#Doa untuk opa

Bismillah

Masih berada di ruang tamu bernuansa moderen dengan waran cat tembok putih elegan tentunya di kediaman keluarga Amran.

Suasana di ruang tamu begitu hening, kak Ayu dan suami sudah pulang diantar Azlam.

Khmmm!

Keheningan di ruang tamu sedikit mencair kala Radit berdehem sebentar untuk mencairkan suasana.

"Ayah mau ke kamar bund." Ajak Radit pada Jihan.

Jihan yang paham maksud dari suaminya mengajak ke kamar. Jihan tahu Radit belum ingin bercerita pada Athar tentang kepergian opa Amran pada kedua putranya.

Ditambah lagi Azlam tidak ada diantara mereka, tau sendiri dia sedang mengantar kak Ayu dan suami.

Jadilah di ruang tamu itu hanya tinggal beberapa orang saja setelah kepergian Jihan dan suami dan beberapa orang lainnya, "Oma, ayo kita sholat isya berjamaah yuk." Ajak Nafisa.

"Ayo yang lainnya juga, biar Athar yang jadi imam." Ucap Nafisa lagi.

Tak lupa Nafisa menyungingkan sebuah senyum manis pada mereka semua, "Boleh juga ide mbak Nafisa." Sahut Zira.

Pada akhirnya mereka semua melaksanakan sholat isya berjamaah di musola yang ada di dalam kediaman keluarga Amran.

Semua orang sudah selesai mengambil air wudhu, mereka sudah berbaris rapih di dalam mushola, Athar juga sudah siap untuk menjadi imam.

"Allahu akbar." Ucap Athar sambil mengakat kedua tangannya, tanda takbiratul ihram sudah dimulai.

10 menit berlalu akhirnya sholat berjamaah isya sudah selesai dilaksanakan sangat khusyuk. Selesai membaca dzikir sesudah sholat mereka semua mendoakan yang terbaik untuk opa Amran.

"Ya Allah, Ya Rabb penguasa seluruh alam, Pencipta semesta yang ada di langit maupun di bumi, yang Maha mematikan dan Maha menghidupkan, tempatkanlah opa disisi terbaik Engaku." Doa Athar.

Tak terasa air mata mengalir dari pelupuk mata Athar, cairan bening itu mengalir begitu saja seakan mengikuti alur yang ada.

"Ya Ilahi Rabbi engkau lah Maha segala-galanya, tempatkanlah opa Amran di syurga Engaku ya Robb." Giliran Zira yang berdoa untuk opanya.

"Ya Allah, terimalah semua amal ibadah opa, lapangkahlah dada kami semua yang masih ingin bersama beliau, namun Engaku lebih menyayangi beliau." Doa Nafisa pun.

Oma Rifa juga turut mendokan suaminya yang sudah pergi meninggalkan oma Rifa lebih dulu.

Doa istri, anak dan cucu untuk opa Amran terus melangit dari mereka semua.

"Alhamdulillah." Ucap oma Rifa setelah selesai berdoa.

Sontak mereka semua merasa heran, apa yang membuat oma Rifa sampai mengucapkan hamdalah. Nafisa, Athar dan Zira ketiganya menghadap oma mereka, sambil memperlihatkan tatapan tanya.

Oma Rifa yang paham akan tatapan ketiga cucunya tersenyum, beliau membuka mulutnya akan bicara.

"Sini." Suruh oma Rifa.

Beliau menyuruh ketiga cucunya untuk lebih mendekat, tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya, Nafisa dan kedua adiknya lebih mendekat pada oma Rifa.

"Alhamdulillah, oma merasa lebih lega setelah memanjatkan doa pada sang Maha Kuasa. Sekarang dengarkan oma baik-baik, Allah masih sayang sama kita."

"Diambilnya orang yang kita sayang, bukan berarti Allah tidak menyayangi kita, tapi karena Allah sayang pada kita." ucap oma Rifa sambil tersenyum.

"Tapi oma, bukan begitu Allah sudah memisahkan kita, dari orang yang kita sayang?"

"Kamu benar Zira, tapi ingat setiap yang bernyawa pasti akan mati, Allah telah berfirman bukan dalam surat Al-'Imran ayat 185."

Nafisa, Athar maupun Zira menatap takjub oma mereka. Wanit yang sudah memiliki 4 cucu dewasa kini begitu ikhlas atas setiap cobaan yang menimpa beliau. Zira begitu bangga bisa memiliki oma seperti oma Rifa yang selalu mengajarkan kebaikan pada mereka semua.

Athar menatap omanya, seperti ada sebuah pertanyaan yang ingin Athar ajukan pada sang oma yang memiliki hati begitu tegar.

Oma Rifa kembali menatap ketiga cucunya yang masih setia mendengarkan petuah dari beliau.

"Jadi tidak yang tak bernyawa akan hidup selamanya. Semua yang kita alami di dunia ini merupakan ujian dan cobaan untuk kita. Contohnya saja kita memiliki segalanya di dunia ini, sebenarnya kekayaan ini cobaan untuk kita. Begitu juga dengan orang miskin, lumpuh, cantik, tampan. Semua yang ada pada diri kita cobaan dan ujian untuk kita sendiri." Jelas oma Rifa.

Athar dan Zira terlihat sedang memutar otak mereka atas penjelasan yang diberikan oleh oma Rifa. Sementara Nafisa bisa memahami kata-kata omanya.

"Kenapa kaya disebut sebagai ujian oma? Bukankah orang kaya memiliki segalanya?"

"Pertanyaan bagus. Karena semua yang kita miliki ini hanya titipan dari Allah, kekayaan yang kita punya bukan milik kita, tapi miliki Allah."

"Allah sedang menguji kita, dengan kekayaan yang kita milik, apakah kita tetap bersyukur dan tetap mengingat Allah disaat bergelimang harta, apa kita juga bisa menjaga amanah ini dengan baik? orang kaya bisa jadi buta akan dunia dan uang, diotaknya hanya ada uang, uang dan uang, dia melupakan Allah, padahal semua hanya titipan, bukan begitu."

"Benar oma." Jawab ketiganya kompak.

"Lalu orang miskin oma?" tanya Zira.

"Begitu juga orang miskin, dia bisa bersyukur atau tidak atas kemiskinan yang menimpanya, karena sesungguhnya hidup kita di dunia, hanya sementara. Kaya ataupun miskin adalah cobaan yang harus kita lalui. Diakhirat kelak hisab orang miskin tidak akan terlalu berat."

Ingat akan kisah nabi Sulaiman As. Nabi Sulaiman adalah manusia terkaya yang pernah ada, bahkan bala tentaranya dari golongan jin dan manusia, tapi nabi Sulaiman tidak pernah sombong, nabi Sulaiman tetap taat pada perintah Allah.

Dan ingat juga pada kisah nabi Ayub As, nabi Ayu diuji oleh Allah dengan kemiskinan dan juga penyakit yang luar biasa oleh Allah, tapi beliau tetap bersabar, bahkan semkian bertaqwa pada Allah Swt.

Nafisa memeluk oma Rifa sayang, diikuti oleh kedua adiknya, "Kita semua sayang oma."

"Oma juga sayang cucu-cucu oma, terima kasih kalian selalu ada untuk oma."

Tanpa mereka sadari, ternyata oma Rifa meneteskan cairan bening dari pelupuk matanya, secepat mungkin beliau menghapus air matanya. Beliau tidak ingin terlihat sedih di depan para cucu-cucunya.

Masih di rumah yang sama, di kamar Ayah dan bunda dari 4 putra dan putri yang luar biasa. Sepasang suami istri itu juga sedang memanjatkan doa untuk orang yang mereka sayangi sudah pergi lebih dulu dari dunia ini.

Ayah dan bunda dari 4 orang anak itu terlihat menguatkan satu sama lain, walaupun sudah ikhlas atas kepergian opa Amran, tapi tetap saja rasa kehilangan masih membekas pada mereka semua.

"Mas, kapan kita akan memberitahu semua ini pada Athar dan Azlam?" tanya Jihan hati-hati.

"Mas tidak tau dek, tapi mungkin tidak sekarang, mas masih belum sanggup untuk cerita pada kedua putra kita."

Jihan mengelus tangan suaminya, "Apapun keputusan mas, Jihan tetap ikut."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!