Satu bulan

Bismillah.

Malam semua keluarga Amran tengah berkumpul, untuk menikmati makan malam yang sudah tersaji di meja makan.

Azlam sudah rapi menggunakan pakaian santai saat di rumah, sepertinya malam ini dia tidak sibuk.

Bukan tidak sibuk lebih tepatnya, Azlam selalu sibuk mengerjakan pekerjaan kantor di rumah, laki-laki itu begitu jarang keluar rumah.

Ketimbang Athar yang lebih sering main keluar, Azlam lebih senang selalu berada di rumah jika malam hari.

Azlam segera keluar dari dalam kamarnya, dia tak sengaja melihat pintu kamar Athar yang berada tempat di sebelah kamarnya terbuka.

Azlam terdiam sejenak, dia tidak meneruskan langkah kakinya mungkin ada yang Azlam pikirkan.

'Apa aku beritahu saja pada Athar.' Batin Azlam.

Tidak tahu apa yang dimaksud beritahu pada oleh Azlam, mungkin hanya dia yang mengerti maksud dirinya.

Akhirnya Azlam berbelok masuk ke kamar Athar, tak lupa Azlam menutup pintu kamar Athar karena ada hal penting yang akan Azlam bahas pada kakak kembarnya.

"Kemana dia?" bingung Azlam.

Dia tak melihat keberadaan Athar, kala Azlam berhasil masuk ke dalam kamar laki-laki itu, entah pergi kemana saat ini saudara kembarnya.

Azlam akhirnya memutuskan untuk menunggu kehadiran Athar sejenak di dalam kamar Athar sendiri, Azlam yakin saat ini mungkin Athar sedang berada di dalam kamar mandi yang berada di kamar Athar sendiri.

Karena sama-sama Azlam seperti mendengar seorang di dalam kamar mandi. Tak butuh waktu lama benar saja Athar baru keluar dari dalam kamar mandi.

Athar sudah berpakaian rapi, wajahnya juga terlihat lebih segara dari biasanya, tidak tahu apa penyebabnya.

Athar yang melihat kehadiran Azlam di dalam kamarnya itu merasa heran, dia menatap Azlam penuh tanya. Tumben sekali saudara kembarnya itu mau menginjakkan kaki di dalam kamar Athar tanpa disuruh.

"Ada apa?" tanya Athar to the point.

Tau jika saudarnya tidak suka basa-basi, langsung saja Athar bertanya. Toh dia tahu kalau Azlam yang lebih dulu menemui dirinya pasti ada hal penting yang ingin Azlam sampaikan.

Mendapatkan pertanyaan dari Athar, Azlam tak langsung menjawab dia menghela nafas panjan sebelum mengatakan apa yang ingin dia katakan.

"Apa ayah sudah memberi tahu tentang opa?" tanya Azlam dengan suara datar.

Kali ini Athar juga tak langsung menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh saudara kembarnya, Athar menatap Azlam sejenak.

Dia tahu sesayang-sayangnya Athar pada opanya, maka Azlam lebih sayang berkali-kali lipat pada almarhum opa Amran.

Handuk masih menyangkut dibahu Athar sambil dia memegang handuk berwaran biru itu dengan sangat erat. Athar menggelengkan kepalanya lemah untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Azlam.

"Belum." Jawabnya pula dengan suara pelan.

"Sudah aku duga!"

Azlam termenung sejenak, dalam benaknya dia masih penasaran atas kepergian opa mereka, yang sampai hari ini kedua saudara kembar itu tidak tahu apa penyebab ke pergian opa Amran untuk selama-lamanya.

"Aku yakin sekali ada rahasia besar dibalik ke pergian opa, jika mereka semua tutup mulut dan tidak mengatakan apapun pada kita berdua."

"Kamu benar!" sahut Azlam.

"Sudah kita pikirkan nanti saja hal ini, yang lain pasti sudah menunggu kita untuk makan malam." Ujar Athar mengakhiri.

Sayang sekali Azlam tidak bergeming, melihat Azlam diam saja, Athar jadi sedikit bingung. Jujur Athar tak akan pernah bisa menebak apa yang dipikirkan Azlam.

"Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidiki hal ini." Ucap Azlam pada akhirnya.

"Kamu serius? Sejak kapan?" kaget Athar.

"Huh!"

"Serius, sejak tadi waktu kamu tidak di kantor, aku menggunakan orangku sendiri untuk menyelidiki hal ini."

Tidak ada kebohongan di wajah Azlam, dia mengatakan semuanya pada Athar, tanpa ada yang ditutupi sama sekali.

Walaupun terkesan begitu dingin dan cuek, Azlam akan selalu berbagi tentang apapun pada Athar. Azlam melakukan hal tersebut karena dia merasa lebih yakin dan tenang, kalau sudah berbicara pada Athar.

"Baiklah, aku akan menunggu kabar selanjutnya, aku berharap ayah, bunda dan oma segera memberitahu semuanya pada kita."

Azlam mengangguk. Setelah itu Azlam segera keluar dari kamar Athar menuju ruang makan, tak lama kemudian Athar menyusul Azlam.

"Dari mana aja sih bang!" kesal Zira kala melihat kehadiran Azlam.

Azlam mengangkat bahunya acuh, mereka semua sudah paham dengan tingkah Azlam. Setelah itu Athar juga ikut menyusul Azlam.

"Ini lagi satu, lama banget abis pada ngapain sih bang!"

"Dih, kok kepo ini urusan laki-laki, jadi kamu nggak usah banyak tanya."

"Nye, nye, nye, nye."

Oma Rifa tersenyum melihat tingkah para cucunya, dia tidak ingin melewatkan masa-masa bersama para cucunya yang sudah tumbuh dewasa.

'Lihatlah pa, mereka semua sudah lebih tegar, mereka disini bahagia papa juga harus bahagia disana.' Batin Rifa.

"Sudah ayo makan." Lerai oma Rifa.

"Siap oma." Jawab ketiganya kompak.

"Adik-adik mbak sudah pada besar ya, kalian baik-baik selalu, mbak juga punya kabar baik setelah ini kita kumpul di ruang keluarga oke." Ujar Nafisa.

"Siap mbak Nafisa." Jawab Athar dan Zira kompak untuk Azlam dia hanya mengangguk sambil tersenyum.

Walaupun Nafisa kakak tiri mereka, tapi ketiganya begitu menyayangi Nafisa, seperti mbak kandung mereka sendiri. Mereka tak pernah mengungkit masa lalu, karena Radit dan Jihan pun tidak pernah mengungkit masa lalu mereka.

Waktu bergulir.

Makan malam di rumah keluarga Amran berjalan dengan baik, kini mereka semua sudah berkumpul di ruang keluarga penasaran apa yang akan mbak Nafisa umumkan pada mereka.

"Jadi mbak mau ngomong apa?" tanya Athar sudah sangat penasaran.

Sebelum menjawab Nafisa melihat kedua orang tuannya dan omanya lebih dulu, ketiga orang itu seperti mengangguk.

"Mbak." Ucap Nafisa dia masih ragu atau sedikit malu.

"Mbak akan segera menikah." ucap Nafisa cepat.

"Alhamdulillah, punya abang ipar juga akhirnya." sahut Athar sangat lantang.

Semua orang hanya mampu menggelengkan kepala melihat tingkah Athar.

"Sama siapa mbak?" pertanyaan itulah yang pertama kali keluar dari mulut Azlam.

Dia seperti kakak yang sedang menginterogasi adiknya, padahal dia sendiri yang adiknya.

"Sama laki-laki yang pernah mbak ceritain." Jawab Nafisa.

Azlam tahu laki-laki mana yang dimaksud oleh mbaknya mengangguk, dia sudah tahu kalau laki-laki itu baik, karena Azlam pernah bersama laki-laki tersebut.

"Tapi kalau mbak Nafisa nikah bakal jarang pulang dong, ini saja mbak Nafisa sudah jarang pulang."

"Insya Allah mbak akan sering-sering main." ujar Nafisa.

"Janji?"

"Insya Allah Zira, kalau tidak Zira nanti sama kedua abangnya main tempat mbak."

"Sudah pasti."

"Oh iya mbak, kapan acaranya?"

"Insya Allah sekitar 3 minggu lagi."

"Tapi bukankah mbak Nafisa sudah menikah dengan mas Zega?"

"Kamu benar Athar, maksud mbak resepsinya. Akan diadakan 3 minggu lagi. Kalian semua itu jahat sama mbak, masa nikahin mbak pas orangnya ada di inggris."

"Tapi mbak Nafisa senang kan?"

"Tentu saja, siappun wanita yang menikah dengan mas Zega pasti beruntung." Nafisa. tersenyum mengingat suaminya itu.

Dia baru pulang dari Inggris 2 bulan lalu.

Hari ini sudah tempat satu bulan kepergian opa Amran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!