Buku

Bismillah.

Setelah perdebatan singkat antara tiga kakak beradik itu, akhirnya saat ini Zira dan Athar sudah berada di tempat janjian  Zira dan Alya. Athar belum tau kalau adiknya ini sudah janji dengan Alya yang tempo hari Athar juluki gadis aneh.

"Dek, abang balik aja ya, ngapain coba cuman nongkrong di cafe dong?"

"Sabar bang, Zira lagi nunggu temen, bentar lagi juga orangnya datang." Ujar Zira.

Athar hanya mendengus kesal, melihat adiknya seolah-olah seperti orang yang sengaja mengerjai dirinya.

'Gue merasa ada hal yang tidak beres akan terjadi sebentar lagi.' Batin Athar.

'Pasti hari ini hidup gue tidak akan tenang, tapi mau bagaimana lagi dia adik gue.' Lagi dan lagi Athar hanya mampu menangis dalam benaknya.

10 menit berlalu akhirnya orang yang ditunggu-tunggu datang juga, Alya segera menghampiri Zira yang sudah duduk di tempat favorit mereka.

"Assalamualaikum Zira, maaf gue telat." Ucap Alya merasa tidak enak.

Alya belum menyadari jika saat ini Zira tidak sendiri, dia belum peka jika saat ini Athar ada bersama Zira.

"Yo kita langsung aja." Ajak Alya.

"Lo nggak pesan makan dulu Al?"

"Nggak usah Zi."

Alya benar-benar tidak menyadari kehadiran Athar, sementara Athar menatap gadis yang bersama adiknya itu tak percaya. Karena Alya tidak melihat adanya dirinya di antara mereka.

'Gue rasa bencananya sudah datang.' Batin Athar sambil menatap intens Alya.

Hmmm.

Dehem Athar akhirnya yang membuat Zira dan Alya sadar, jika masih ada orang lain diantara mereka berdua saat ini. Kedua orang itu pun akhirnya menoleh pada sumber suara.

"Jadi abang sudah boleh pergi?" tanya Athar mastikan.

Alya tak berani menatap Athar, karena dia masih ragu saat ini yang di hadapannya laki-laki tengil yang tempo hari dia temui, ataukah abang Zira yang dingin seperti kutub selatan dan utara menjadi satu.

"Tidak! Hari ini abang Athar harus menemani Zira, kemanapun Zira pergi."

"Kamu serius?"

Zira mengangguk sambil memberikan senyum tulus pada Athar, tidak! lebih tepatnya dibalik senyum tulus itu ada senyum penuh arti yang Zira tunjukkan, sayangnya Athar tidak bisa membaca senyum tersebut, coba saja Azlam pasti dia tahu maksud dari senyum Zira.

"Oke fine, hari ini abang turutin kamu mau kemana aja." Jawab Athar pasrah.

"Yes! Kalau begitu sekarang ayo kita ke gramad lebih dulu." Ajak Zira.

Alya tak mampu berkata-kata dia hanya mampu mengikuti apa yang Zira lakukan, hari ini sepertinya Alya juga bisa membalaskan dendamnya pada Athar.

Akhirnya dengan terpaksa Athar menemani Zira dan Alya pergi ke gramad.

'Lihat saja abang Athar, hari ini Zira akan mengurus harta abang Athar, hahahahah!' Zira tertawa jahat dalam benaknya.

Ketiganya menuju ke gramad, tentu saja menggunakan mobil Athar, hari ini tanpa Athar sadar dia akan menguras uangnya, bukan Athar yang melakukan melainkan adiknya Zira.

Setelah menempuh waktu beberap menit akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, Zira buru-buru mengajak Alya mencari buku yang mereka butuhkan. Jadi Athar ditinggal sendiri Zira benar-benar tidak memperdulikan abangnya satu itu.

Athar yang melihat ke pergian Zira dan Alya yang menghela nafas berat, Athar merasa jika dirinya tak dianggap oleh adik bungsunya itu saat ini, Athar merasa jika Alya yang sudah menghasut adiknya.

Athar yang selalu diajarkan pikiran positif oleh kedua orang tuanya, opa dan omanya pula segera menepis pikiran negatifnya terhadap Alya. Walaupun Athar kesal pada Alya tapi dia harus tetap berusaha berfikir positif.

Athar yang sudah lama temenung di tempatnya, segera menyusul Zira dan Alya tengah memilih buku yang mereka butuhkan.

"Zira, tapi kan gue kagak punya uang, atm gue sama semuanya disita sama papa." Keluh Alya.

"Kamu tenang saja Alya, beli semua buku yang kamu butuhkan." Sahut Alya antusias.

"Tapi-"

"Udah Aly, lo nggak usah banyak protes mumpung kita pergi beli buku sama atm berjalan." Sahut Zira cepat.

Padahal Alya belum menyelesaikan perkataannya, Zira sudah lebih dulu memotong kata-kata Alya.

Lagipula yang dimaksud atm berjalan oleh Zira merupakan bang Athar nya sendiri.

"Zira! Gue belum selesai bicara." Dengus Alya merasa sebal.

"Hehehe, sorry."

"Zi lo serius, siapa yang mau bayarin semua buku kita nanti, gue emang lagi butuh buku banyak."

Alya tidak bohong, dia memang ingin membeli beberapa buku yang dia butuhkan, waktu itu Alya berencana untuk membeli buku keesokan paginya, sebelum semua fasilitasnya ditarik oleh papanya begitu saja.

Tidak begitu saja, lebih tepatnya karena ulah Alya sendiri semua itu terjadi, itu yang namanya senjata makan tuan.

Alya dan Zira masih berbincang, melihat kehadiran sang abang, Zira langsung memanfaatkan hal tersebut, memang sudah niat Zira dari awal akan mengerjai Athar.

"Bang Athar Zira tidak mau tau, abang harus bayar semua buku yang Zira dan Alya beli!"

"Zira!" kesal Alya.

"Dia juga!" Alya dan Athar bicara bersama dengan ucapan berbeda.

"Kenapa abang nolak?"

"Lo tenang aja Alya, abang gue kalau berani gertak lo, gue yang bakal maju." Lanjut Zira lagi.

Alya hanya mampu menatap Athar merasa bersalah, sesebal-sebalnya dia dengan Athar, tapi tak mungkin Alya mau menguras harta orang begitu saja.

"Oke." Jawab Athar hanya bisa pasrah.

Alya membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna mendengar perkataan dari Athar.

'Jangan-jangan nanti dia akan meminta imbalan.' Batin Alya.

Alya menatap Athar curiga, "Begini saja, biar gue pinjam dulu uangnya, nanti gue kalau udah ada gantinya gue nanti." Ucap Alya akhirnya sambil menatap Athar dan Zira secara bergantian.

"Nggak perlu Alya, ayo kita cari bukunya."

Zira langsung menarik tangan Alya begitu saja agar ikut dengan dirinya.

Kedua orang itu tak lagi banyak bicara, mereka sekarang sudah fokus memilih buku yang akan mereka butuhkan masing-masing.

Athar yang merasa bosan, akhirnya memutuskan untuk memilih-milih buku juga.

Athar terhenti pada sebuah buku yang begitu menarik perhatiannya, Athar menaikkan sebelah alisnya, tidak tahu kenapa buku yang berjudul, 'Tentang nikah muda.' Athar akhirnya memutuskan untuk mengambil buku tersebut.

Disaat yang bersamaan ternyata buku yang berjudul 'Tentang nikah muda.' tersebut menyita perhatian Alya. Gadis SMA itu akhirnya mendekati buku yang menyita perhatiannya. Mungkin perkataan mamanya saat pulang sekolah tadi membuat Alya penasaran dengan buku tersebut.

Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Alya, kenapa dia bisa terpaku pada buku tersebut. Padahal gadis itu masih duduk dibangku kelas XI SMA.

Jadi Alya dan Athar sama-sama menyentuh buku yang sudah menarik perhatian kedua orang berbeda jenis tersebut, keduanya menyentuh buku itu secara bersama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!