Keributan

Bismillah.

"Bagimana apa kalian sudah berhasil mendapatkan informasinya?"

"Maafkan kami bos, sepertinya semua informasi sudah ditutup secara rapat-rapat, tidak ada yang dapat mengakses informasi yang anda minta."

Azlam terdiam sejenak setelah mendapatkan informasi tentang ke pergian opa Amran.

'Aku semakin yakin kalau semua ini tidak sederhana yang aku pikirkan.' Batin Azlam.

Saat ini dia sedang berada di tempat rahasia miliknya, sama seperti Radit dulu, Azlam juga mempunyai anggota rahasia yang hanya diketahui oleh dirinya saja.

'Kapan bunda dan ayah mau jujur pada aku dan Athar.'

"Aku tidak mau tahu, kalian terus mencari tahu tentang hal ini, jangan gagal lagi, pasti ada celahnya!" tegas Azlam.

"Baik bos kami akan berusaha lebih baik lagi." Ujar anggota rahasia Azlam.

Setelah urusannya beres di tempat tersebut Azlam segera keluar dari tempat itu, " lebih baik aku ke cafe dulu."

Akhirnya Azlam pergi menuju cafe miliknya sendiri yang berlokasi tidak terlalu jauh dari perusahaan Amran mining.

"Aku sudah lama tidak pergi ke cafe, aku juga tidak tahu bagimana perkembangan saat ini, walaupun aku selalu memantau dari jauh."

Saat ini Alzam terus fokus mengendarai mobilnya, tepat dilampu merah Azlam tidak sengaja melihat mobil milik Athar.

"Athar, sama siapa dia? Bukan ini sudah jam masuk kantor." Ucap Azlam pada diri sendiri.

Azlam melirik arloji berwarna hitam yang terpajang sempurna di tangan kirinya, setelah itu Azlam kembali fokus pada mobil Athar.

Tatapan Azlam begitu tajam, untuk dia mengetahui siapa orang yang bersama Athar. Selama ini Azlam tahu Athar tidak pernah dekat dengan perempuan manapun.

"Sepertinya itu bukan Zira."

Azlam masih fokus pada mobil Athar, dia terus mempertajam penglihatannya..

"Aku seperti mengenal gadis itu, kalau tidak salah dia perempuan yang sering bersama Zira."

Setelah memastikan siapa yang bersama Athar, Azlam segera memutar mobilnya untuk pergi ke cafe miliknya.

"Itu bukan mobil Azlam, ngapain dia belok seharusnya dia lurus kalau mau pergi ke kantor. Mau kemana lagi anak itu." Pikir Athar.

Athar tetap fokus mengemudi sesekali dia bertanya seperti apa Zira di sekolah pada Alya, tentu saja Alya bingung harus menjawab jujur atau tidak atas pertanyaan yang Athar ajukan.

Tapi Alya tidak tahu harus bagimana jadi dia tidak menjawab semua pertanyaan Athar secara ditel.

Kedua orang itu sedikit mengobrol saat berada di dalam mobil Athar, keduanya masih merasa canggung satu sama lain.

'Dipikir-pikir bang Athar sering baik sama gue, tapi karena dia ngeselin jadi gue kadang males mau ngeladenin ini orang.' Batin Alya.

Tanpa Alya sadari dia menghela nafas panjang, tentu saja hal tersebut membuta Athar akhirnya bertanya apa yang terjadi pada Alya.

"Ada apa?"

"Hah!" bingung Alya, karena tiba-tiba Athar bertanya pada dirinya.

"Tidak ada bang!" sahut Alya dia baru sadar tadi sempat menghela nafas panjang.

Athar tak bertanya lagi setelahnya dia mengangguk paham, mobil Athar terus melaju menuju rumah Alya.

Tidak butuh waktu lama 25 menit berlalu akhirnya mobil Athar sampai tepat di depan rumah Alya.

"Makasih bang udah nganter gue." Ucap Alya.

"Oke!"

"Mau mampir dulu kagak bang." Sebenarnya Alya malas untuk menawarkan Athar mampir ke rumahnya.

Yah, tapi mau bagimana lagi Athar sudah mengantarnya pulang, walaupun bukan keinginan Alya. Setidaknya Alya bisa menyimpan uang jajannya.

"Lain kali saja, kalau begitu saja balik." Pamit Athar.

Alya mengangguk dia tak langsung masuk ke dalam rumahnya, dia melihat mobil Athar lebih dulu, setelah mobil itu tidak terlihat lagi barulah Alya masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, Alya pulang." Salam Alya saat sudah berada di depan pintu rumahnya.

Alya masuk begitu saja ke dalam rumah, ternyata rumahnya terlihat sepi, Alya merasa bingung karena tidak biasanya rumah orang tuanya sepi.

"Bi, orang rumah pada kemana? Mama sama adik kok nggak ada di rumah?" tanya Alya pada asisten rumah tangga keluarganya.

Bi Ira yang merupakan wanita baru baya sudah bekerja di rumah orang tua Alya selama bertahun-tahun tersenyum pada Alya, sambil menjawab sopan pertanyaan gadis yang masih berseragam SMA itu.

"Lagi jalan-jalan sekitar kompleks neng Alya." Jawab bi Ira.

"Oh, makasih bi, kalau gitu Alya ke kamar dulu." Pamit Alya.

Dia segera menuju kamarnya untuk membersihkan diri, badan Alya sudah terasa lengket. Dia banyak melakukan aktivitas hari ini.

"Assalamualaikum." Salam Alya saat membuka pintu kamarnya.

Sudah menjadi kebiasaan Alya, jika dia keluar rumah setelah itu masuk ke dalam rumah lagi dan masuk ke dalam beberapa ruangan dia akan mengucapkan salam.

"Lelehnya hari ini."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Azlam sudah sampai di depan caefnya, dia memarkirikan mobilnya di tempat parkir yang memang Azlam sedikan. Bisa dibilang cafe Azlam termasuk cafe besar.

Cafe itu juga terbilang unik, karena peraturan yang dibuat oleh Azlam, juga ruang desain yang dibagi menjadi tiga ruangan.

Dicafe Natazra Azlam mencantumkan nama ketiga saudarnya untuk cafe Azlam, tak lupa namanya juga ikut tertera, Natazra artinya (Nafisa, Athar, Azlam dan Zira)

Untuk tiga ruangan yang Athar buat, ruang pertama terdapat untuk para pengunjung khusus keluarga, ruang kedua untuk pengunjung khusus perempuan dan ruang terakhir untuk pengunjung khusu laki-laki.

Kembali pada Azlam, dia baru saja keluar dari dalam mobilnya. Azlam merasa heran karena ada ramai-ramai di cafenya.

"Apa yang terjadi?"

Azlam segera mendekat menuju cafenya, sampai disana dia melihat keributan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

"Ada apa ini?"

Azlam melihat dua orang tengah ribut, bersama salah satu karyawannya.

"Anda siapa?" tanya seorang perempuan mengebu.

"Maaf pak Azlam, saya tidak sengaja menumpahkan jus ini di baju mbak baju merah ini, saya tidak sengaja melakukan hal itu, karena mbak baju hitam yang bersama mbak baju merah ini sengaja meletkan kakinya di depan saja." Jelas karyawan Azlam.

"Kok lo nuduh gue!" teriak perempuan yang menggunakan baju hitam.

"Memang seperti itu kejadiannya mbak, kalau mbak tidak teriam kita bisa cek cctv. cafe ini ada cctvnya kok." Ucap karyawan perempuan itu dengan yakin.

"Benar cek cctv saja."

"Iya biar tidak ada kesalah pahaman." Ucap para pengunjung lain.

Dua orang perempuan tadi karena malu akhirnya keluar dari cafe Natazra terburu-buru, mereka malu sudah ketahuan sekongkol.

"Mila, kamu urus semuanya!"

"Baik pak."

Mila sebagai salah satu karyawan Azlam merasa gemetar, karena kejadian barusan dia takut Azlam akan memecat dirinya.

"Mohon maaf untuk seluruh pengunjung di cafe Natazra karena ada sedikit kendala. Mohon maaf atas ketidak nyamanannya." Ucap Mila menggunakan pengeras suara.

Tidak butuh waktu lama cafe Natazra kembali berjalan seperti biasa, seakan tidak terjadi apa-apa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!