Malam harinya.
Dikamar Andheera, sedari tadi Andheera hanya berguling-guling ditempat tidur, ia merasa sangat bosan, bad mood ditambah saat ia tersadar jika ia sudah tak memiliki teman disisinya itu semakin membuat moodnya turun drastis.
Lalu siapa lagi yang bisa Andheera ajak berjalan-jalan keluar, karena selama ini jika tak dengan Vivian..
“aaahh.. Kak Meda!!” serunya, tiba-tiba muncul satu nama dalam benaknya, Andheera berlari kecil keluar kamar untuk mencari kakak nya di lantai bawah.
“KAKAAK!!” panggil Andheera dari lantai atas, sedangkan Andromeda yang tengah bermain game langsung menoleh kearah sumber suara dengan tatapan malas karena sedang asyik bermain game meskipun hanya sendirian.
“apa?” jawab meda malas lalu kembali terfokus dengan game nya.
“aku ingin mencari udara segaarrrrrr.” Seru Andheera nyaring.
“Dheera lihat saja wajah kakak.” respon Andromeda datar.
“Aaarrgggghhh Kakaaakkkk ayolaaahh!!” adiknya itu terus merengek manja dari lantai atas membuat telinga Andromeda hampir meledak karena lengkingan suara Andheera yang tajam setajam silet.
“okee okee baiklah kakak tunggu dibawah.“ akhirnya Andromeda mengalah dan menuruti keinginan adik perempuannya itu dengan sedikit keluhan.
“oke 15 menit lagi aku turun!!“ pungkasnya sebelum ia kembali masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.
“iya.” jawab Meda singkat masih tak ingin beralih dari permainan gamenya.
***
Mall Matalari Jakarta.
Saat berjalan-jalan menelusuri Mall sambil melihat-lihat keadaan sekitar, Andromeda mengawali pembicaraan yang tak ingin dibahas oleh Andheera.
“lagi berantem ya sama Vivian?” Andromeda merangkul Andheera layaknya pasangan kekasih yang tengah berjalan-jalan ditengah keramaian publik.
“setiap pertemuan pasti ada perpisahan kan kak.” jawab Andheera ngasal membuat Andromeda mengerutkan dahinya.
“kakak kan hanya bertanya apa kalian sedang berantem kenapa jadi perpisahan, memangnya Vivian pergi kemana?
Kalian tak akan bertemu lagi?” Andromeda penasaran dan terus bertanya tentang hubungan pertemanan adiknya itu.
“iya dia meninggalkanku dia sudah punya teman baru sekarang, yang jauh lebih mengasyikan dariku.“ lirihnya.
“Dheera baik-baik saja?”Andromeda terlihat sangat khawatir mengingat kedekatan Andheera dengan Vivian yang sudah seperti saudara kandung.
“aku sudah pernah mengalami hal ini sebelumnya jadi itu bukan masalah besar bagiku, aku kan masih punya kakak.” Andheera tersenyum manja kearah kakaknya yang hanya terpaut 5 cm lebih tinggi darinya seraya menautkan tangannya ke tangan kakaknya.
“2 kali?
Aahh.. Teman dheera yang gendut item itu, bukannya dheera yang meninggalkan dia?” Andromeda mengingatkan hal yang sebenarnya terjadi.
“aaah aku lupa hhahaa, yaa anggap saja aku kehilangan 2 teman dekat.” celetuk Andheera tetap tak ingin disalahkan, seraya mengertkan tautan tangannya. “hanya kakak yang kupunya saat ini” tambahnya lagi dengan nada sendunya.
“benarkah?” respon Andromeda tak percaya yang kemudian beralih mengusap lembut kepala Andheera.
“ANDROMEDA!!“ terdengar teriakan nyaring dari belakang membuat kedua kakak beradik itu kompak berbalik kebelakang tanpa melepas rangkulannya.
“jadi ini alasan kau terus mengabaikanku!!
Kau bilang kau tak tertarik dengan bocah SMP, lalu dia?! Kurasa dia tak terlihat lebih tua dariku tuh.” mendengar seorang gadis mungil mengomel karena cemburu menganggap dirinya adalah kekaksih kakaknya, Andheera tak kuasa menahan tawa geli seraya melepas tautan tangannya, begitupun dengan Meda yang kini menurunkan tangannya dari bahu adik perempuannya.
Tsuyu nama gadis mungil itu tak terima ditertawakan oleh gadis yang tampak sama mudanya dengan dirinya, refleks tangan kasar Tsuyu langsung menjambak rambut Andheera yang saat itu ia biarkan terurai.
“aaaa.. aaaa kakak!! Kakak sakittt!!” ringis Andheera seraya memegangi kepalanya yang malang.
Tak mau kalah Andheera pun ikut menjambak rambut Tsuyu dengan ganas, hingga terjadilah baku hantam antara Tsuyu dan Andheera di tengah keramaian yang ada dalam Mall Matalari, yang berakhir menjadi pusat perhatian banyak orang, tak sedikit juga yang malah memvideokan perkelahian kedua gadis bar-bar itu.
“hentikan, kalian tak malu banyak orang yang memvideokan?” Andromeda mencoba memisahkan kedua gadis liar itu, akhirnya mereka pun berhenti karena menyadari sudah banyak kerumunan orang yang mengelilinginya saat ini.
Para penonton pun bubar sesaat setelah mereka berhenti sebab sudah tidak ada hal yang bisa mereka rekam.
“aku paham kalian berdua masih anak-anak, tapi ngga harus berkelahi didepan umum kan, kalian membuatku malu.” lanjut Andromeda kemudian menarik lengan adiknya menjauhi Tsuyu yang tampak kacau balau.
“apa dia pacarmu!” ucap Tsuyu sedikit terisak dan kesakitan.
“dia adikku, berhentilah membuat keributan kau ini bar-bar sekali jadi perempuan, inilah sebabnya aku tak menyukaimu kau sangat kasar dan menakutkan, Tsuu.” Jelas Andromeda.
“kenapa kau tak pernah bilang, kalau kau memiliki seorang adik perempuan?” ucapnya dengan nada lirih menahan tangis sebab ia masih merasa terkhianati.
“apa kita sedekat itu untuk menceritakan hal pribadi.” Balas Andromeda dengan nada dingin layaknya laki-laki yang memerankan peran fucekboy.
Sementara kakaknya berbicara dengan gadis bar-bar itu, Andheera yang berdiri dibelakang tubuh Andromeda terus mengusap kepalanya seraya memastikan jika rambut berharganya tidak berjatuhan terlalu banyak akibat perkelahian yang tak terduga sebelumnya.
“kenapa kau sangat jahat padaku, kak Meda?” Tsuyu mencoba menahan air matanya dengan mengepalkan kedua tangan mungilnya.
“kau salah paham dengan kebaikan ku padamu, aku tak melakukan itu hanya padamu, aku melakukannya pada yang lain juga dan aku tak pernah memandangmu sebagai wanita.
Kau tak lebih sama dengan adikku, Tsuu, maafkan aku jika aku sudah membuatmu bingung.” Andromeda berniat mengusap kepala Tsuyu namun lengan adiknya dari belakang tiba-tiba menghentikannya seraya menatap tajam kedua mata Andromeda.
“hentikan kak..“ Andheera menepis tangan kakaknya sebelum menyentuh kepala gadis malang itu.
“kau hanya akan membuatnya tak bisa melupakanmu, ayo pergi..” tambah Andheera lagi lalu menarik paksa tangan kakak lelakinya dan pergi meninggalkan Tsuyu yang masih terdiam memandangi punggung lelaki yang disukainya sampai akhirnya menghilang dari pandangan Tsuyu.
“dasar laki-laki tidak berperasaan! Hiks.. hikss.” Gumamnya sembari terisak dan terus menyeka air matanya yang sudah tak bisa ia tahan lagi.
***
“bagaimana kakak bisa bertemu dengan gadis bar-bar seperti itu, hiih mengerikan?” celoteh Andheera sembari bergidik.
“jangan seperti itu, dheera juga sama suka bar-bar kan.” goda Andromeda seraya kembalu merangkul adik perempuannya.
"kakaakkk!!" Rengek Andheera tak terima jika ia dikatai bar-bar oleh kakaknya sendiri.
“hhaha.. kita bertemu di Agensi, dia seorang model, tapi dheera, saat dia make up dia benar-benar berbeda tak terlihat seperti anak SMP dia malah terlihat seperti anak kuliahan yang terjebak dalam tubuh anak SMP hehehe.” oceh Andromeda tersenyum sembari membayangkannya.
“tapi akhir-akhir ini dia lebih fokus pada pendidikannya jadi sudah jarang bertemu di agensi, hanya saja dia masih suka mengirim pesan walaupun kakak jarang membalas ia tetap gigih mengirim pesan pagi siang sore, sudah seperti minum obat.” Tambahnya lagi seakan itu adalah pembahasan yang menyenangkan sebab senyum kakaknya tak pernah hilang ketika ia membicarakan gadis itu.
“sepertinya kakak akan menyukai gadis itu nanti..” gumam Andheera pelan.
“bagaimana mungkin?” kata Andromeda yang mendengar suara pelan adiknya.
"kakak gak sadar?!
kakak menceritakan gadis itu sembari tertawa, padahal ceritanya tidak lucu tuh.” celetuk Andheera.
“benarkah?” sahut Andromeda seraya melepas rangkulanya dan beralih menggaruk engkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
“tapi aku beruntung menjadi adikmu kaak, karena kakak tidak akan pernah mengabaikan pesanku.” Ucap gadis itu seraya menunjukan raut wajah imutnya kemudian disambut dengan belaian hangat Andromeda yang gemas melihat tingkah sok imut dari adik perempuannya.
“itu karena kau adikku.” Andromeda kembali merangkul adiknya dengan penuh kasih sayang kemudian melanjutkan berjalan-jalan menyusuri loron-lorong mall yang sebelumnya sempat tertunda karena insiden perkelahian beberapa waktu lalu
***
Keesokan paginya -Kediaman Reza Alvarhez.
Lebih tepatnya dikamar lelaki yang berusia 40 tahunan, sembari membenarkan kerah baju didepan cermin ia tampak mencoba untuk menelfon seseorang menggunakan earphone bluetooth, sementara ponselnya ia letakan diatas bupet.
“kau sudah sampai di Jakarta?” Tanya Reza saat telfon sudah tersambung.
“iya aku sudah di Jakarta, masih harus beres-beres, aku tutup ya nanti ku telfon kembali.” Sahutnya dengan nada yang tergesa-gesa.
“tunggu-tunggu, nanti sore pulang kerja aku mampir ke apartemenmu, kirimkan aku alamatnya oke.” Pinta Reza.
“waah, kau yakin ada waktu untuk membantuku bebenah, bukankah kau sangat sibuk.” Seorang wanita dalam telfon menggodanya.
“aku akan selalu menyempatkan waktuku untukmu." balas Reza yang tiba-tiba saja menjadi lelaki romantis sesaat, membuat wanita itu tertawa kecil untuk merespon gombalan dari Reza.
“oke baiklah nanti kukirimkan alamatnya, kutunggu ya dirumah hihihi.”
Beeppp.. telfon pun ditutup tanda percakapan singkatnya telah berakhir.
***
Diruang makan, setelah Reza selesai menelfon seseorang yang tak lain adalah kekasihnya, ia berjalan keluar dari kamar menuju ruang makan untuk sarapan bersama kedua anaknya.
“dimana adikmu?
Kau sudah membangunkannya?” Tanya Reza yang melihat anak lelakinya itu sendirian di meja makan sembari memainkan ponsel sebelum akhirnya ia ikut bergabung di meja makan.
“Dheera sudah berangkat barusan.” sahut putra sulungnya tanpa melihat wajah ayahnya karena masih asyik memainkan ponsel.
“ayah terlihat bergaya sekali, seperti akan berkencan bukan akan ke kantor.” celetuk Andromeda setelah melirik kearah Reza sesaat yang terlihat berbeda dari biasanya.
“dia sudah SMA apa tak mau dibelikan motor, bukankah sepeda itu juga sudah sangat tua.”
Namun sepertinya Reza memilih untuk tidak merespon dan mengalihkan pembicaraannya, seraya memulai sarapan paginya dengan sepotong roti lapis yang sudah disiapkan oleh asisten rumah tangganya.
“dia akan terus memakainya sampai sepeda itu benar-benar rusak, karena itu pemberian ayah, ayah tak menjawab pertanyaanku yang lainnya, apa ayah sedang berkencan saat ini?” dumel Andromeda yang sangat penasaran hingga bisa mengalihkan perhatiannya dari ponsel yang sedari tadi menjadi pusat perhatiaannya.
“itu bukan urusanmu!” Reza menegaskan agar Andromeda terdiam.
“jangan sembunyi-sembunyi terus ayah, ku yakin Andheera tak akan menentangnya kok." Andromeda meyakinkan ayahnya agar mau mengungkap hubungan yang selama ini selalu ia sembunyikan dari kedua anaknya.
“iya iya baiklah, beri ayah waktu akan ayah diskusikan dengan Hyunjie.” Reza menutup obrolannya lalu pergi membawa sisa roti yang belum sempat dimakan untuk ia lanjutkan makan ditengah perjalanan.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments