Di ruang guru.
Ibu Karenina tengah menunggu Andheera yang masih berjalan ke arahnya, “duduklah..” ucap ibu Karenina sembari memberikan kursi kosong pada muridnya itu, Andheera menurut, ia pun duduk berhadapan dengan wali kelasnya.
Tidak seperti murid lainnya yang akan takut jika berhadapan langsung dengan wali kelas, namun Andheera sama sekali tak berekspresi dengan santainya ia menatap langsung kedua mata Ibu Karenina.
“apa kau memilki masalah dirumah?
Ibu perhatikan kau lebih sering tidur dikelas.” ujarnya mengawali pembicaraan.
“tidak ada.” Respon Andheera datar.
“atau masalah dengan temanmu?
Ceritakan saja ibu kan wali kelas mu, ibu kedua disekolah. Jangan kau pendam sendiri, tak baik, Andheera.” Ibu Karenina mencoba menasehatinya, refleks Andheera pun tersenyum tipis mendengar perkataannya, melihat ekspresi Andheera yang tampak mengejek Ibu Karenina mengernyitkan keningnya.
“aku baik-baik saja, Ibu tak perlu repot-repot mengkhawatirkanku.” Andheera beranjak dari kursi berniat untuk menyudahi obrolan yang sangat membosankan ini.
“mungkin bukan sekarang tapi nanti saat kau sudah siap untuk menceritakannya pada ibu, ibu akan selalu ada untuk mu, meskipun nanti ibu bukan lagi wali kelasmu.” Tambahnya lagi ketika gadis itu hendak pergi meninggalkannya dengan cara yang tidak sopan.
Mendegar kalimat klise yang selalu terlontar dari segelintir orang yang mencoba berpura-pura bersikap baik membuat gadis itu tersenyum menyeringai, kemudian mendekatkan tubuhnya untuk menatap wajah Ibu Karenina lebih dekat.
“ibu tahu, sejak kecil aku tak pernah menggantungkan hidupku pada orang dewasa, karena orang dewasa selalu memuakkan!” tatapan mematikan Andheera membuat 1 lengan Ibu Karen gemetar, meski itu hanyalah sebuah tatapan tapi ia merasa seperti seolah tengah di cekik oleh Andheera hingga untuk beberapa saat nafasnya pun berhenti.
Menyadari Ibu Karenina yang sudah terlihat ketakutan, Andheera hanya tersenyum lebar lalu berbalik meninggalkan wali kelasnya yang masih terpaku tak bisa berkata-kata, wanita paruh baya itu baru bisa kembali bernafas dengan normal kala gadis menyeramkan itu sudah menghilang dari pandangannya.
***
Dalam perjalanan, Andheera merasakan ponselnya bergetar, ia pun menghentikan langkahnya sejenak lalu merogoh ponselnya dalam saku blazer/jas, kemudian mengangkatnya tanpa melihat layar ponsel lebih dulu.
“kau baik-baik saja Andheera? omma sangat merindukanmu.” Suara yang begitu familiar terdengar dari seberang sana.
“iya aku sangat baik omma.” responnya datar.
“kenapa? Sepertinya kau tak senang mendapat telfon dari omma, apa kau sedang menunggu telfon dari pacar mu hehe.“ goda Diana mencoba untuk membuat lelucon garing.
“tidak, aku juga merindukanmu omma.” ungkapnya namun masih dengan nada yang sama.
“omma dalam perjalanan menuju Jakarta, pulang sekolah nanti jemput omma ya distasiun,” pinta Diana dengan nada yang lembut layaknya seorang nenek yang sangat menyayangi cucu perempuannya.
“kenapa tidak bawa mobil omma?” Andheera heran karena biasanya Diana berpergian jarang memakai kendaraan umum.
“hanya ingin saja mencoba naik kereta, sudah lama omma tak naik kereta.” jawabnya.
“baiklah, aku akan meminta pak Budi untuk mengantarku ke stasiun.” kata Andheera ingin cepat mengakhiri percakapan dengan neneknya.
“iya nanti omma kabari lagi, byee kelinci kecil omma.” Diana senang karena sudah lama tidak mendengar suara Andheera.
“hmm, hati-hati omma.” balas Andheera tetap datar lalu mematikan ponselnya dan memasukannya kembali ke saku blazer/jas, kemudian melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda beberapa saat.
Saat Andheera melewati kamar mandi, langkah Andheera kembali berbalik dan memutuskan untuk ke kamar mandi dulu sebelum menuju Kafetaria, seperti ada hal yang harus cepat-cepat diselesaikan (pipis).
Namun didalam kamar mandi ternyata sudah ada beberapa murid perempuan yang tengah men touch up wajahnya. Andheera melirik sedikit kearah cermin, ternyata mereka adalah Nuran’s geng, tak ingin perduli Andheera kemudian masuk ke dalam bilik toilet dan menyelesaikan urusannya dahulu.
5 menit berlalu Nuran’s geng masih disana tampaknya mereka tengah menunggu Andheera, karena kini mereka tak lagi memandangi cermin melainkan siap untuk menerkam seseorang yang keluar dari bilik kamar mandi.
Dengan polosnya Andheera memandangi cermin seolah tak ada yang terjadi, ia mencuci kedua tangannya dan mengabaikan Nuran’s geng yang sedari tadi terus memandangi Andheera.
“akhirnya aku bisa bertemu denganmu, Andheera.” sapa Nuran ketua dari Nuran’s geng, sembari memainkan ujung rambut Andheera.
Gadis yang lebih pendek dari Andheera itu terus memandangi Andheera dari atas hingga bawah. Masih bisa menahan emosi, Andheera menoleh ke arah Nuran dengan tatapan penuh arti, seolah ia tengah menantang ketua geng tersebut, membuat Nuran semakin memanas.
Karena tak tahan Nuran yang sedari tadi memainkan ujung rambut Andheera, secara tiba-tiba ia menarik rambut adik kelasnya itu membuat kepalanya ikut tertarik.
“HYYAAA!!! BI**h @#KHJ#@J apa kau GILA!! dasar S*@jgkkl kau berani denganku hah!!“ teriak Nuran penuh dengan umpatan yang luar biasa ganas.
Ketika ia melihat reaksi Andheera setelah dijambak olehnya malah tertawa seperti tengah mengejek, Nuran melepas jambakannya berniat untuk melayangkan satu tamparan yang cukup keras, namun Andheera memiliki reflex yang sangat bagus, Andheera menghindar hingga yang tertampar malah teman Nuran sendiri yang berdiri tak jauh dibelakang Andheera, alhasil ia pun tersungkur karena tamparan keras dari Nuran.
“AARRGGH!! SIALAN B*@kljhhjjjf!!” emosi nuran semakin tak terkendali, dari atas kepala Nuran terlihat kepulan asap yang siap akan meledak.
“JAGA PINTUNYA!!” perintah Nuran pada kedua temannya atau lebih seperti anak buah Nuran, mereka berdua berlari kecil keluar menuruti perintah dari sang ketua geng.
“akan kuberi pelajaran anak tak tahu diri ini!! Berani-berani nya kau menantangku B****!!” sambungnya lagi lengkap dengan wajah yang dipenuhi amarah.
“memangnya kau siapa, bisa memberiku pelajaran? Kau bahkan berada jauh dibawah level ku, aahahaa!!” Andheera tertawa mengejek seraya memandangi Kakak seniornya itu dari atas hingga bawah.
Tak ingin berbicara lagi Nuran siap untuk menerkam gadis yang kini ada dihadapannya, namun sayangnya Andheera terus menghindar seperti belut yang sulit dicengkram, ia selalu bisa meloloskan diri dari Nuran hingga Nuran pun kelelahan dan beristirahat sejenak untuk mengatur nafas.
“SHITTTT!! bagaimana bisa kau selincah itu, apa kau benar-benar manusia!!” gerutu Nuran kesal karena sedari tadi Nuran hanya bermain kejar-kejaran dengan Andheera dikamar mandi yang tidak terlalu luas.
Merasa sudah waktunya Andheera membalas, tangan Andheera terlihat mengepal berniat menyerang dalam 1 kali serangan mematikan. Namun..
BRAAKK!!.. Pintu kamar mandi yang tadi dijaga oleh kedua anak buah Nuran tiba-tiba terbuka, karena kedua teman Nuran sudah tumbang ditangan Vivian yang memaksa untuk masuk ke dalam.
“ada apa ini!” teriak Vivian dengan membanting pintu kamar mandi.
Melihat Vivian yang hadir tanpa diundang membuat Andheera lengah, karena ia menoleh kebelakang mengetahui suara yang hadir adalah suara yang tak asing baginya, kemudian Nuran memanfaatkan situasinya dengan memukul kepala Andheera menggunakan ponsel miliknya BLAMM!!.. Suaranya begitu nyaring terdengar hingga Vivian pun dibuat terkejut dengan aksi gila Nuran.
“Ukhh..” ringis Andheera yang kemudian jatuh ke lantai sembari memegangi kepalanya yang terhantam benda keras tadi.
Tak tinggal diam, dengan emosi yang menggebu-gebu dalam diri Vivian, ia berjalan cepat ke arah Nuran kemudian membabi buta dengan memukuli Nuran hingga babak belur. Tak berfikir akan resiko yang akan ia tanggung nanti karena sudah memukuli Senior nya, Vivian malah melarikan diri dengan membawa Andheera keluar dari kamar mandi.
Meski kondisi Andheera masih mengkhawatirkan, namun Vivian tetap membawanya berjalan keluar karena takut akan ada murid lainnya yang akan menjadi saksi kebrutalan Vivian menghajar Nuran’s geng.
“kau baik-baik saja Andheera? bertahnlah sebentar lagi kita sampai di UKS.” ujar vivian yang berjalan sembari memapah Andheera.
Sesampainya di UKS, Vivian langsung menidurkan Andheera di ranjang.
“ada apa?” Tanya petugas UKS yang menghampiri kedua murid tersebut, ia terkejut saat melihat darah yang mengalir dari kepala Andheera.
Tanpa berlama-lama petugas UKS itu pun langsung mengambil kotak P3K nya dan mulai mengobati Andheera, sedangkan Vivian masih menunggu sembari duduk diatas ranjang seberang Andheera, Vivian terus memandangi Andheera dengan perasaan khawatir layaknya seorang kakak yang melihat adiknya dipukuli.
“kau akan mendapat masalah Vivian,” gumam Andheera lalu melirik kearah vivian.
“apa kalian berkelahi?” petugas UKS mencoba menyimpulkan apa yang terjadi menurut versi apa yang dilihatnya.
“tidak, tadi Andheera terjatuh dari tangga, dan kepalanya terbentur.” dusta vivian dengan ekspresi wajah yang jelas sekali terlihat ia berbohong.
“ceritalah, aku takan bilang pada guru kalian, anggap saja aku sebagai kakak kalian, lagipula umur kita hanya terpaut 7 tahun kan.” petugas UKS itu mencoba merayu Vivian agar Vivian mau jujur dengan apa yang terjadi.
“jika sudah cerita memangnya mau apa?” tanya Andheera menghentikan fikiran Vivian untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya.
“Memberi solusi atau hanya penasaran ingin mendengar saja?” lanjutnya lagi lalu menatap tajam petugas UKS yang hampir menyelesaikan tugasnya mengobati luka di kepalanya.
Setelah ia selesai mensterilkan luka Andheera, mengolesi salep kemudian sekarang ia akan menutupnya dengan perban ukuran kecil, ia pun tersenyum sebelum menjawab pertanyaan andheera.
“aku akan membantu , aku juga kan pernah muda seperti kalian. Aku sering mengalami perkelahian waktu disekolah.” kata petugas UKS memberikan Vivian keberanian kembali untuk mengungkap apa yang terjadi sebenarnya.
Namun sebelum vivian membuka mulutnya, Andheera lagi-lagi menyelanya.
“tak perlu, lagipula aku hanya terjatuh.” pungkas Andheera lalu menarik tangan Vivian dan berjalan keluar UKS.
“huuft, dia mirip sepertiku saat aku SMA dulu, sangat kasar.” gumam petugas UKS seraya menghela nafasnya dan membereskan alat-alat P3K yang telah dipakainya barusan.
Setelah beberapa langkah keluar dari UKS mereka menyadari 1 hal yang hampir terlupakan bahwa mereka kini tengah berpegangan tangan, padahal hubungan pertemanan mereka masih belum berbaikan.
Vivian langsung menarik tangannya dari genggaman Andheera saat ia tersadar, ia canggung tak tahu apa yang harus dilakukan, Andheera berbalik dan menatap Vivian lembut.
“kau ke kafetaria duluan aja, kau pasti lapar kan, waktu istirahat masih ada 30 menit lagi.” Ujar Andheera lengkap dengan senyum tipisnya.
“kau ?” Tanya vivian, masih khawatir dengan keadaan Andheera.
“aku menyusul.“ balasnya sembari berbalik pergi entah mau kemana, tak ingin berfikir yang aneh-aneh vivian menurut, ia berjalan menuju kafetaria berharap teman-temannya masih ada disana jadi dia takan makan sendirian.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments