Episode 7 (Monster)

Dikamar Tsuyu.

Tampak Tsuyu tengah mengemas pakaian dan barang-barang yang ia butuhkan. Ia terus menatap bingkai foto, foto masa kecil dirinya bersama kakak lelaki juga Vivian yang sekarang ini menjadi calon tunangan dari kakak lelakinya.

Tsuyu tak pernah menduga hal menyedihkan akan terus berpihak padanya sejak kecelakaan tragis 11 tahun yang lalu, kehidupannya benar-benar berubah ia seperti hidup didalam neraka selama 11 tahun, kenyataan jika hanya dia yang mengetahui segalanya, membuat  Jesika nama dari ibu kandung gadis mungil tersebut sangat membencinya hingga kerap menjadi sasaran empuk kemarahan ibunya.

Berulang kali Tsuyu memberitahu kakaknya akan apa yang terjadi, jika ibunya berbeda, ibunya bukan manusia, ibunya adalah monster, kakak nya malah berbalik memarahi Tsuyu dia mengira semua yang dikatakan Tsuyu adalah omong kosong dengan berdalih adiknya itu hanya tak menyukai ibunya.

Hingga akhirnya Tsuyu menyerah dan lebih memilih untuk menanggung semua rasa sakit nya sendiri.

Took took.. terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar Tsuyu, membuat perhatian Tsuyu teralihkan  kemudian menaruh fotonya diantara tumpukan pakaiannya.

“kau sudah tidur?” Tanya seseorang dari luar sebelum membuka pintu kamar Tsuyu.

“belum, masuk kak.” respon tsuyu dari dalam, Brian pun membuka pintu kamar Tsuyu kemudian masuk kedalam dan duduk di kursi meja belajar adiknya seraya memandangi Tsuyu yang masih terlihat mengemas sisa barangnya.

“kakak baru pulang?

Bagaimana kencannya dengan kak Vivi?” Tanya Tsuyu mencoba mencairkan suasana, sebab Brian masih terdiam tanpa suara.

“iya begitulah, sama sekali tak menyenangkan.” Katanya seraya menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya seolah hal itu benar-benar menajdi beban untuk dirinya.

“apa kau bahagia?” giliran Brian yang kini bertanya, membuat Tsuyu menghentikan sesaat aktivitas mengemas pakaian dan beralih menatap Brian lengkap dengan senyum manisnya.

“kenapa pertanyaan kakak seperti itu, tentu aku bahagia, apapun yang ayah pilihkan untukku, itu pasti yang terbaik untuk masa depanku bukan.” lirihnya.

“apa kau sedang menghibur dirimu sendiri dengan berkata seperti itu, pilihan ayah selalu berbanding terbalik dengan kemauanmu Tsuyu!

Tak bisakah kau menolaknya dan tetap disini bersama kakak?” pinta Brian dengan nada yang sedikit memaksa.

“apa bedanya aku dengan kakak, dari lahir semuanya sudah ditentuka oleh ayah bukan, semua harus berjalan sesuai keinginannya  meskipun hal itu kebalikan dari yang kita inginkan memangnya kita bisa apa?” ujar Tsuyu masih mencoba mengontrol emosi yang bergejolak dalam hatinya.

“hanya kali ini Tsuyu, hanya kali ini kau bisa menolaknya jika tak ingin pergi, kakak akan membantu untuk bicara pada ayah oke, tinggalah bersama kakak.” Brian berjalan menghampiri adiknya dan duduk disamping Tsuyu lalu membelai lembut kepala adik perempuan satu-satunya itu.

“tidak, akan lebih baik jika aku pergi, kakek dan nenek juga sudah menungguku disana, segala sesuatu pun sudah siap, aku bisa langsung masuk sekolah dalam beberapa hari, aku tak ingin mengecewakan kakek dan nenek.” Tsuyu menurunkan lengan Brian yang masih berada diatas kepala nya.

“lalu bagaimana dengan kakak? Kau yakin akan meninggalkan kakak, hanya kau yang kakak punya saat ini.” Lirihnya dengan kedua mata yang mulai berkaca-kaca. 

“kudengar kau memiliki club fans yang anggotanya ciwi-ciwi semua, kau akan baik-baik saja kakak, lagipula aku kan masih bisa mengunjungimu kesini disaat liburan semester.” Brian terdiam tak dapat berkata-kata lagi.

“kak Brian yakin menerima perjodahan dengan kak Vivi? kalian saling menyukai kan?” Tsuyu mengalihkan pembicaraannya agar Brian tidak larut dalam kesedihan, “atau ayah memaksa hanya untuk kepentingan pribadi?” lanjut Tsuyu.

“dulu kakak memang pernah menyukai Vivian, tapi mungkin itu hanya sekedar rasa suka anak-anak yang menghilang seiring bergulirnya waktu. Karena sekarang kakak jadi ragu, kakak masih menyukainya atau tidak.” Jelasnya seraya memandangi langit-langit, mencoba mengingat kenangan masa kecil yang kini mulai memudar bersamaan dengan perasaannya yang menghilang entah kemana.

“kalau begitu hentikanlah kak, sebelum pertunangan terjadi nanti, akan semakin sulit untuk berhenti. Kakak boleh menuruti kemauan ayah untuk apapun kecuali pasangan hidup.” Ujarnya menasehati.

“hey kau mengerti apa tentang pasangan hidup Tsuyu, kau masih terlalu kecil untuk itu.“ Brian merasa lucu dengan perkataan Tsuyu kemudian mengacak rambut Tsuyu dengan tawa renyahnya. Lagi-lagi Tsuyu menepis lengan Brian namun kali ini dengan ekspresi kesal karena Brian mengejeknya.

“kupastikan jika ayah tak akan bisa mencampuri urusan percintaanku, karena aku sudah memiliki seseorang yang ku tuju.” tegas Tsuyu dengan penuh percaya diri lalu pergi meninggalkan Brian dikamarnya.

Merasa lelah, Brian pun berbaring di tempat tidur adiknya sembari menatap langit-langit kamar Tsuyu, Brian tengah memikirkan sesuatu yang begitu mengganggu fikirannya.

“andai saja  semuanya semudah apa yang kau bicarakan tadi Tsuyu, saat kau mulai dewasa nanti kau akan mengerti, hidup ini bukan hanya sekedar tentang cinta.” gumam nya lalu memejamkan kedua matanya sejenak untuk mencari ketenangan dalam hatinya.

Tsuyu tak sengaja melewati kamar ibunya dibawah, ia melihat pintunya sedikit terbuka semakin membuat Tsuyu penasaran apa yang sedang ibunya lakukan dalam kamarnya, untuk sesaat ia ragu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar Jesika, namun akhirnya adik perempuan Brian itu memberanikan diri masuk ke dalam kamar ibunya.

Ketika kecelakaan kelam tejadi 11 tahun lalu yang membuat Tsuyu mengalami trauma dan kehidupannya berubah, Jesika yang mengendarai mobil kala itu mengalami kelumpuhan dari pinggul hingga kakinya, ia sudah tak bisa berjalan sejak lama, ia hanya meghabiskan waktu didalam kamar atau sesekali melihat keluar balkon untuk sekedar menghirup udara segar di pagi hari.

Saat Tsuyu membuka pintu untuk menemui ibunya, Jesika terlihat tengah duduk dikursi roda sembari memandangi keluar jendela, meski ia tahu ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya wanita itu tampaknya tak perduli juga tak berniat untuk menoleh ke belakang.

“setelah beberapa tahun berlalu akhirnya kau datang juga Tsuyu, bagaimana perasaanmu akan jauh dariku?”Jesika berbicara tanpa menoleh ke belakang karena ia bisa melihat sosok tsuyu dari pantulan dinding kaca kamar Jesika.

Tsuyu terkejut ketika ia melihat ekspresi yang tak asing dari dinding kaca kamar Jesika, tatapan tajam kedua mata itu, senyum mengerikan itu tak pernah bisa ia lupakan, bagaimana kehidupannya berubah saat mengetahui sosok sebenernya seorang Jesika, membuat Tsuyu kembali ketakutan dan gemetar.

“apa kau takut, hingga kau ingin lari dariku?” lanjut Jesika yang kemudian memutar kursi roda agar bisa melihat Tsuyu secara langsung.

“kukira selama 11 tahun ini ibu berdiam diri dikamar, ibu bisa merenungi semua perbuatan ibu dimasa lalu yang mengerikan itu, bagaimana kau bertindak seolah tak terjadi apa-apa padahal banyak orang yang sudah kau bunuh saat itu!

Ibu, apa kau benar-benar seorang manusia, kau bahkan hampir membunuh putrimu sendiri!“ tukasnya ia berusaha memberanikan dirinya untuk menghadapi ibunya yang kini sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

“apa kau tak tahu kenapa aku melakukan itu padamu dan tidak pada kakak mu? Itu karena kau melihat apa yang seharusnya tak kau LIHAT!” sontak Tsuyu terkejut dengan teriakannya diakhir kalimat.

Kemudian hal tak teruduga pun menambah suasana mencekam kala itu, perlahan wanita menyeramkan itu bangkit dari kursi roda lalu berjalan perlahan menuju putri mungilnya yang tampak masih terdiam terpaku disudut ruangan, hingga membuat kedua kaki Tsuyu mulai gemetar  dan hampir terjatuh.

“kau masih tetap sama seperti Monster yang kulihat dimasa lalu, kau begitu mengerikan sekaligus menyedihkan.” Tsuyu mengepalkan tangan untuk mengumpulkan segenap keberaniannya menatap kedua mata Jesika.

“memangnya apa yang kau tahu (Jesika mengambil gelas yang berada di atas meja rias ) TENTANG DIRIKU HAH!!” teriak Jesika yang kemudian melempar gelas yang tadi digenggamnya ke arah cermin  membuat cermin itu pecah berkeping-keping dalam satu lemparan, na’asnya serpihan cermin itu terlempar sampai menggores pipi mulus Tsuyu. 

“kau fikir aku begini karena KEMAUANKU !!” Jesika kembali membentak gadis malang itu yang membuatnya semakin ketakutan lalu mundur perlahan.

Mendengar suara berisik dari kamar Jesika, baik Brian yang tengah tertidur di kamar Tsuyu maupun para pelayan berlarian menuju kamar Jesika, sementara itu Tsuyu sudah lebih dulu berlari keluar kamar Jesika sebelum para pelayan itu datang.

Kamar Jesika benar-benar kacau, serpihan kaca berserakan dimana-mana juga Jesika yang tiba-tiba melukai tubuhnya sendiri dengan menggoreskan serpihan kaca ke beberapa bagian tubuhnya seolah ia adalah korban dari perkelahian itu, hingga wanita itu pun terjatuh pingsan didekat ranjangnya.

Ketika Brian membuka pintu kamar ibunya ia sudah mendapati ibunya tengah terbaring tak berdaya dilantai dengan darah yang menetes dari lengannya, mencoba tetap tenang dengan situasi yang terjadi, lengan Brian langsung merogoh ponsel dari saku celananya kemudian menelfon dokter pribadi ibunya untuk datang ke kediamannya.

“tolong angkat ibuku ke ranjang, aku sudah memanggil dokter Yessa, dan jangan beritahu ayah.” Perintah Brian pada pelayan nya yang dengan sigap datang kemudian mengangkat tubuh wanita tadi yang sudah lemah dan membaringkannya diranjangnya.

Selagi ibunya dirawat oleh para pelayan nya, Brian yang melihat adiknya berlari menuju dapur kemudian berjalan pergi untuk menyusulnya.

Lengan gadis itu tampak masih gemetar bahkan untuk memegang botol air mineral pun ia harus menggunakan kedua tangannya. Seolah ia ingin melampiaskan rasa takutnya pada air mineral, ia terus meminum air mineral itu tanpa jeda hingga akhirnya ia tersedak dan terbatuk.

“apa yang kau lakukan di kamar ibu? Sudah lama ibu tak mengamuk seperti ini.“  tiba-tiba saja kakak lelakinya itu datang dengan wajah yang siap untuk meluapkan amarahnya.

“ibu? Bahkan ia tak pantas dipanggil ibu, kakak, dia BUKAN MANUSIA!!” teriak Tsuyu disela isak tangisnya.

PLAAAKK!!!! 1 tamparan melayang secara reflex mendarat dipipi Tsuyu yang terkena serpihan kaca membuat rasa sakit itu semakin bertambah memilukan.

“apa kau akan terus seperti ini Tsuyu? Kau fikir kau bisa lahir sendiri tanpa seorang ibu?!

Kau yang selalu membuat emosinya tak terkendali, dia sudah lumpuh seperti itu memangnya ibu bisa apa?!” seru Brian tak tahan lagi dengan sikap aneh adiknya.

“dia hanya berpura-pura kakak!! dia baik-baik saja, kenapa kau tak pernah percaya padaku.” Lirihnya dengan nada putus asa sebab Brian tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi selama ini.

“SUDAH HENTIKAN!!

Tsuyu, kau semakin keterlaluan, bagaimana kau bisa begini pada ibu kandungmu sendiri.” kekeh Brian.

“DIA BUKAN IBUKU!! dia bukan manusia, dia seorang Monster yang menakutkan yang sudah membunuh banyak orang!!” racau Tsuyu seraya memandangi lekat kedua mata Brian.

1 tamparan hampir saja mendarat kembali di pipi Tsuyu, namun Brian mengurungkan niatnya saat melihat darah yang keluar dari luka goresan dipipi adik kecilnya itu, sudah tak kuat dengan apa yang terjadi Tsuyu pun akhirnya menangis dengan sejadi-jadinya kemudian dengan sigap sang kakak memeluk Tsuyu erat seolah menyesal karena telah kasar dan menampar pipi Tsuyu.

Brian mencoba menenangkan Tsuyu dengan terus mengusap kepala belakang Tsuyu dalam dekapannya. Meski beberapa menit yang lalu ia marah pada Tsuyu namun entah kenapa sekarang ia merasa menyesal dengan apa yang telah ia lakukan sebagai seorang kakak, seharusnya Brian lebih bisa mengendalikan emosi bukan malah terus menyudutkan adiknya yang bahkan masih terlihat sangat ketakutan.

***

Bersambung...

 

Episodes
1 Episode 1 (Permulaan)
2 Episode 2 (Hari pertama masuk sekolah)
3 Episode 3 (Bertemu kembali dengan Mantan)
4 Episode 4 (Kekasih Ayah)
5 Episode 5 (Pelajaran)
6 Episode 6 (Pamit)
7 Episode 7 (Monster)
8 Episode 8 (Kepergian Tsuyu)
9 Episode 9 (Apa impianmu??)
10 Episode 10 (Gadis angkuh)
11 Episode 11 (Menyebalkan)
12 Episode 12 (Berisik)
13 Episode 13 (Kembali baikan)
14 Episode 14 (Mengancam)
15 Episode 15 (Rencana kejutan untuk Andromeda)
16 Episode 16 (Bersennag-senang)
17 Episode 17 (Luka masa lalu Andheera)
18 Episode 18 (Penghilang stress)
19 Episode 19 (Bolos)
20 Episode 20 (Salah paham)
21 Episode 21
22 Episode 22 (Video call)
23 Episode 23 (Bakat terpendam)
24 Episode 24 (Kenangan)
25 Episode 25 (Rencana Vivian)
26 Episode 26
27 Episode 27 (Hari sia*l)
28 Episode 28
29 Episode 29 (Menyelamatkan dr. Lyra)
30 Episode 30 (Saat-saat kritis dr. Lyra)
31 Episode 31 (Luka yang tidak tampak lebih menyakitkan daripada yang terlihat)
32 Episode 32 (Aku juga tidak baik-baik saja)
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90 End
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Episode 1 (Permulaan)
2
Episode 2 (Hari pertama masuk sekolah)
3
Episode 3 (Bertemu kembali dengan Mantan)
4
Episode 4 (Kekasih Ayah)
5
Episode 5 (Pelajaran)
6
Episode 6 (Pamit)
7
Episode 7 (Monster)
8
Episode 8 (Kepergian Tsuyu)
9
Episode 9 (Apa impianmu??)
10
Episode 10 (Gadis angkuh)
11
Episode 11 (Menyebalkan)
12
Episode 12 (Berisik)
13
Episode 13 (Kembali baikan)
14
Episode 14 (Mengancam)
15
Episode 15 (Rencana kejutan untuk Andromeda)
16
Episode 16 (Bersennag-senang)
17
Episode 17 (Luka masa lalu Andheera)
18
Episode 18 (Penghilang stress)
19
Episode 19 (Bolos)
20
Episode 20 (Salah paham)
21
Episode 21
22
Episode 22 (Video call)
23
Episode 23 (Bakat terpendam)
24
Episode 24 (Kenangan)
25
Episode 25 (Rencana Vivian)
26
Episode 26
27
Episode 27 (Hari sia*l)
28
Episode 28
29
Episode 29 (Menyelamatkan dr. Lyra)
30
Episode 30 (Saat-saat kritis dr. Lyra)
31
Episode 31 (Luka yang tidak tampak lebih menyakitkan daripada yang terlihat)
32
Episode 32 (Aku juga tidak baik-baik saja)
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!