Pagi hari masih di kediaman Daniel (ayah Brian dan Tsuyu).
Setelah selesai menikmati sarapan pagi, Tsuyu sudah bersiap untuk pergi, ia menarik kopernya sendiri berjalan keluar rumah.
“setidaknya biarkan kakak ikut mengantarmu juga Tsuyu.” ucap Brian yang berlari dari lantai atas menuruni tangga untuk menyusul langkah tsuyu.
“aku baik-baik saja kak, jika kakak ikut malah membuat hatiku terasa berat untuk pergi. Ayah sudah menunggu diluar, jaga dirimu kakak aku menyayangimu.” pamit Tsuyu dengan senyum manis yang terpancar dari wajah nya, ia ingin meyakinkan kakak nya bahwa ia baik-baik saja dan tak perlu khawatir.
“baiklah, jika sudah sampai hubungi kakak oke, kakak juga sangat menyayangimu. Tsuu.” pelukan terakhir untuk Tsuyu sebelum mereka benar-benar berpisah.
Brian menemani Tsuyu berjalan keluar serta membantu adik kecilnya itu untuk memasukan koper besarnya ke dalam bagasi mobil, dengan berat hati akhirnya Tsuyu masuk ke dalam mobil menyusul ayahnya yang sudah lebih dulu menunggunya sedari tadi.
Lambaian tangan juga senyuman terakhir Tsuyu berikan untuk kakak lelakinya yang tampak masih terdiam di tempatnya berdiri dengan tatapan sendu mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
Rasa sakit itu semakin menusuk dirinya kala mobil yang ditumpangi adiknya kini telah hilang dari pandangannya, bersamaan dengan air mata yang perlahan menetes membasahi pipinya, ia tak bisa terus berpura-pura untuk tidak baik-baik saja.
“usia kita masih sangat muda, haruskah kita menerima hal serumit ini.” Brian bergumam seraya masih memandangi jalanan yang telah dilalui oleh mobil ayahnya.
***
Dibandara XXX Jakarta.
“Kakek dan nenek mu akan menjemputmu disana, kenapa kau tak mau ayah temani?” Tanya Daniel yang menyempatkan waktu untuk megantar putri kecilnya, padahal 30 menit lagi ia harus bersiap untuk meeting bersama koleganya.
“aku tau betapa sibuknya ayah, jadi ayah tak perlu berbasa-basi mau mengantarku ke Inggris, sampai sini saja sudah cukup.” jawab Tsuyu dengan ekspresi dingin tak ingin menatap wajah Daniel sembari memegangi koper besar yang bahkan hampir menyamai besar tubuhnya.
“baiklah kalau gitu akan ayah tunggu sampai kau pergi ke runway.” sahut ayahnya.
“aku bisa menunggu sendiri, ayah bisa pergi sekarang, terimakasih.” Daniel menuruti keinginan Tsuyu, karena tak ingin menimbulkan suasana menjadi tak nyaman bagi putri bungsunya.
“iya, ayah pergi jaga dirimu baik-baik.” Daniel mencoba meraih kepala Tsuyu untuk mencium keningnya, namun Tsuyu langsung mundur selangkah masih dengan ekspresi dinginnya ia ingin menegaskan untuk ayahnya agar tidak berlama-lama lagi disini.
Daniel mencoba memahami sikap Tsuyu yang memang tidak menyukai dirinya juga ibunya, ia pun lantas pergi meninggalkan putru bungsunya.
Saat menyaksikan punggung ayahnya perlahan menjauh, ia melihat seseorang yang berlari kencang menuju dirinya, Tsuyu sangat terkejut mendapati kehadiran Andromeda yang tak diundang.
Sebelum mulai bicara dengan Tsuyu, Andromeda mengatur pernafasannya lebih dulu, sedangkan Tsuyu tertawa kecil karena tak percaya jika Andromeda akan datang ke bandara.
“sudah kubilang tidak usah datang kan.” Ucap Tsuyu megingatkan Andromeda.
“bagaimana mungkin aku tak datang, aku tak kan bertemu dirimu untuk waktu yang lama, setidaknya aku harus memberikan sesuatu padamu agar kau tak lupa akan janjimu untuk kembali.” Andromeda merogoh seseuatu dalam sakunya kemudian menunjukan nya tepat ke depan wajah Tsuyu, agar gadis mungil itu bisa melihatnya dengan jelas, tanpa berlama-lama Andromeda pun memakaikan kalungnya ke leher Tsuyu.
“sayap?” ucap Tsuyu melihat bandul kalungnya berbentuk sayap, seolah ingin penjelasan lebih lanjut mengapa bandul kalung itu berbentuk sebuah sayap, setelah memakaikan kalung Andromeda membenarkan rambut Tsuyu agar tak menghalangi kalungnya.
“kau tau kenapa aku memberikanmu kalung berbentuk sayap?“ Andromeda memegangi kedua pipi Tsuyu seraya memandanginya dengan tatapan lembut, Tsuyu hanya merespon dengan gelengan kepala.
“aku tak tahu berapa kali kau terjatuh, ataupun kesulitan macam apa yang kau alami hingga saat ini. Tapi.. sekarang ada aku disisimu, kau harus bangkit dan tumbuh, tinggalkan semua hal dimasa kecilmu yang membuatmu terluka.
Lalu mulailah terbang, terbang lebih tinggi lagi untuk impianmu dan.. aku, aku akan menunggu hingga sayapmu pulih dan kita akan bertemu kembali.” Andromeda mengakhiri kalimat perpisahannya dengan sebuah kecupan manis dikening Tsuyu.
Tanpa tsuyu sadari air mata bahagia menetes bersamaan dengan senyum cerianya yang telah lama hilang.
“Terimaksih, terimakasih..” lirihnya mencoba untuk menahan isak tangisnya.
Merasa sudah waktunya untuk ia pergi, gadis manis itu pun berbalik seraya melambaikan tangan mungilnya ke arah Andromeda yang masih berdiri dengan senyuman cerah yang terukir di wajahnya.
“Mungkinkah aku mulai menyukainya, tapi bagaimana mungkin?
Dia bahkan lebih muda dari adikku dan juga sangat kasar, bukankah aku selalu menginginkan seorang wanita yang penuh kasih sayang dan keibuan.” Katanya dalam hati seraya memandangi langkah kecil Tsuyu yang mulai menjauh dari pandangannya.
“Lalu apa alasanku sebenarnya berlari sampai sejauh ini untuk menemuinya?” gumam Andromeda masih tak mengerti dengan perasaan yang ia rasakan saat ini.
“atau mengetahui kisah hidupnya membuatku menjadi simpati, dan tanpa sadar aku memberi harapan berlebihan pada seseorang yang bahkan aku masih ragu dengan perasaanku sendiri.
Haruskah aku mencoba nya saja atau diam tak melakukan apapun, biarkan waktu yang menjawabnya.” Batinnya terus berbicara tanpa henti di tengah perjalanannya kembali menuju tempat ia memarkir kendaraannya.
***
Esok harinya.
Di kamar Andheera.
Tak terasa sudah akhir pekan, waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi tapi tak ada niat sedikitpun bagi Andheera untuk move on dari tempat tidurnya.
Andheera masih nyaman bergulang-guling menikmati waktu libur yang terasa panjang saat hubungannya mulai renggang dengan Vivian.
Beberapa menit berlalu, ringtone ponsel Andheera berbunyi, untuk sesaat gadis malas itu tak ingin memperdulikannya namun semakin lama ponsel itu berbunyi semakin membuat Andheera kesal, hingga Andheera terpaksa mencari ponselnya dibawah bed cover untuk mengangkat telfonnya tanpa melihat lebih dahulu siapa yang menelfonnya pagi-pagi buta begini.
“AIISHH!! SI**AL!!” tanpa melihat nama yang tertera dilayar ponsel miliknya, ia memilih untuk mengumpat lebih dahulu dengan mata yang setengah terpejam.
“APA!! SI***AL?!!
kau tak lupa JANJImu kan Andheera?!” mendengar suara yang tak asing, reflex Andheera membelalakan matanya karena terkejut ia hampir lupa akan janjinya pada seseorang di akhir pekan.
Buru-buru ia melirik jam dinding ingin memastikan jika ini belum terlalu terlambat.
“waaahhh, jadi benar kau lupa ya, kau memang tak bisa dipercaya, aku kecewa padamu!” keluh Brian pura-pura merajuk, membuat Andheera menjadi panik.
“aku.. aku sudah siap kok, kita bertemu di tempat aja ya, kak Brian gak usah menjemputku!” dusta Andheera padahal beberapa detik yang lalu nyawanya masih melayang entah dimana.
“kenapa?
Aku kan bisa menjemputmu.” protes Brian tak setuju dengan saran yang diberikan Andheera.
“tidak.. tidak kita bertemu ditempat, aku pergi 30 menit lagi oke.” tanpa menunggu respon dari Brian, Andheera langsung menutup telfon dan membantingkan ponsel ke tempat tidur, lalu bergegas turun dari ranjangnya.
“aiissh!! kenapa aku sama sekali gak ingat janji akhir pekan dengan kak Brian, aku belum menyiapkan baju yang akan kupakai lagi bagaimana ini.” Andheera tampak sangat panik sembari melirik kearah lemari dan kamar mandi, Andheera bingung harus memilih baju dulu atau mandi dulu.
Kreeek .. pintu kamar Andheera tiba-tiba terbuka , perlahan muncul sesosok kepala manusia dari balik pintu kamarnya. Dengan senyum ceria Andromeda berniat untuk menyapa adik kesayangannya.
“pagi Andheera, mau temani kakk jalan-jalan?
Keadaan hati kakak sedang tidak baik.” Katanya masih berada dibalik pintu.
“kakak.. Kakak bisakah kau memilihkan aku baju, aku harus cepat-cepat pergi dan tak ada waktu untuk memilih baju yang cocok, anggaplah aku modelmu okee, pilihkan baju untuk aku kencan!” seru Andheera sembari menarik tangan Andromeda untuk masuk ke kamarnya dan memposisikan Andromeda tepat di depan lemari pakaiannya yang sudah terbuka lebar, gadis itu bahkan tidak mendengarkan apa yang kakaknya katakan.
“kesan yang ingin ku tampilkan adalah Sexyyy..“ tambah Andheera dengan menunjukan ekspresi yang penuh arti, membuat Andromeda mengernyitkan dahinya.
Tak perduli dengan respon kakaknya Andheera pun langsung berlari menuju kamar mandi dan mempercayakan tugas memilih baju pada kakaknya yang seorang fotografer di agensi ternama.
“sexy? (andromeda kebingungan karena tingkah adiknya yang tiba-tiba saja menjadi aneh)
dia benar-benar sudah bangunkan.“ Andromeda mencoba berfikir keras untuk mengartikan keadaan yang tejadi saat ini.
Tik tok tik tok .. 10 menit berlalu.
Setelah Andromeda menyiapkan baju, sepatu dan tas untuk adik perempuannya itu, tak lama Andheera keluar dari kamar mandi masih memakai bath robes (jubbah mandi), kemudian tatapannya langsung tertuju pada baju yang kini berada diatas ranjangnya.
Sebuah hal yang sangat sulit untuk dicerna oleh akala sehatnya, rok panjang dengan motif bunga-bunga dipadu padankan dengan atasan kemeja bermotif pulkadot.
“Andomeda!“ gumam Andheera tak percaya dengan selera kakak lelakinya, membuat tubuhnya tiba-tiba lemas hampir terjatuh karena syock.
“bagaimana baguskan pilihan kakak, kakak suka sekali kemeja yang bermotif pulkadot.” ucap Andromeda percaya diri.
“oke.. Oke, baiklah kakak bisa keluar sekarang.” Andheera mencoba menahan emosi dan mendorong Andromeda keluar dari kamarnya.
“kakak tunggu dibawah ya, kita sarapan bersama.” seru Andromeda saat sudah berada diluar kamar Andheera.
JEEDAAR!! Wussshh... suara bantingan pintu kamar Andheera dan hembusan angin yang kuat membuat poni Andromeda terangkat seketika, hingga terlihat jidat paripurna Andromeda yang begitu mulus.
“Andheera sepertinya tidak mood.” gumam Andromeda lalu pergi menuju ruang makan.
Gadis itu sangat menyesali keputusannya untuk mempercayakan tugas memilih baju pada kakak nya.
“pilihannya benar-benar tak bisa dipercaya, bagaimana mungkin dia bisa menjadi seorang fotografer!
Dan juga, aku tak ingat memiliki baju udik seperti ini. Darimana pakaian ini berasal.” gerutu Andheera berusaha untuk mengendalikan emosinya seraya melemparkan pakaian yang diatas ranjangnya itu ke sembarang tempat.
Kemudian tanpa berlama-lama lagi, secepat kilat Andheera memilih baju apapun yang terlihat bagus, karena sudah tak ada waktu lagi, Andhera juga hanya berdandan seadanya karena yang terpenting hanyalah liptint tidak boleh sampai terlupakan.
Setelah selesai dalam waktu 15 menit, ia langsung berlari keluar kamar seolah tengah lomba marathon ia berlari dengan kekuatan penuh.
Whoooosh! Melihat andheera yang berlari melewatinya tanpa sarapan, Andromeda mengikutinya keluar. Dilihatnya Andheera pergi memakai taksi yang mungkin sudah dipesannya lebih dulu saat berada dikamar.
“memangnya siapa sih yang akan ditemuinya, sampai terburu-buru begitu,” sebuah ide terlintas di benak Andromeda, tak melanjutkan sarapan ia malah berlari ke garasi untuk mengambil motor dan mengikuti Andheera dari belakang layaknya seorang agen rahasia yang tengah memata-matai.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments