30 menit berlalu.
Vivian sudah merasa lebih baik, mereka berbaring kembali diatas matras saling berhadapan dengan tangan Andheera yang masih menggenggam erat tangan Vivian. Tak beberapa lama Karena kelelahan Vivian pun akhirnya tertidur, perlahan Andheera melepas genggaman tangannya, kemudian menatap wajah Vivian dengan lembut.
“setidaknya kau harus bersyukur karena kau memiliki kenangan indah bersama Ibumu.” gumam Andheera seraya menyingkirkan beberapa helai rambut yang menghalangi wajah Vivian lengkap dengan senyum hangatnya.
Andheera melirik ke arah tangannya, ia terkejut karena kain kassa itu sudah berubah warna menjadi merah, buru-buru ia bangkit menuju wastafel untuk membuka balutan kain kassa, meski ia sedikit meringis kesakitan namun ia masih mencoba menahannya.
Benar saja jahitan itu terbuka kembali, Andheera melihat darahnya mulai menetes ke dalam wastafel, dengan tenang ia membuang kain kassa yang sudah dipenuhi darah ke tempat sampah yang berada dibawah wastafel, kemudian menyalakan air keran untuk membersihkan telapak tangannya, dan terakhir ia pun berjalan santai menuju kotak p3k untuk sekedar membalut nya sementara.
Gadis itu melirik ke arah Vivian beberapa saat yang tengah terlelap dalam tidurnya, ia kembali tersenyum seolah tengah memandangi seseorang yang dikasihi, tatapannya penuh dengan cinta.
Malam sunyi yang hanya ditemani suara detakan jarum jam dinding, waktu menunjukan pukul 11:30 malam, untuk sejenak Andheera ragu, namun ia juga tak bisa membiarkan lukanya terbuka terlalu lama, jika Vivian tahu lukanya separah ini sampai harus dijahit Andheera akan berada dalam masalah.
Jika selesai hanya dengan teguran yang panjang itu akan lebih baik namun bagaimana jika Vivian kembali meninggalkannya. Itu tak boleh terjadi, ‘aku akan menemuinya’ Fikir Andheera. Ia berjalan menuju kamar untuk mengganti bajunya kembali dan berniat pergi untuk menemui seseorang.
Dalam perjalanannya, karena jarak apartemntnya dengan orang yang akan di temuinya tidak begitu jauh, hanya butuh 20 menit untuk berjalan kaki. Andheera mengenakan celana training panjang serta hodie berwarna hitam untuk menutupi kepala sedangkan kedua lengannya ia masukan ke dalam saku.
Ia terus berjalan menyusuri jalanan yang tampak sepi hanya beberapa kendaraan yang masih berseliweran di jalan raya, sembari sesekali menengadah ke arah langit.
Seolah ia tengah merindukan seseorang yang sangat jauh, tanpa sadar ia pun tersenyum setelah beberapa lama memandangi langit, air matanya pun menetes membasahi kedua pipinya. Langkahnya mulai terasa berat, kedua kakinya bergetar, Andheera hanya bisa mengepalkan kedua tangan untuk menguatkan dirinya dan terus mencoba berjalan.
11 tahun yang lalu, beberapa hari sebelum kecelakaan terjadi.
“MAMAA!!” seru andromeda yang berlarian dari luar sembari memegangi kertas hasil ulangan, meda ingin menunjukannya pada Hyemi yang tengah duduk menonton TV.
“iyaa ada apa, jangan lari-lari nanti jatuh sayang.” ujar ibunya lengkap dengan nada lembut seorang ibu pada umumnya.
“Nilai ku mah, Nilaiku dapat 10 lagi!!” dengan bangga dan perasaan bahagianya Andromeda menunjukan kertas ulangan, senyum lebar Hyemi terpancar dalam wajahnya, senyum hangat dan tulus yang tak pernah Andheera dapatkan darinya.
Hyemi langsung memeluk Andromeda dengan perasaan bersyukurnya karena memiliki seorang putra yang sangat pintar. Sedangkan dari lantai atas Andheera berdiri didekat pagar penghalang dengan tatapan datar ia terus memperhatikan kebersamaan Ibu dan kakak laki-lakinya.
“mama sangat bangga padamu sayang, (Hyemi melepas pelukannya kemudian memegangi wajah Andromeda lalu mencium kening dan kedua pipinya dengan penuh kasih sayang)
karena sudah lahir menjadi putraku, terimakasih.. terimakasih meda.” Hyemi kembali memeluk Andromeda dengan erat sembari mengusap kepala belakangnya.
***
Lanjutan episode kemarin ya teman-teman.
JGGGEERRR.. ZZzzzrrrsshhh.. JGggeeerrrrrr.. suara petir menggelegar mengawali rintik hujan ditengah malam, akhirnya langit menurunkan air nya bersamaan dengan air mata Andheera yang sudah tak bisa lagi ia bendung, air mata itu mengalir begitu derasnya, suara isak tangis Andheera pun pecah dan terdengar begitu memilukan di keheningan malam.
Mengingat kembali masa lalunya membuat pertahanan Andheera runtuh, kedua kakinya terkulai lemas ia pun bersimpuh diatas trotoar, gadis malang itu sudah tak bisa lagi menahannya, iya.. Andheera membiarkan emosinya meluap-luap seiring dengan tangisan yang semakin terdengar nyaring.
“aku juga bisa merasakan sakit..” lirih Andheera sembari menutupi wajah nya dengan siku tangan yang tampak gemetar kedinginan, ditambah luka ditelapak tangan kiri Andheera yang terbuka membuat darah kembali mengalir membasahi lengan hodienya.
Rasa sakit ditangan kirinya tak sebanding dengan luka di hatinya yang cukup dalam membekas tak pernah bisa ia lupakan, mungkin di seumur hidupnya. Hingga sampai saat ini ia tak mengerti alasan mengapa Ibunya membenci dirinya, sama halnya Vivian yang tak bisa menemukan alasan kakeknya yang sangat membenci ayahnya.
“Hhhuuuuu.. Hiksssss..Hikksssss.. bagaimanapun perlakuanmu padaku, tapi aku tetap merindukanmu.. maa, Hikksssssss.. aku.. aku sangat merindukanmu!! Apa kau tahu itu?!!” Andheera tak perduli lagi dengan semua hal di sekitarnya ia membiarkan sisi lemahnya keluar dan menguasai dirinya dimalam yang kelam ini.
***
Di lain tempat.
Apartemen Andheera, meski masih terasa mengantuk namun rasa hausnya mengalahkan kemageran Andheera pagi itu, ia pun berjalan menuju dapur dengan langkah yang malas sembari sesekali masih menguap dan menggaruk-garuk kepala.
Pandangannya langsung tertuju pada Stiky Note yang di tempel dipintu Kulkas yang isinya.
-aku sudah mengabari Kak Meda kau akan menginap ditempatku selama beberapa hari.
-aku akan membantu mu agar kau bisa mendapat ulangan sejarah susulan, sebagai gantinya kau harus menemaniku besok seharian penuh di Toko komik.
-aku sudah memasak untuk mu.
Andheera tersenyum tipis setelah membaca semua pesan dari temannya, kemudian membuka pintu lemari es untuk mengambil botol air mineral. Benar saja ia menghabiskan 1 botol minuman dalam beberapa detik, seperti sudah berolah raga dalam mimpi gadis itu begitu kehausan.
Karena sudah terlanjur bangun sulit untuk kembali tidur, Andheera memutuskan untuk mengganti pakaian nya dengan setelan olahraga.
Ia mengenakan celana training pendek serta Hodie berwarna hitam warna favoritenya, lengkap dengan handsfree yang sudah nyantol di kedua telinganya, ia memplay lagu genre hip hop untuk menambah semangatnya berolahraga.
Seperti biasa Andheera juga menutup kepala dengan tudung hodienya, kemudian ia mengikat erat tali sepatunya sebelum memulai berlari agar tak mudah terlepas.
***
SMA Kirin school Jakarta.
Kelas x-2, Vivian tengah membaca buku sejarah untuk mempersiapkan latihan mingguan karena semalam tak sempat menghafal, ia hanya mengandalkan keberuntungannya hari ini.
Tak beberapa lama Anha pun datang lalu duduk disebalahnya,
“hay, Vivi..” sapa Anha kemudian mengeluarkan buku sejarah berniat membaca buku bersama dengan vivian namun pandangannya terganggu pada wajah Vivian yang terlihat banyak luka lebam.
“hmm,” respon vivian yang masih mencoba fokus.
“wajahmu kenapa bonyok gitu?” Tanya Anha khawatir.
“entahlah, pagi-pagi pas aku bangun wajahku sudah begini.” gumamnya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku, Anha keheranan mendangar jawaban aneh dari Vivian.
“hay Vivi, Anha, mau roti, masih hangat nih uuhhh wanginyaa..” sapa Yerim yang baru saja datang 5 menit sebelum bell masuk, ia langsung berjalan menuju meja Vivian dan Anha untuk membagi roti yang dibawanya dari rumah, tampaknya Vivian tak tahan dengan aroma wangi dari roti Yerim.
Akhirnya Vivian tergoda lalu meletakan buku sejarah dan beralih memakan roti yang dibawa Yerim. Melihat Vivian yang sudah tergoda oleh aroma roti, sedangkan Anha menaruh rotinya ditas untuk dimakan nanti siang.
“huuh.. hhaaah.. panasss.” mulutnya kepanasan karena ia langsung melahap rotinya tanpa ditiup.
Sontak Anha melirik ke arah Vivian, ia pun tertawa melihat kelakuan Vivian yang sudah seperti seekor anjing yang memelet-meletkan lidahnya karena kepanasan.
“aduuhh kau ini kan sudah kubilang rotinya masih panas!” buru-buru Yerim mengambil botol air minum di dalam tasnya lalu memberikan pada anjing yangt kepanasan tersebut.
“hau wiang hanat huhan hanas!!” gerutu Vivian sebelum meminum minuman dari Yerim.
“benarkah, kukira hangat dan panas sama saja.” katanya polos tanpa wajah bersalah.
“berisik banget sih cuma makan roti juga.” gumam Anha yang kemudian mengalihkan perhatiannya untuk melihat 2 temannya yang konyol.
“oiia, aku belum melihat Andheera, 2 menit lagi bell masuk.” seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar kelas namun tak menemukan Andheera dimanapun.
“dia sakit, ffuuuuhh.. fuuuhh..” jawab Vivian sembari meniup rotinya.
“yoora juga?” Yerim baru menyadari teman disebelah bangkunya juga ternyata tak ada.
“dia ke ruang guru.” jawab Vivian penuh dengan kesabaran.
“sakit apa, perlu di tengok?” timbrung Anha bertanya lagi masih belum selesai bicara dengan Vivian.
“tidak perlu.” jawab Vivian lagi masih sembari menikmati roti yang sudah tak terlalu panas.
“hah? Kok gak perlu?” Yerim melupakan tentang Yoora dan beralih membahas Andheera yang sakit tidak masuk sekolah.
“dia takan menyukainya.” Kata Vivian seraya mengunyah rotinya.
“kenapa, jika itu aku, aku pasti senang sekali jika banyak teman-temanku yang perhatian,” ujar Yerim tampak kebingungan.
“dia tak sepertimu.” Ujar Vivian.
“iya sih, dia sangat sulit didekati, aku saja bingung bagaimana bisa kau berteman dengannya,” celoteh Anha kemudian memfokuskan kembali pada buku sejarah.
“memangnya aku seperti apa?” Yerim terus bertanya namun kali ini tak diperdulikan oleh Vivian, dia lebih memilih menghabiskan rotinya dengan tenang.
***
Apartemen Andheera, saat ia akan keluar dari lift apartementnya sudah ada seorang wanita yang menunggu di depan lift untuk masuk kedalam lift yang baru saja dinaiki Andheera.
Wanita itu tak lain adalah Hyunjie sosok dari calon ibu sambung Andheera yang kini menjadi kekasih ayahnya Reza Alvarhez.
Mereka berdua berpas-pasan di depan Lift tanpa mengenal satu sama lain, Hyunjie yang tampak kelelahan karena shift malamnya, ia tak terlalu memperhatikan wajah Andheera ditambah tudung yang menutupi kepala dan setengah wajah Andheera.
Hanya saja aroma wangi Andheera yang begitu melekat tercium Hyunjie, membuat tubuhnya seketika kembali segar karena menghirup aroma wangi perpaduan buah dan bunga, Hyunjie berbalik sembari mengendus aroma wangi parfume itu seolah ingin mengikutinya namun pintu Lift sudah keburu tertutup.
Dalam Lift Hyunjie kembali tersadar karena aroma wangi itu sudah menghilang.
“hmmm.. “ia menghela nafasnya lalu bersandar di dinding Lift sembari melipat kedua tangan diatas dadanya.
“sepertinya aku pernah mencium aroma parfume unik itu, tapi dimana ya..” gumamnya masih membayangkan aroma wangi parfume seorang gadis yang berpa-pasan dengannya tadi.
Diluar Apartemen tak jauh dari tempat Andheera berdiri, ia melihat mobil ayahnya yang baru saja pergi, ia mengernyitkan keningnya karena tak mengerti kenapa ayahnya berada di depan Apartementnya.
Tak ingin terlalu memperdulikannya, Andheera lebih memilih untuk melanjutkan rencana awalnya lari pagi. Ia mengambil langkah pertamanya perlahan kemudian semakin menambahkan kecepatannya seiring dengan jarak yang sudah semakin jauh dari aparteman nya.
***
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments