal ia tak berniat untuk pulang cepat hari ini, namun karena sudah terlanjur berada di halte, Andheera memutuskan untuk pulang saja dan memikirkan nya lagi nanti.
“berubah?!
Aku kan manusia bukan bunglon.” Gumam Andheera lagi saat ia sudah duduk dibangku bis yang akan membawanya pulang.
Pada akhirnya persahabatan yang mereka jalin selam 3 tahun pun tidak ada artinya lagi, sebab konflik yang kini mereka berdua hadapi sedikit rumit karena melibatkan cinta segitiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Vivian mungkin masih bisa menjalani hari-harinya seperti biasa, karena kepribadiannya yang supel ia bisa beradaptasi dengan cepat dan dengan mudah mendapat banyak teman, lain halnya dengan Andheera yang sangat misterius juga tak pandai bergaul.
...****************...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
kadek15
belum faham sama ceritanya krn banyak alur & konflik diawal cerita juga penokohannya masih banyak
2023-06-22
0
Clareisya
awal cerita yang bagus..
dan penulisan katanya juga rapi...
2023-04-06
0