Di Bioskop XXX Jakarta.
Andromeda masih mengintili adik perempuannya itu dari jauh, kalau-kalau ada hal yang tak diinginkan terjadi. Disisi lain Andheera dan Brian terlihat tengah memesan pop corn dan minuman.
“kita mau nonton film apa?” Tanya Andheera sebab kakak seniornya itu sudah lebih dulu membelikan tiket film sebelum ia datang.
“film Train to busan, tentang zombie gitu kau pasti suka, tapi filmnya masih 1 jam lagi, kita jalan-jalan dulu yuk sebentar.” Brian memberikan minuman serta pop corn pada mantan kekasihnya itu agar dia bisa merangkul Andheera tanpa penolakan dari Andheera.
Melihat adegan itu, Andromeda yang sembunyi dibelakang tak jauh dari adiknya berada, langsung merasakan emosi yang bergejolak dalam hatinya, ia tak terima jika adiknya disentuh seperti itu, ia pun berniat untuk menghampiri Andheera, namun hal yang tak diinginkan terjadi pada dirinya, ia mendapat panggilan alam yang tak bisa tertahankan.
“aiish kenapa tiba-tiba aku sakit perut, apa ada yang salah dengan sarapanku tadi pagi, uughh, sakit sekali, aku tak tahan, toilet dimana toilet!!” tak perduli lagi dengan Andheera, ia pun berlari untuk mencari toilet sembari memegangi perut dan bokongnya.
Sementara itu Keenan dan Hyunjie baru sampai di bioskop, Hyunjie langsung berjalan menuju tempat pop corn untuk memesan, diikuti oleh Keenan yang berjalan santai tak jauh dibelakangnya.
“kau ingin yang manis atau asin?” Tanya Hyunjie sembari melihat list menu diatas.
“manis, minumnya cola aja, aku harus ke toilet dulu bun sebentar.” tanpa menunggu respon dari hyunjie, Keenan langsung buru-buru pergi menuju toilet.
“aih, baru juga sampai sudah ke toilet.” Gumam nya seraya memandangi punggung Keenan sesaat sebelum akhirnya kembali pada tujuan awalnya.
***
Di toilet.
Saat Andromeda keluar karena sudah menyelesaikan urusannya, ia berpas-pasan dengan Keenan yang akan masuk ke toilet lalu melewatinya.
Untuk sejenak Andromeda seperti tengah mengingat-ingat seseorang yang tak asing baginya, wajahnya terlihat mirip namun postur tubuh dan penampilannya sama sekali berbeda.
“eeyyy.. tak mungkinkan dia si gendut hitam itu, hhaha!! lagipula kenapa juga dia ada disini.” celotehnya saat Keenan sudah masuk ke dalam toilet, Andromeda kembali teringat akan tujuan nya berada disini, ia pun bergegas untuk mencari Andheera.
“dari mana aku harus mulai mencari?" gumam Andromeda saat menatap ke sekelilingnya begitu banyak pengunjung diakhir pekan membuatnya kewalahan.
“apa aku menyerah saja dan menunggunya dirumah.” Lelaki bongsor itu sangat dilema, hingga getaran ponsel miliknya membuat ia teralihkan, ia pun merogoh ponsel dalam saku celana jeansnya untuk melihat ada notifikasi apa diponselnya. “email” gumam Andromeda kemudian membuka emailnya.
#Hey! kak Medaa
apa kau sudah merindukanku sekarang?
karena aku sudah sangat merindukanmu -_-
tapi sepertinya demi kebaikanku untuk saat ini aku harus fokus pada pendidikanku,
jadi aku tidak bisa terlalu sering menghubungimu.
Doakan saja semuanya lancar dan ketika libur semester nanti , aku akan menemuimu#
-I Love You-
Tak sampai 1 menit senyum lebarnya langsung terukir dibibir Andromeda, ia begitu bahagia sampai lupa tujuannya datang kesini.
“waaah, apa aku benar-benar jatuh cinta pada gadis kasar ini, sungguh tak pernah kubayangkan apakah dia memang cinta pertamaku aahaaha..” Andromeda tertawa sendiri sembari terus menatap layar ponselnya, 3 detik kemudian dia menyadari sudah banyak orang yang memperhatikannya, merasa malu ia pun berjalan pergi sembari menutupi wajah dengan tangannya.
***
Hari sudah hampir petang, setelah puas nonton, berjalan-jalan dan makan, akhirnya Andheera dan Brian berniat untuk menyudahi hari yang menyenangkan ini.
Di mobil Brian.
“perasaan ini kembali datang, kurasa aku tak punya riwayat penyakit jantung, tapi kenapa jantungku terkadang berdebar lebih cepat dari biasanya.” batin Andheera sembari memegang bagian atas dadanya.
“kau baik-baik saja Andheera?” Tanya Brian khawatir yang melihat gadis yang duduk disampingnya tiba-tiba memegangi dadanya dengan raut wajah yang terlihat kesakitan.
“aahh, aku hanya merasa jantungku berdebar lebih kencang dari biasanya.” sahut Andheera
“kau mau kerumah sakit, kita periksa ya?” ujar Brian sedikit panik.
“tidak , aku baik-baik aja sekarang. “ kata Andheera lalu menurunkan tangan dari atas dadanya
“kau yakin?” tanya Brian masih mengkhawatirkan Andheera.
“iyaa, kita pulang saja, aku lelah kak Brian.” tak ingin berbicara lagi Andheera memilih untuk memejamkan matanya tanda ia tak ingin ditanyai lagi.
“baiklah." Brian menuruti keinginan Andheera, kemudian kembali memfokuskan pandangannya ke jalanan.
Setelah suasana hening selama 10 menit, tiba-tiba saja Andheera membuka kedua matanya seakan ia teringat akan sesuatu yang sangat penting, ia langsung melirik tajam ke arah Brian disampingnya.
“sejak kapan kak Brian mengenal Vivian?” Brian tersenyum mendengar pertanyaan itu, ia tak menduga jika gadis itu masih mengingat akan janjinya.
“Vivian pasti sudah cerita kan tentang kedua orang tuanya.” Kata Brian memastikan sebelum memulai ceritanya.
“hmm.. mereka meninggal karena kebakaran.“ respon Andheera datar.
“iya, vivian masih terlalu kecil juga untuk tinggal di Café sendirian, jadi Kak Hani menitipkan Vivian untuk sementara di Panti asuhan. Dan disanalah aku bertemu dengannya, rumahku yang dulu dekat dengan Panti asuhan tempat Vivian tinggal, lalu Vivian pindah saat masuk SMP ia ikut bersama kakeknya yang kaya itu.
Setelah itu aku sudah tak pernah bertemu lagi dengannya.” Ceritanya kemudian tersenyum lebar untuk mengakhiri cerita singkatnya.
***
Malam harinya, dikamar Andheera.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, ia langsung menuju meja belajar, Andheera mengambil buku harian dari laci meja, seolah ada banyak sekali yang mengganjal dalam hatinya ia ingin menceritakan semuanya, tapi pada siapa, Vivian tak lagi ada disampingnya. Kemudian ia memilih untuk mencurahkan semua isi hatinya dalam buku diary.
-Haii Ray.
Apa kabar? Ku harap kau baik-baik saja disana.
Maaf aku pergi tanpa pamit, kufikir jika aku menemuimu lebih dulu, aku tak kan pernah bisa pergi,
aah tidak.. kurasa ini hanyalah sebuah alasan, aku hanya tak memilki keberanian untuk menghadapimu.
Tapi kau tau, tiba-tiba saja aku membayangkan bagaimana jika takdir mempertemukan kita kembali.
Apa yang harus kukatakan padamu, mungkinkah kita akan bisa kembali tertawa bersama atau malah seperti orang asing.
Semua ini juga sulit untuk ku, aku tidak berada dalam keadaan bisa memilih,
meski aku sangat bahagia bisa berteman dan menghabiskan banyak waktu denganmu, tapi ada hal yang harus kulindungi disini.
Maaf dan juga terima kasih kau sudah mewarnai hari-hariku yang gelap, dan menerangi setiap jalanku kau juga yang telah menghangatkan hatiku dengan sikap lembutmu.
Di kehidupan selanjutnya, aku berjanji Jika kita bertemu kembali aku akan lebih baik padamu dan tak akan pernah meninggalkanmu. –Jaga dirimu.
***
Keesokan harinya, -Kirin school Jakarta.
Saat jam istirahat seperti biasanya Andheera selalu berjalan-jalan dipinggir lapangan sembari melihat kakak senior nya yang tampan tengah bermain basket.
Sesekali ia tersenyum kearah seorang seniornya yang terlihat sangat tampan, bagi Andheera melihat laki-laki tampan adalah sebuah nutrisi yang dapat mengcharge semangatnya.
Mungkin karena terlalu sering menonton MV boy grup Korea, tanpa sadar telah mempengaruhi kehidupan nyata gadis cantik itu.
“hey! Andheera.“ sapa Brian yang tiba-tiba saja muncul di hadapan wajahnya sembari memegangi buku-buku tebal.
Brian cukup tampan dengan kulit sawo matang, rambutnya yang hitam pekat juga box smile yang dimilikinya membuat para ciwi-ciwi tak bisa lepas dari pesona manisnya.
Ditunjang dengan tingginya yang mencapai 185 cm, sangat tinggi mengingat mayoritas pria di Indonesia hanya memiliki tinggi sekitar 160 sampai 170 paling tinggi pada umumnya.
Bahkan tubuhnya pun tak diragukan lagi karena setiap hari selalu berolahraga ia memiliki otot dan roti sobek, itulah yang membuat ia semakin dikagumi dan disukai banyak perempuan disekolah sampai ada yang membuat sebuah club yang berisikan fans fanatik dari seorang Kimbrian.
Tapi dengan bodohnya Andheera melepaskan laki-laki tampan yang dihadapannya ini dengan alasan ia bosan, terlalu klise untuk menjadi sebuah alasan.
Namun itu kebenarannya berapa kalipun hati Andheera berlabuh pada akhirnya ia hanya singgah bukan untuk benar-benar tinggal. Seolah seperti sebuah hukuman ia tak pernah merasakan perasaan yang nyata.
“hey! Andheera, (Brian mengibaskan telapak tangan nya tepat didepan wajah Andheera yang tampak sedang melamun) apa yang kau fikirkan?” Tanya Brian.
“ahh kak brian, (gadis itu akhirnya tersadar dari lamunannya) kenapa banyak sekali membawa buku?” tambahnya seraya mengernyitkan dahinya.
“aku sudah kelas 3 jadi harus banyak belajar, kau tau kan, aku tak terlalu pintar jadi aku harus berusaha keras untuk masuk ke Sevit University, pilihan ayahku.” paparnya.
“jangan terlalu mamaksakan diri untuk mengikuti semua kemauan orang tua, karena yang menjalani nya adalah kita, bukankah kita yang lebih tahu apa yang kita inginkan, ketika mereka bilang ayah sudah memilhkan jalan yang terbaik untuk mu.
Tapi..
Sebenarnya itu bukan untuk kita, dia hanya ingin membanggakan dirinya sendiri pada orang lain, sampai akhirnya kita sadar masa muda kita telah berlalu tanpa impian, kau fikir kita akan bisa kembali?
Tidak mungkin kan, lalu setelah itu terjadi siapa yang harus disalahkan?
Tentu diri kita bukan, yang hanya diam tak melakukan apapun.” Seolah tengah tertampar begitu keras, Brian hanya bisa diam sembari memegangi buku-buku tebalnya.
“hhahaha.. (Andheera tertawa untuk mencairkan suasana)
apa perkataanku terlalu dewasa untuk ukuran anak umur 16 tahun.
Sory.. sepertinya aku mengcopy kalimat yang ada dalam drama, kak Brian kau ingin kutemani belajar di perpus?” karena melihat Brian yang masih belum sadar, Andheera memutuskan untuk menarik tangan Brian berjalan menuju perpustakaan tanpa persetujuan dari Brian.
“impian?” Brian akhirnya bersuara dalam perjalanannya menuju perpus.
“iyaa, hal yang sangat ingin kau lakukan, pilihlah jalanmu sendiri, meski tak semudah dengan jalan yang dipilihkan oleh ayahmu.
Tapi itu adalah impianmu hal yang benar-benar ingin kau lakukan, ketika kau terjatuh itu tak akan terasa sakit karena kau menyukainya, kau yang memilih mimpimu sendiri.” lagi-lagi senyum lebar Andheera terukir dibibir tipisnya membuat hati Brian merasa sangat nyaman tanpa sadar ikut tersenyum terbawa suasana.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments