NovelToon NovelToon

Mimpi Dan Harapan [POV : Andheera]

Episode 1 (Permulaan)

17 tahun yang lalu..

Hotel Zeus Jakarta, lebih tepatnya disalah satu ruangan VVIP yang sebelumnya sudah di sewa oleh putri pemilik hotel untuk mengadakan acara reuni SMA yang jauh hari sudah di rencanakan.

Tampak satu per satu para tamu undangan berdatangan lengkap dengan senyum lebarnya mereka memasuki ruangan yang cukup besar, kemudian saling menyapa di dalam layaknya teman yang sudah lama tak jumpa, mereka saling berpelukan dan melempar tawa renyah hingga terlihat garis mata di kedua sudut matanya.

Segalanya tampak baik-baik saja sampai..

Tap.. tap.. tap.. suara langkah kaki terdengar tengah menghampiri seorang wanita yang sedari tadi tersenyum sembari menatap layar ponsel juga segelas air yang berada di genggamannya.

“Annyeong Hyemiya..” sapa seseorang tepat dibelakangnya lengkap dengan senyum menyeringai yang menambah kesan mengerikan dalam raut wajahnya.

Ketika sang wanita yang di sapa itu berbalik, seketika itu pun tawa lebarnya menghilang bersamaan dengan lengan nya yang mulai gemetar bahkan hanya untuk sekedar menggenggam segelas air.

“bagaimana kau bisa ada disini..?”

“kau lupa, Hotel Zeus ini milik ibuku.”

Prrangg..!! hingga gelas yang digenggamnya pun akhirnya terlepas dari genggamannya, membuat dirinya sedikit gugup karena semua perhatian saat itu tertuju padanya.

“biar saya yang bereskan nyonya tidak apa-apa..” selang beberapa detik seorang pelayan wanita pun muncul menyelamatkan keheningan yang terjadi, membuat Hyemi yang sempat gugup tadi memiliki alasan untuk pergi dari situasi yang membuatnya sangat tidak nyaman itu.

“kau baik-baik saja Hyemi..?” tanya seorang teman lamanya yang berjalan menghampiri Hyemi begitu ia mendengar pecahan gelas yang begitu mengejutkannya.

Namun seakan tak melihat temannya itu, Hyemi malah terus berjalan melewatinya masih dengan raut wajah yang sangat ketakutan, langkahnya tampak tergesa-gesa begitupun dengan pandangannya yang focus menuju pintu keluar.

Nafasnya pun kembali normal kala langkah kakinya sudah berhasil keluar dari ruangan tersebut, kemudian ia melambatkan laju kakinya seraya berpegangan pada dinding, sebab tiba-tiba saja air matanya mulai mengalir bersamaan dengan tubuhnya yang melemah karena masih syok dengan kejadian yang baru saja di alaminya di dalam.

“apa kau masih membenciku Hyemiya..?” suara yang tak asing itu kembali terdengar dibelakang nya.

Jantungnya kembali berpacu sangat cepat mendengar suara itu membuat tubuhnya semakin lemas.

“karena telah membunuh anjing kecilmu, bukankah seharusnya kau berterimakasih karena aku telah membuat penderitaan anjing kecilmu itu berakhir..?!” lanjutnya,

Membuat kedua mata Hyemi membulat, kemudian perlahan memutar tubuhnya untuk melihat kehadiran teman yang sangat menakutkan baginya.

“kau sudah berubah sangat banyak Jessica, kenapa kau jadi seperti ini..?” ujarnya dengan segenap keberanian yang ada hingga kedua mata mereka pun bertemu.

Tak langsung merespon perkataan temannya, Jessica malah tertawa kecil seolah tengah mengejek Hyemi yang tengah menahan ketakutannya.

“ku dengar kau sedang mengandung anakmu yang kedua ya..? ku sarankan kau jangan terlalu banyak membenciku, atau anak mu itu akan terlahir sepertiku, kau tau mitos itu kan..! hahaha.” Katanya lengkap dengan suara lengkingan tawanya juga sorot matanya yang tajam, kemudian ia memutuskan pergi setelah menyapa teman lamanya itu.

Saking lemahnya Hyemi hampir saja terjatuh, untung tangan satunya dengan sigap memegang dinding yang membuatnya masih bisa tetap berdiri. Namun sepertinya perutnya mulai merasa kram hingga ia terus memegangi perutnya dengan raut wajah yang tampak sangat kesakitan.

“hiksss.. hiksss.. hiksss..” suara tangisan Hyemi menggema memenuhi lorong yang tampak sepi kala itu karena semua orang tengah bersenang-senang dalam pesta reuni yang ternyata diselenggarakan oleh Jessica, putri dari pemilik Hotel Zeus Jakarta.

Kembali ke masa saat ini..

***

Chimi café.

Gadis berparas cantik serta bertubuh ramping itu tengah menikmati waktu libur panjangnya di Chimi café, sebuah café milik peninggalan orang tua teman baiknya yang tak lain adalah Vivian Erlingga.

Sudah menjadi kebiasaan, Andheera memang selalu menghabiskan waktu luangnya di Chimi café sembari menikmati Ice americano kopi favoritenya.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Andheera melihat karibnya itu muncul dari dalam café, tentu Andheera menyambutnya dengan lambaian tangan serta senyum lebar hingga membuat kedua matanya hilang untuk beberapa saat.

Vivian pun membalasnya dengan senyuman ramah seperti biasanya kemudian ia berjalan santai menghampiri karibnya itu dan duduk dikursi yang berhadapan dengan Andheera.

“kau tak ada rencana untuk pulang kampung gitu daripada luntang lantung gak jelas disini, gak ada kegiatan yang berarti juga yang kau lakukan..” ujar Vivian mengawali pembicaraan sembari melipat kedua tangan diatas dadanya seraya menatap tajam wajah teman baiknya itu.

Merasa pembicaraannya akan membosankan, sebab Vivian sudah membahas tentang kampung halamannya, Andheera berpura-pura tidak mendengarkan dan memilih untuk mengeluarkan ponsel dari saku jeans, lalu memainkannya tepat di depan wajah Vivian.

“Dia sudah menunggu mu bukan dibandung.. teman kecilmu yang pernah kau ceritakan itu?” tambahnya membuat Andheera berhenti memainkan ponsel kemudian ia beralih menyedot Ice Americano miliknya dahulu sebelum menjawab pertanyaan Vivian.

“aku tak memiliki keberanian untuk menemuinya, setelah aku meninggalkan dia begitu aja tanpa pamit, bukankah sudah pernah ku bahas.” Katanya dengan nada yang sedikit meninggi.

Suasana hati gadis berumur 16 tahun itu seketika berubah, kini ia tak lagi perduli dengan  ponsel yang masih dalam genggamannya, ia malah melihat kearah luar yang memperlihatkan adegan romance sepasang kekasih tengah berjalan-jalan sembari bercanda dan tertawa bahagia.

“kalau begitu kau harus berhenti , jangan sakiti lebih banyak teman cowomu lagi hanya karena kau bosan..” ujarnya,

Mendengar itu tatapan Andheera beralih pada Vivian yang terlihat mulai menampakan raut wajah serius sekaligus menahan emosi, sepertinya Vivian tak tahan karena semakin lama sikap karibnya itu semakin tak terkendali.

“Hmmm..” Vivian menyedot sedikit minuman Andheera untuk sekedar mengendalikan dirinya.

“cowo terakhir yang kau kencani adalah cowo yang kusukai sejak dulu..” katanya lagi sebelum Vivian beranjak dari kursi berniat untuk meninggalkan teman baiknya itu.

“Jadi kumohon padamu, hentikan permainan kekanak-kanakan mu ini Andheera!” mendengar pengakuan Vivian Andheera merasa bersalah namun juga kesal disaat yang bersamaan, karena Vivian tak pernah jujur dari awal tentang perasaannya.

“kenapa kau tak cerita dari awal, kalau kak Brian adalah orang yang kau sukai?” Andheera mencoba membela dirinya kerena tak ingin terlalu disalahkan.

“tadinya..“ lanjut Vivian yang kembali berbalik menghadap karibnya.

“kalau kau sudah berubah dan benar-benar menyukainya, itu tak masalah aku baik-baik aja selama kau bahagia karena kau teman baikku. Tapi sekarang aku sadar, kau tak akan pernah berubah, kau hanya bermain-main untuk melampiaskan rasa bosan mu..” kali ini Vivian benar-benar kecewa dan tak ingin mentoleransi sikap andheera lagi.

“Jika kita berada dalam satu SMA yang sama, ku harap kita tak usah saling menyapa atau bahkan tersenyum, semoga kau mendapatkan seorang teman yang bisa memahami sikap mu yang egois dan angkuh. Karena aku sudah tak bisa menjadi temanmu.” pungkasnya sebelum benar-benar pergi meninggalkan Andheera sendiri.

Andheera hanya bisa menghela nafas panjangnya seraya menyedot minumannya sesekali, ia memang merasa bersalah karena sudah mengencani lelaki yang disukai sahabatnya itu, tapi disisi lain ia juga merasa ini tidak adil sebab jika Vivian jujur padanya, ia tak akan mungkin mengencani lelaki yang juga disukai sahabatnya.

Tak ingin terlalu larut dalam situasi seperti ini Andheera memutuskan untuk pergi dari café, serta membawa minuman yang masih banyak tersisa untuk ia habiskan dalam perjalanannya nanti.

Gadis yang berparas cantik itu memiliki tinggi sekitar 177 cm, cukup tinggi bahkan mungkin di atas rata-rata mengingat tinggi perempuan Indonesia pada umumnya hanyalah kisaran 160 sampai 165 cm, ditunjang dengan tubuh yang ideal dan wajah yang mirip sekali salah satu Idol korea Irene Red velvet.

Meski begitu tapi kisah cintanya tak pernah ada yang bertahan lama, ketika ia mulai merasa bosan ia akan pergi, lalu mencari seseorang yang baru lagi dan begitu seterusnya hingga teman dekatnya Vivian pun merasa gerah dengan sikapnya yang kekanak-kanakan.

Dan kini sampai pada puncaknya Vivian mengeluarkan seluruh emosi yang ia pendam untuk menyadarkan teman baiknya itu.

“apa aku sudah melewati batas?” Andheera bergumam sendiri.

“serius?

Ayolah aku masih terlalu muda untuk itu, lagipula apa salahnya jika bermain-main sedikit huh!!”

Tak sampai disitu Andheera terus menggerutu kesal sembari sesekali kaki panjangnya menendang batu kerikil yang ia temui di jalanan, ia ingin mencoba untuk mengabaikan perkataan Vivian namun kalimat terakhir Vivian terus mengusik fikirannya.

Karena ini adalah kali pertama Vivian terlihat serius dengan ucapannya, seolah hubungan pertemanan yang mereka jalin selama 3 tahun terakhir tak ada artinya bagi Vivian, hingga Vivian dengan mudahnya berkata untuk mengakhiri pertemannanya.

Benarkah karena Kak Brian?

Atau memang Vivian sudah lama ingin meninggalkanku karena sikapku yang buruk, jadi Kak Brian hanya sebagai alasan ’fikir Andheera. Ia masih tak bisa berhenti untuk memikirkan karibnya itu yang bahkan sudah ia anggap sebagai keluarga baginya.

Saking fokusnya memikirkan Vivian hingga Andheera tak sadar jika langkahnya sudah membawanya sampai ke halte bis, padahal ia tak berniat untuk pulang cepat hari ini, namun karena sudah terlanjur berada di halte, Andheera memutuskan untuk pulang saja dan memikirkan nya lagi nanti.

“berubah?!

Aku kan manusia bukan bunglon.” Gumam Andheera lagi saat ia sudah duduk dibangku bis yang akan membawanya pulang.

Pada akhirnya persahabatan yang mereka jalin selam 3 tahun pun tidak ada artinya lagi, sebab konflik yang kini mereka berdua hadapi sedikit rumit karena melibatkan cinta segitiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Vivian mungkin masih bisa menjalani hari-harinya seperti biasa, karena kepribadiannya yang supel ia bisa beradaptasi dengan cepat dan dengan mudah mendapat banyak teman, lain halnya dengan Andheera yang sangat misterius juga tak pandai bergaul.

...****************...

Bersambung...

Episode 2 (Hari pertama masuk sekolah)

Malam harinya, -Kediaman Reza Alvarhez.

Di ruang tengah, Andromeda masih asik menonton acara favorite yang menayangkan film kartun, sembari memakan banyak cemilan yang ia beli tadi sore, seolah semuanya telah dipersiapkan.

Tak lama ia mendengar suara langkah kaki yang tengah menaiki tangga, refleks ia pun menoleh ke belakang lengkap dengan senyum yang merakah menghiasi wajah tampannya.

“Andheeraa.. “ panggil lelaki manis itu yang tak lain adalah kakak dari Andheera,

Meski jika diluar ia bersikap cool dan keren, hingga tak jarang ciwi-ciwi terpesona pada ketampanan Andromeda yang bisa dibilang visualnya mirip dengan idol yang tengah naik daun sekarang ini yaitu Kim seokjin BTS.

Beda hal nya jika ia sedang berada dirumah, ia akan bertingkah seperti bocah yang haus akan perhatian dari adik perempuan dan juga ayahnya yang terkadang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. 

“hm.. “ respon adiknya malas sambil terus berjalan menaiki tangga menuju kamar yang terletak dilantai 2.

“gimana?

Dheera sudah menentukan SMA yang sama dengan Vivian?” Tanya Andromeda yang masih ingin mengobrol dengan adik perempuannya itu, namun tampaknya Andheera sedang tidak mood untuk diajak berbicara.

“kak..” dheera menghentikan langkahnya sebelum masuk ke kamar dan berbalik untuk menatap wajah Andromeda dari lantai atas.

“tak bisakah kakak berhenti menyertakan namaku di setiap kalimatmu, hanya ganti dengan kata kamu saja, aku bukan anak kecil lagi kaak!!” rengek Andheera,

Dirinya bosan karena kakak lelakinya itu selalu memperlakukan dirinya layaknya gadis kecil yang masih berumur 5 tahun, tanpa menunggu respon kakaknya yang terlihat kebingungan untuk memahami apa yang adiknya maksud, gadis itu berbalik lalu masuk ke kamar dengan wajah yang tampak sangat sangat bad mood.

“apa dia bertengkar dengan Vivian?“ gumam Andromeda tak terlalu perduli dengan perkataan Adiknya tadi, ia malah melanjutkan menonton TV seperti tak ada yang terjadi.

“aahhhaaha!! kenapa patrick selalu mendapatkan peran bodoh..” Andromeda terhibur meski hanya sekedar menonton kartun dengan adegan yang konyol, humor Andromeda memang sesederhana itu  seolah ia menadi seseorang yang berbeda jika berada dirumah.

Beberapa menit kemudian ia kembali mendengar suara langkah kaki yang mendekatinya, “ayaaah..” sapa Andromeda yang antusias menyambut kepulangan Ayahnya.

“yaa meda.. ayah ingin tidur, hoaamm..” sahut Reza tak bertenaga sembari menguap yang selebar-lebarnya sampai bisa memasukan bola kasti ke dalam mulutnya,

Reza tak menghiraukan keberadaan putra sulungnya yang sebenarnya ingin ditemani menonton, Andromeda hanya bisa menghela nafas seraya melipat kedua tangan di atas dada dan juga memonyongkan mulutnya yang sedikit tebal, karena kesal adik dan ayahnya mengacuhkan dirinya yang kesepian.

“kenapa semua orang mengabaikan ku hari ini, padahal aku sangat kesepian huh!!” lirihnya lalu memakan semua cemilan dengan ganas seraya terus meracau tidak jelas.

Dreedd.. dreedd..

Ponsel miliknya bergetar dalam saku celana piyama panjangnya, tanda ada pesan masuk ke dalam ponsel Andromeda, tak menunggu lama Andromeda langsung merogoh ponsel miliknya takut ada hal penting dari kantor tempat dirinya bekerja.

#HEY!! JIKA KAU TAK MEMBALAS PESANKU LAGI, AKAN KUDATANGI RUMAHMU SEKARANG JUGA!!# (begitulah isi pesan Andromeda).

“kenapa bocah ini masih selalu menggangguku, padahal sudah kukatakan dengan jelas, kalau aku tak tertarik pada anak dibawah umur.” gerutu Andromeda masih sembari mengunyah cemilannya.

Tak ingin repot-repot perduli Andromeda melempar ponselnya kebelakang bantal kursi, lalu melanjutkan nonton sendirian hingga tengah malam.

Dikamar Andheera.

Gadis itu tampak tengah berdiri seraya menyandarkan tubuhnya ke pagar balkon, menikmati udara malam yang sejuk dengan sesekali mengedarkan pandangannya ke jalanan area komplek yang masih dipenuhi dengan para pengendara motor juga mobil yang berlalu lalang.

Selang beberapa detik, gadis berumur 16 tahun itu menghela nafas panjangnya seolah tengah memikirkan sesuatu yang terus saja mengusik fikirannya.

“apa yang sudah ku lakukan dimasa lalu, sampai kehidupan ku saat ini benar-benar kacau, satu-satunya teman yang ku punya pun meninggalkan ku, hidup ini seperti lelucon hahaha.” gumamnya diakhiri dengan tawa getirnya.

Tok.. tok..

Suara ketukan pintu dari balik pintu kamarnya membuat pandangannya beralih kemudian membalikan tubuhnya untuk menunggu siapa yang akan membuka pintu kamarnya.

“MASUK!!” jawab Andheera dengan nada suara yang meninggi agar orang yang berada dibalik pintu kamarnya mendengar suaranya.

Pintu kamarnya perlahan terbuka, dan dilihatnya salah satu ART mulai melangkah masuk ke dalam kamar dengan membawa baki yang berisikan susu coklat hangat untuk Andheera, dengan senyuman penuh arti Andheera mulai melangkah masuk ke dalam kamarnya untuk menghampiri sang ART yang bernama Mina tersebut.

"kak Minna..” panggil Andheera masih dengan senyuman penuh artinya.

Mendengar panggilan itu Mina pun menoleh ke arah putri majikannya setelah menaruh segelas susu coklat hangat di atas meja kecil disamping ranjang Andheera.

“berapa lama lagi kau akan terus mengawasiku?” pertanyaan yang tak terduga membuat Mina sontak membelalakan kedua matanya.

“amm.." Andheera menatap tajam kedua mata Mina yang hanya berjarak beberapa langkah darinya, seraya melipat kedua tangan di atas dadanya.

“Maksudku..

kau kan sudah mengawasi ku selama 3 tahun terakhir ini kemudian melaporkannya pada nenek tua itu, apa kau tak lelah kak?!

dengan gelar mu sebagai seorang sarjana bukankah kau bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik juga gaji yang..” gadis remaja tersebut menghentikan kalimatnya sesaat untuk sekedar memperhatikan raut wajah sang ART yang tampak mulai gugup.

“ahh.. nenek tua itu pasti memberikan mu gaji yang cukup besar untuk pekerjaan ini bukan hahaha!!” lanjutnya disertai tawa mengejek.

“bukankah kau sudah keterlaluan Andheera..” ucap Mina memberanikan diri untuk membalas perkataan gadis mengerikan tersebut.

Mendengar perkataan Mina, gadis mengerikan itu semakin meninggikan suara tawanya seolah merasa terpancing sorot matanya pun kembali menyalak.

“aahh seharusnya dulu ku bunuh saja nenek tua itu, agar tidak merepotkan..” gumam Andheera seraya membalikan tubuhnya berniat mengakhiri percakapannya dengan Mina.

“apa kau sudah gila Andheera?! bagaimana kau bisa bicara seenteng itu pada nenekmu sendiri.” Ujar Mina seraya memandangi tajam punggung Andheera.

“bukankah kalian semua sudah memandangku sebagai monster?

Jadi kenapa aku harus menjaga bicaraku, pergilah aku sudah muak melihat wajahmu!!” pekik Andheera seraya membalikan tubuhnya kembali untuk melihat kepergian sang ART dari kamarnya.

Tak dapat berkata-kata lagi akhirnya Mina pun keluar dari kamar Andheera dengan suasana hati yang masih tak karuan, sebab ia masih tak menyangka jika gadis remaja itu ternyata mengetahui yang sebenarnya.

Sebenarnya gadis seperti apa yang tengah ia hadapi saat ini, tubuhnya mulai gemetar bahkan untuk melangkah menuruni tangga pun seperti tak sanggup, hingga satu tangannya harus menggenggam erat pegangan tangga agar tidak terjatuh.

Sementara itu, kembali ke kamar Andheera.

Berdebat dengan Mina sangat menguras emosi dirinya, hingga ia pun memilih untuk membaringkan tubuhnya seraya memejamkan matanya sejenak, berharap ia akan langsung terlelap dan akan terbangun keesokan harinya.

Namun nyatanya..

Perlahan air matanya menetes mengalir membasahi bantalnya, terasa sangat menyakitkan baginya, bukan hanya orang lain yang memandangnya sebagai monster bahkan keluarganya sendiri pun selalu memberikan stigma negative terhadap dirinya.

***

Beberapa hari berlalu dengan damai, liburan pun telah usai saatnya Siswa dan Siswi masuk sekolah.

Di sekolah baru Andheera, SMA Kirin school Jakarta.

Kirin school terkenal dengan sekolah ter-Elite di Jakarta dengan biaya sekolahnya hampir mencapai puluhan juta setiap bulannya, namun karena seiring dengan berdirinya Kirin school juga pergantian kepemilikan membuat beberapa peraturan di sekolah itu ada yang berubah.

Tak hanya dari kalangan atas yang boleh sekolah disana tapi para siswa yang berbakat juga memiliki kepintaran diatas rata-rata berhak merasakan fasilitas sekolah Elite disana.

Namun tetap saja meski peraturan telah banyak berubah tapi sekolah itu masih di dominasi oleh keluarga siswa yang terpandang termasuk pejabat, pengusaha juga seorang Selebriti terkenal.

Hari pertama Andheera masuk sekolah, Andheera sedikit terkejut mendapati Vivian tengah berjalan dari arah berlawanan.

Ternyata temannya itu berada di sekolah yang sama dengan dirinya ditambah lagi sepertinya Vivian berjalan ke arah kelas yang Andheera tuju, membuat ia berfikir takdir ini benar-benar menyenangkan karena bisa mempertemukan dirinya kembali dengan sahabat sejatinya.

Namun tentu berbeda dengan yang Vivian rasakan, Vivian tampak tak perduli serta mengabaikan Andheera yang jelas-jelas berada tak jauh dihadapannya, ia malah terus berjalan mendahului Andheera masuk ke dalam kelas.

Sepanjang jam pengenalan antara guru dan siswa di hari pertama sekolah, Andheera tak mendengarkan sama sekali, jiwanya entah ada dimana gadis itu merasa kesepian duduk berada disudut ruangan dekat jendela luar.

Melihat semua teman-temannya mengobrol dan saling bercanda Andheera sedikit iri dan kecewa pada dirinya sendiri karena tak bisa berbaur seperti teman-teman lainnya.

***

Bersambung...

Episode 3 (Bertemu kembali dengan Mantan)

Beberapa jam kemudian.

Bel istirahat pun berbunyi, sama seperti yang lainnya Andheera juga bergegas keluar untuk mencari udara segar dan tak lupa ia membawa bekal makan siang yang dibuatkan oleh Kakaknya sebelum berangkat kerja, ia berencana untuk memakannya dipinggiran lapang luar.

“sebelum berkililing melihat-lihat sekoalah baru, sebaiknya isi perut dulu kan.” fikirnya kemudian duduk manis dipinggir lapangan basket.

Tak sempat memakan roti pertamanya tiba-tiba bola basket nyasar dan tepat  mengenai kepala gadis malang itu yang membuat tubuhnya bergoyang bekal nya pun terjatuh berantakan seiring dengan hatinya yang ikut hancur melihat bekal makan siang buatan kakaknya berceceran di aspal serta sudah bercampur dengan butiran debu dan pasir.

“sial!” umpatnya kesal bagaimana mungkin dihari pertamanya sekolah ia sudah mendapat kesialan yang menyedihkan seperti ini.

Tak ingin mencari tahu siapa yang melempar bola basket Andheera memilih merunduk memungut roti-roti lapisnya yang berantakan, lalu ia masukan kembali ke tempat bekalnya karena sebagai warga Negara Indonesia yang baik ia pastinya tak ingin membuang sampah sembarangan.

“Hey..” panggilnya dari kejauhan seraya berjalan menghampiri Andheera untuk sekedar memastikan kondisi sang korban baik-baik saja setelah terkena lemparan bola basket yang cukup keras.

Belum sampai pada gadis malang itu ia terlebih dahulu mengembalikan bola basket dengan melempar ke teman-temannya yang tengah menunggu bola untuk kembali bermain.

“kau seperti ..” ucap lelaki tadi saat ia telah sampai dihadapan gadis yang masih merunduk itu, ia mencoba berfikir keras mengingat seseorang, mendengar suara yang tak asing, Andheera pun mengangkat kepala untuk menunjukan wajah kesalnya.

“Andheeraaa?!!

Waaaahh.. tak kusangka kau benar-benar  masuk ke sekolah ku hhahaaaa, kau baik-baik saja?” lanjutnya lagi setelah ia bisa melihat dengan jelas wajah seorang gadis yang dikenalnya.

Berbeda dengan Brian nama lelaki tampan yang memiliki visual seperti Kim Taehyung BTS, Andheera hanya menunjukan ekspresi datar seolah masih kesal dengan perbuatan Brian barusan yang telah menghancurkan bekal makan siangnya.

“ayahku yang mendaftarkan aku ke sekolah ini, aku tak memiliki pilihan selain menuruti keinginannya.” ungkap Andheera, setelah selesai memungut kue dan memasukannya kembali ke tempat bekal, Andheera menutup bekalnya kemudian bangkit sembari memandangi Brian yang hanya terpaut 6 cm lebih tinggi darinya.

“bagaimana aku bisa baik-baik saja disaat kau melemparkan bola basket tepat ke arah kepalaku, itu sangat sangat membuatku pusing. Kau tau!” keluh Andheera lengkap dengan ekspresi kesal namun terlihat imut secara bersamaan, refleks Brian menyunggingkan box smile yang menjadi andalannya untuk memikat hati para ciwi-ciwi.

“kau masih sama, sangat menakutkan hhahaaaa (brian mengusap lembut kepala Andheera) mau ku antar ke UKS?” tambahnya lagi dengan nada lembut serta tatapan penuh dalamnya.

“engga, aku hanya perlu mengumpulkan nyawaku selama beberapa menit.” Andheera pun kembali duduk dengan nyaman seperti tidak ada yang terjadi.

“HEY!!

BRIAN KAU TAK AKAN MAIN LAGI?” teriak salah satu teman tim basket brian yang masih berlanjut main.

“tidak, gantikan saja aku dengan yang lain.” sahut Brian tak kalah nyaringnya, sebab Brian memilih untuk bersama dengan mantan kekasihnya itu lebih lama, setelah merespon teman-temannya Brian mencoba duduk disamping Andheera.

“tadi aku lihat kue mu itu sudah jatuh, kenapa kau mengambilnya kembali,

Eey.. meskipun itu belum 5 menit tapi kue-kue itu sudah bercampur pasir dan kuman, tak mungkin kan kau memakannya?” Brian berniat mengambil kotak makan siang yang terus dipegangi Andheera, namun Andheera tak memberikannya ia tetap mencengkram dengan erat diatas kedua pahanya.

“ayoolaah, akan kubelikan lagi yang baru Andheera.” bujuk Brian.

“kue ini buatan kakak ku, dia bangun pagi hanya untuk menyiapkan bekal siang untuk ku dan aku tak bisa menjaganya dengan baik malah menjatuhkannya, seharusnya jatuh ke dalam perutku bukan ke tempat yang kotor.” Andheera malah mengoceh tidak jelas seraya memandangi kotak bekal makan siang yang malang itu membuat Brian mengernyitkan keninganya.

“kau baik-baik saja?

Apa sesuatu yang buruk terjadi?” meski tidak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini namun tampak jelas raut wajah Andheera tidak seperti biasanya, wajahnya tampak murung membuatnya khawatir.

“tidak..” jawab Andheera lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Brian seraya menarik nafas panjang seolah ia tengah memiliki beban berat dipundaknya.

“bolehkah aku memelukmu?” tanya Brian sontak membuat Andheera membuka kedua mata sipitnya lebar-lebar.

“dasar mesum!” Umpatnya kemudian pergi meninggalkan Brian begitu saja tanpa menoleh lagi kebelakang.  

“eeyyy.. ayolah aku hanya ingin menghiburmu Andheera!!" goda Brian sembari mengikuti langkah Andheera dari belakang dan sesekali menyenggol pelan bahu Andheera dengan bahunya sendiri.

***

Kelas Andheera.

“teman-teman!!

Bagaimana kalau kita karaoke dan bersenang-senang dihari pertama kita berteman hhahaa!!” seru salah seorang siswa bernama Solji yang bermimipi menjadi seorang penyanyi.

“SETUJU!!“ respon beberapa siswa yang sama konyolnya dengan Solji, termasuk Vivian teman baik Andheera, kini ia tergabung ke dalam kelompok ciwi-ciwi famous dikelas.

Tanpa berlama-lama lagi mereka langsung berlari keluar ketika bell pulang berbunyi, layaknya sekelompok ayam yang baru dikeluarkan dari kandangnya, mereka terlihat antusias untuk bersenang-senang menikmati hari pertamanya di sekolah.

Namun tentu ada beberapa siswa juga yang tidak terlibat, mereka lebih memilih pulang ke rumah, menghabiskan waktu dengan belajar diperpustakaan, bekerja part time, less tambahan dan luntang lantung tak tentu arah seperti yang dilakukan Andheera saat ini.

Karena merasa kesepian gadis penyendiri itu pun membeli es krim di toserba, lalu menikmatinya di bangku taman dekat dengan sekolahannya.

“memang es krim strowbery luar biasa, aku harus meminta ayah membelikan chiller untuk tempat es krim strawberryku, akan kubeli es krim sebanyak-banyak nya kalau perlu pabriknya akan ku beli hahahaaa!!” Andheera mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.

“aiishh!!

Dasar wanita jahat, bisa-bisanya dia meninggalkanku sendirian, seharusnya dia bilang kalau dia suka kak Brian!!” gerutu Andheera lantaran ia kembali teringat akan teman yang sudah menelantarkannya sendirian seraya menendang-nendang angin yang tak terlihat karena saking kesalnya.

“siapa yang menyukaiku?” tiba-tiba Brian datang lalu duduk disamping gadis yang tengah menikmati es krim dalam genggamannya, sembari membuka mulutnya tanda ia ingin sedikit es krim milik Andheera, sedangkan Andheera tidak memperdulikannya.

“aah tidak, kenapa kak brian membuka mulut.” Tanya Andheera yang lebih memilih berpura-pura tidak mengerti.

“kau ini tak peka sama sekali!” dengan malas gadis kasar itu menyodorkan es krim kearah mulut Brian hingga mulutnya belepotan.

Tak ingin menyiakan kesempatan ini brian malah melahap langsung semua es krim strawberry Andheera membuat Andheera menganga karena terkejut melihat perlakuan ganas Brian terhadap es krim yang baru saja ia beli beberapa detik yang lalu.

“hey! berhentilah bercanda, aku sedang tak mood meladeni kak Brian.” geram Andheera lalu melipat kedua tangan diatas dadanya setelah melempar stik es krimnya, menyadari hal itu Brian buru-buru mengeluarkan yogurt strawberry dari saku celana sekolahnya berharap hati gadis kasar itu bisa luluh serta memaafkanya.

“kita barter oke, ayolah jangan marah-marah terus, aku takut.” goda Brian sembari menyenggol-nyenggol bahu Andheera.

“apa aku benar-benar terlihat mengerikan, kak Brian?” Andheera menatap tajam kedua mata Brian.

“siapa bilang kau mengerikan, kau hanya sedikit menakutkan heheeee.“ lagi-lagi Brian malah membalasnya dengan candaan, membuat Andheera hanya bisa menghela nafas beratnya.

“andai kau bisa lebih serius mungkin aku masih bersama dengan kak Brian, kakak terlalu banyak bercanda, sampai aku sulit membedakan itu benar-benar candaan atau serius. Dan itu sangat-sangat menyebalkan.. Kau tahu!” keluh Andheera seraya memalingkan wajahnya dari Brian yang terlihat sangat menyebalkan.

“gak apa-apa kau memutuskan ku sekarang tapi nanti saat kau dewasa kau harus menerima ku kembali okee.” Kata Brian dengan penuh percaya diri seraya mengembangkan senyum lebarnya hingga tampak deretan giginya yang putih dan rapih.

“ciih!!..”  Andheera berdecak kesal.

“sebenernya aku juga sedikit malu sih berkencan denganmu dulu, karena aku baru tahu kau ternyata masih SMP saat itu hhahaaa!!

Aku tertipu karena tinggi dan penampilanmu saat memakai baju casual, kukira kau juga anak SMA sepertiku.

Tapi untunglah kau yang memutuskan ku lebih dulu, jadi aku tak perlu memikirkan kata-kata agar tak menyakitimu perasaanmu hhahaaaha.” ungkap Brian diiringi dengan tawa renyah diakhir kalimatnya.

“tapi tak ada kata balikan dalam kamusku, untuk apa aku memulai cerita yang sudah ku akhiri.” tegasnya sembari menunjukan senyum smirk andalannya yang membuat Brian menelan salivanya seketika.

“ohh iyaa,

Btw.. kak Brian tau siapa yang paling tampan di sekolah ini?” celetuk Andheera tiba-tiba membuat Brian membulatkan kedua matanya sebab terkejut sekaligus terbakar api cemburu.

“YAK!!“ sentak Brian, tak ingin berdebat lagi dengan gadis picik itu Brian memutuskan untuk pergi meninggalkannya.

“aaaaahh!! ayolaah kak Brian kenalin aku dengan salah satu temanmu yang tampan itu, anak tim basket yang tadi itu juga gak apa-apa kok yaaa..yaaa..yaaa.” rengeknya sembari terus mengikuti langkah Brian dan menarik-narik lengan jas Brian layaknya anak kecil yang ingin meminta permen.

Kekesalan brian sudah tak bisa dibendung lagi, Brian pun mengapit kepala Andheera di ketiaknya sembari terus berjalan.

“kau ingin minta apa tadi?” geram Brian sembari sesekali menjitak pelan kepala Andheera.

“tidak.. tidak.. tidak jadi, tolong lepaskan! kak Brian (ringis Andheera yang masih berusaha mengeluarkan kepalanya dari apitan ketiak Brian yang sedikit berbau masam akibat seringnya bermain basket) HEY!! ketek mu BAU TAU!!” teriak Andheera kesal sebab Brian tak juga melepaskan dirinya.

***

Bersambung..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!