Bismillah.
"Azlam adek lo kok belum pulang?" tanya Athar pada kembarannya.
Azlam menoleh pada abangnya yang sedari tadi mondar-mandir tak jelas, "Jam 9 baru selesai katanya." jawab Azlam.
"Tapi ini udah mau jam 9 Az!"
Begitu khwatirnya Athar pada sang adik, Zira. Baru 1 jam yang lalu Zira keluar rumah. Athar sudah menanyakan kapan Zira pulang?
"Susul saja Zira kalu gitu Athar!" sahut Nafisa.
Mbak dari 3 saudara itu baru saja turun dari kamarnya ingin mengambil minum, dia malah melihat satu adiknya mondar-mandir tak jelas lalu mendengar apa yang adiknya katakan.
Athar menoleh pada sang pemilik suara, melihat mbaknya berdiri tak jauh darinya Athar mengangguk.
"Mbak Nafisa bener juga, Athar pergi nyusul Zira dulu ya, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam." jawab Nafisa.
"Ets, tunggu dulu bang!" cegah Azlam.
"Apalagi sih Az."
"Ya, abang mau kemana? main pergi-pergi aja, Zira bawa mobil."
Sedari tadi hanya diam saja dan menjawab seadanya akhirnya Azlam bicara sedikit panjang juga.
"Iya nggak papa, aku pergi Assalamualikum."
"Wa'alaikumsalam." Jawab Nafisa dan Azlam bersama.
Disisi lain Alya dan yang lainnya baru saja selesai nonton bioskop.
"Weh, seru juga ya filmenya." Ucap Lia.
"Bener bangat Li." Sahut semoa orang kompak.
Tak lama empat temannya yang lain pamit pulang lebih dulu, jadilah saat ini hanya ada Alya, Lia dan Zira.
"Eh, Al, Zi. Gue duluan ya, udah ditelepon nyobak soalnya." Pamit Lia.
"Nggak asik lo Lia, masa ikut pulang juga kayak mereka." Sahut Alya.
Zira mengangguk setuju, padahal dia juga masih ingin bermain-main dengan temannya, atau hanya sekedar mengobrol di cafe bisa juga tak apa sambil menikmati suasana malam hari. Baru kali ini dia diperbolehkan keluar malam.
"Maaf gue duluan ya." Pamit Lia.
Alya dan Zira hanya bisa mengangguk setuju, dua gadis itu akhirnya termenung sejenak, padahal Alya sudah susah kabur lewat jendela, demi bisa nongkrong dengan teman-temannya, eh, malah cuman nonton dong.
Ada perasaan menyesal dalam diri Alya, karena sudah kabur dari rumah. Malam ini entah sudah yang keberapa kalinya Alya kabaru dari rumah.
"Kita duduk disana yo Al." Ajak Zira.
Alya mengangguk pasrah, kedunya berjalan menuju kursi yang sudah disiapkan, entah oleh siapa.
Baru saja duduk, hp Zira berbunyi. "Bentar Al." Ucap Zira sambil mengangkat teleponnya.
"Assalamualaikum mbak." Sapa Zira dari seberang telepon.
"Wa'alaikumsalam, Zira pulang sudah malam." Suruh Nafisa.
"Tanggung mbak sebentar lagi ya." Protesnya.
"Zira pulang sudah malam! Besok sekolah." Peringat Azlam.
"Iya Zira pulang." Pasrahnya, jika yang bicara abang Azlamnya Zira tidak bisa menolak.
"Bagus, abang Athar nyusul kamu dek." ucap Azlam lagi memberi tahu.
"Bodo amat, salah siapa nyusulin Zira, Assalamualikum."
"Wa'alaikumsalam." Lalu sambungan telepon itu akhirnya berakhir.
Zira menatap Alya merasa bersalah, mau bagaimana lagi, dia tidak bisa membantah perkataan abang Azlam, misalkan yang bicara tadi abang Athar mungkin Zira masih bisa membantah, sayang ini Azlam si dingin bukan Athar si tengil.
"Kenapa Zi?"
"Al, maaf ya, gue disuruh pulang atau lo mau ikut gue pulang sekalian?" tawar Zira.
"Santai Zi, gue masih mau disini lo duluan aja."
"Makasih ya Al dan maaf. Gue duluan Assalamualaikum." salam Zira.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Alya akhirnya.
Kini hanya tersisa Alya saja, dia rasanya ingi pulang tapi rasa malas menghampiri, Alya mentapa langit malam.
"Enak ya jadi Zira punya banyak suadar, lah gue, cuman punya adek 1 itu aja bocil masih umur 3 tahun, mana bandelnya Subhanallah."
5 menit berlalu saat kepergian Zira, Alya memutuskan untuk pulang saja, sudah pasti Zira akan mendapatkan ceramahan dari mama dan papanya setelah ini, kalau ketahuan kabur lagi.
"Huft!" Alya menghembuskan nafas kasar.
Tak jauh dari posisi Alya, seorang laki-laki tengah mencari keberadaan adiknya.
"Mana sih Zira!" gerut orang itu.
Alya dan laki-laki itu tak memperhatikan jalan mereka sama-sama sampai akhirnya keduanya saling bertabrakan satu sama lain.
Bruk!
Suara benturan dari mereka terdengar sangat kerasa dikeheningan malam.
"Aduh! Siapa sih yang berdiri ditengah jalan!" kesal Alya sambil memegang keningnya terasa sakit.
Athar menatap datar perempuan yang sudah menabrak dirinya, setelah itu Alya mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang sudah berani-benari menabrak dia.
"Lo!" ucap kedunya bersama.
"Cek, sial banget hidup gue, bocah kayak lo ada dimana-mana."
Alya mendengus kesal kala Athar menyebutnya bocah, "Sembarang kalau ngomong, gue gadis SMA ya!"
"Hahahahaha!" Athar tertawa kacang.
"Gadis SMA, tapi tubuhnya kayak anak SMP, kelas berapa sih lo? sekolah mana pula yang mau nerima murid modelnya kayak lo."
Alya menatap tajam Athar, bisa-bisanya dia dihina oleh cowok tak dikenal. "Dengerin gue baik-baik ya! Gue makhluk ciptaan Allah, jadi lo kagak boleh ngehina gue!"
"Eee, buste gue diulti sama anak SMA."
"Masa bodo! Hidup gue sial terus tau nggak kalau ketemu lo!"
Saking kesalnya Alya pergi begitu saja tanpa mempedulikan Athar. Athar hanya mampu menatap kesal kepergian Alya.
"Minta maafkan bisa!" teriak Athar.
Sayangnya Alya sudah tidak peduli. Rasa kesal dan was-was campur jadi satu dalam diri Alya, dia takut ketahuan oleh orang tuanya kalau kabur lagi.
"Gadis aneh." Komen Athar.
"Ini lagi si Zira kemana pual dia!" Athar segera mengecek hpnya.
Kedua bola matanya langsung membulat sempurna kala melihat pesan yang dikirim oleh sang adik.
"Zira! Untung lo adek gue, kalau bukan udah gue jadiinya perkedel lo." Kesal Athar.
Athar segera pergi dari tempatnya saat ini, dia segera menuju mobilnya yang terparkir di depan. Baru saja Athar akan masuk ke dalam mobil, samar-samar dia mendengar keributan di tengah kegelapan.
"Ada apa sih, malem-malem begini kok ribut-ribut."
Athar tak jadi masuk mobil, dia mendekati sumber suara yang tempatnya terlalu gelap jadilah Athar sedikit mendekat di tempat kejadian.
"Banyak preman pada ngampain tuh?"
Athar yang tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi semakin mendekat saja. Dia perhatikan tempat yang gelap dengan saksama, Athar menajamkan penglihatannya.
"Bukan itu gadis aneh tadi? Ternyata hebat juga dia."
Tak menyangka jika gadis yang terus berdebat dengan dirinya bisa bela diri. Tapi sekuat apapun Alya melawan dia kalah dengan jumlah. Ada orang yang akan meninju Alya dari belakang, secepat kilat Athar membantu Alya agar gadis itu baik-baik saja.
"Awas!" teriak Athar.
Bruk!
Terlambat satu tinjuan keras mendarat sempurna di punggung Alya, Athar cepat membantu Alya. Athar melawan 6 preman sambail melindungi Alya.
"Lo nggak papa?" tanya Athar, sambil terus melawan para preman.
Alya mengangguk tanda dia baik-baik saja..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments