Bismillah.
Athar menaikah sebelah alisnya kala dia dan Alya menyentuh buku yang sama, Athar menatap gadis di seberang rak buku sebelahnya curiga.
'Cek! Kenapa juga harus bersama orang ini.' Batin Alya sedikit kesal.
Sejenak kedua orang itu saling menatap satu sama lain, tangan Athar berada di atas tangan Alya, entah apa yang terjadi tatapan keduanya seakan terkunci begitu saja.
Zira yang berada tidak jauh dari kedua orang itu, kaget setengah mati, tentu saja dia sangat senang.
"Oh good, momen ini tidak bisa dilewatkan begitu saja." Gumun Zira.
"Aku harus mengabadikannya."
Zira buru-buru memotret Alya dan Athar yang masih saling menatap satu sama lain, tatapan keduanya tidak lepas begitu saja. Sepertinya setan sedang merasuki Alya dan Athar, sampai keduanya yang seperti tom and jerry, menjadi saling terpesona satu sama lain.
Setelah puas memotret berapa gambar akhirnya Zira memutusakan untuk pergi, dia tidak akan mengganggu abangnya degan Alya, tentu saja dia akan berakting pura-pura tidak tahu apa yang sudah terjadi antara abang Athar dan Alya.
Hmmm.
Dehem Athar setelahnya, ketiak dia sadar jika saat ini dirinya tengah menatap gadis di hadapannya ini.
"Kamu mau buku ini?"
"Hah?" cengoh Alya.
Tentu saja heran kenapa tiba-tiba si resek itu bisa biasa aku kamu pada dirinya, padahal bisanya lo gue. Mungkin saat ini otak Athar sedang geser.
Jujur sebenarnya Alya malu, karena ketangkap bahas oleh orang lain, diam-diam dia ingin membaca buku tentang nikah muda.
'Bodoh lo Alya! Bisa jadi laki-laki di hadapan lo ini mikir yang enggak-enggak, kalau dia ngira gue mau nikah muda gimana, terus kenapa tiba-tiba dia ngomong lembut.' Batin Alya.
"Maksud gue, lo mau ambil buku ini?"
"Nggak lo aja bang!" jawab Alya cepat, dia seperti seorang maling yang tertangkap basah telah melakukan kejahatan.
"Yakin?"
"Kenapa nggak!"
Tidak ingin berdebat lagi dengan Athar, Alya segera pergi untuk mencari buku yang lain, jika boleh jujur sebenarnya dia juga tertarik pada buku tersebut. Tapi Alya gensi tak ingin juga Athar memikirkan hal buruk tentang dirinya.
"Huf!"
"Kenapa gue deg, degan banget sih!" keluh Alya.
Dia segera mencari buku lain yang Alya butuhkan, setelah mendapatkan beberapa buku Alya memutuskan untuk menyudahi kegiatannya. Sayang buku tentang nikah muda itu hanya ada satu di tempat tersebut, tidak ada yang tahu jika buku tentang nikah muda merupakan edisi terbatas!
"Alya lo udah beres?" Zira segera menghampiri sahabatnya.
"Udah Zi, yuk kekasir."
Setelah hampir 1 jam akhirnya Alya dan Zira menyudahi kegiatan mereka memilih-milih buku.
Zira membeli 15 buku, buku yang Zira beli bisa dibilang mahal karena dia membeli buku edisi terbatas, sementara Alya hanya mengambil 5 buku yang dia butuhkan. Athar 1 buku yang sempat dia dan Alya rebutkan.
Buku edisi terbatas satu itu juga terbilang sedikit mahal, jika bagi Athar tentu saja tidak mahal. Apalagi untuk sebuah buku yang merupakan jendela ilmu.
Ketiganya sudah berada di depan kasir, jadi total buku yang haru dibayar oleh Athar ada 21 buku.
Tanpa Alya sadari dia terus menatap buku yang dipegang oleh Athar, Zira melihat hal itu gadis itu tidak bisa untuk tidak bertanya.
"Al, lo kenapa liatin buku yang ada tangan bang Athar terus?" bisik Zira.
"Hah!" kaget Alya yang masih bisa didengar oleh Athar.
"Lo serius gue merhatiin buku itu aja?" tanya Alya balik berbisik.
Alya tak lagi mempedulikan Athar yang saat ini tengah menatap dirinya.
Zira hanya berdecak sebal, bisa-bisanya Alya tidak sadar apa yang sudah dia lakukan.
"Abang mau nikah muda?"
"Nggak!"
"Terus ngapain beli buku tadi?" tanya Zira memastikan.
"Buat baca-baca aja." Jawab Athar santai, sambil berlalu pergi meninggalkan Alya dan Zira lebih dulu.
15 menit berlalu mereka sudah keluar dari gramed, Zira menyuruh Athar membawa semua barang belanjaan mereka.
Athar tidak bisa protes atas semua yang adik bungsunya itu lakukan pada dirinya.
"Kita pulangkan sekarang?"
"Nggak! Kita habis ini ke pusat perbelanjaan dan juga tempat yang bisa membuat kita lebih bersyukur lagi atas apa yang kita miliki." putus Zira.
'Sepertinya adikku memang berniat untuk menguras uangku.' Batin Athar menatap curiga sang adik.
Sedangkan Zira bersikap biasa saja, seolah-olah tidak ada yang terjadi apapun saat ini, padahal otak kecilnya sudah berniat licik.
Athar sudah melajukan mobilnya dia tidak bisa, tidak menyetujui apa yang dikatakan oleh adiknya, mereka saat ini sedang menuju pusat perbelanjaan.
Alya hanya mampu menatap Zira tidak percaya. "Sepertinya kamu berniat untuk menguras semua harta abangmu." Bisik Alya.
"Memang itu yang mau aku lakukan, jadi mumpung ada bank gratis, kita bisa puas-puas hari ini kapan lagi?"
Alya tak mampu untuk tidak mengangguk setuju.
Di kantor Amran mining Azlam tengah sibuk dengan semua urusan kantor, laki-laki itu tidak peduli hal lain, dia akan bangkit saat waktu shalat saja. Setelahnya Azlam akan fokus lagi pada kerjanya.
Setelah semua beres Azlam tak bangkit begitu saja, dia memeriksa lebih dulu semua kegiatan para karyawannya.
"Hari ini apakah kita ada pertemuan dengan klien?" tanya Athar pada sekretarisnya.
"Hari ini semua jadwal sengang pak!" jawab Fatih sekretaris setia Azlam.
Azlam mengangguk paham. "Sudah waktunya jam istirahat kedua!"
"Baik pak."
Setelah memastikan jadwalnya Azlam melangkah pergi untuk melihat para karyawan yang bekerja di perusahaan milik keluarga Amran dari turun temurun.
Mereka semua langsung terdiam saat melihat keberadaan Azlam, tak ada yang berani berkutik sedikit pun saat melihat Azlam, padahal sebentar lagi waktu istirahat akan tiba, seharusnya mereka sudah bersiap untuk istirahat.
Rumor yang beredar tentang Azlam bukan hanya terkenal dingin, tapi juga ada rumor jika Azlam seorang yang kejam pada karyawan jika karyawan tersebut berbuat salah, tidak tahu siapa yang sudah menyebarkan rumor seperti itu.
Yang pasti Azlam bukan kejam melainkan tegas akan segala sesuatu.
"Kalian bersiap untuk istrihat!" suara Azlam terdengar tegas dan dingin.
Fatih yang melihat semuanya hanya bisa menghela nafas pelan, jujur dia juga takut pada Azlam, bosnya itu terlalu serius akan segala sesuatu.
"Bos ada hasil lab yang harus kita cek." Ucap Fatih sopan.
"Kita pergi ke ruang lab sekarang!"
Fatih hanya bisa mengikuti langkah Azlam menuju lab, semua karyawan yang melihat kepergian Azlam dan Fatih menghela nafas lega.
Tidak tahu kenapa mereka bisa takut pada Azlam padahal selama ini tidak ada yang pernah melihat laki-laki muda itu memarahi karyawan secara berlebihan.
Sampai di lab Azlam tidak hanya memeriksa hasil lab yang dimaksud oleh Fatih, tapi dia juga memeriksa semua kondisi yang ada di ruang lab tersebut.
"Semua terlihat baik!"
"Benar bos, semuanya aman terkendali." Jawab Fatih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments