Prang ...
Terdengar suara benda pecah di sebuah rumah kecil, yang berada di sebuah rumah kecil dan sempit. Seorang perempuan tengah mencaci suaminya karena selama bertahun-tahun kehidupannya sama sekali tidak membaik. Namun, malah semakin terpuruk sama sekali tidak ada kemajuan.
"Aku lelah jika terus seperti ini, sampai kapan hidup kita akan menderita seperti ini!" ucapnya dengan frustasi sambil sesekali menarik rambutnya karena kesal. Terdengar helaan napas dari sang suami yang baru saja pulang bekerja, hari ini ia mendapatkan pekerjaan sebagai kuli panggul. Seharusnya Istrinya bersyukur karena setidaknya hari ini mereka ada pemasukan, meskipun hany satu lembar uang berwarna biru yang ia berikan. Akan tetapi bukankah uang itu bisa untuk membeli makanan dan malam ini mereka tidak akan kelaparan. Akan tetapi bukannya bersyukur sang istri malah melempar uang itu pada wajahnya yang kini terlihat tirus.
Mereka adalah Tama dan juga Mirna, kehidupan mereka setelah diasingkan tidak baik-baik saja. Anggap saja itu sebagai hukuman untuk mereka yang selalu membuat masalah, hingga nekad menjual Zein putranya sendiri demi uang.
"Mirna, uang itu aku dapatkan dengan susah payah. Jangan begitu," Tama masih berusaha untuk sabar meskipun yang dilakukan oleh Mirna itu sangat membuat hatinya tersinggung. Bagaimana tidak jika ia mendapatkan uang itu dengan tenaga yang ia keluarkan, apalagi dari semalaman ia tidak makan. Akan tetapi bukannya bersyukur tapi sang istri malah melempar uang itu, benar- benar tidak berperasaan.
"Apa kau tidak bisa mencari uang yang lebih banyak lagi! Uang kecil seperti itu cukup untuk apa! Perutku lapar semalaman, dan kau hanya membawa yang yang sangat sedikit kau sangat tega padaku!" Mirna kini menangis dengan kencang. Tama merasa kasihan pada istrinya, tapi bagaimana lagi ia memang tidak punya uang lagi. Sangat sulit sekali membahagiakan istrinya, andaikan waktu bisa diputar ia akan bersikap lebih baik pada anak-anaknya. Bahkan kini anak-anaknya hidup bergelimang harta sangat berbeda jauh dengan dirinya yang kesusahan. Apa mereka tak pernah ingat padanya, apa mereka juga tak pernah memikirkan jika ia sudah makan atau belum.
Memikirkan itu semua dadanya terasa sesak, saat dulu ia juga bahkan tak pernah mempedulikan jika anak-anaknya sudah makan atau belum. Yang ia pedulikan hanya Mirna dan kebahagiaan Mirna. Sungguh ia ayah yang sangat egois. Pantas saja jika kini anak-anaknya pun tak pernah mempedulikannya. Karena ia pun dulu tak pernah peduli pada mereka berdua.
"Zein ... Zaira ... "
*
*
*
"Aku harus bisa mendapatkan Aliana kembali," ucap Satya, kini ia berada di kantor, dan membantu papanya. Sedangkan toko furniture yang sangat besar itu adalah usaha miliknya. Usaha yang baru ia rintis akan tetapi sudah sangat maju.
"Kau pikir dia akan menerimamu setelah kau meninggalkannya begitu saja, di saat hari pernikahan kalian sebentar lagi akan digelar," terlihat senyum meremehkan yang ia tujukan pada Satya. Ia meneguk minuman kaleng yang ada di sana.
"Dia sangat mencintaiku, aku tahu itu. Kau tidak tahu bagaimana ia dulu sangat mencintaiku. Hingga rela memaksa papanya yang kejam itu untuk menerimaku dan mengadakan sebuah pesta yang mewah," jawab Satya dengan yakin.
"Itu dulu, bukankah kini ia sudah menikah dengan pria lain?"
"Dia hanya pengantin pengganti saja, hanya sementara. Pemilik yang sebenarnya ada di sini." sahabat Satya hanya geleng-geleng kepala melihat Satya yang begitu percaya diri. Bahkan orang bodoh pun tidak akan pernah mau kembali pada pria yang sudah membuangnya begitu saja. Dan ia dengan percaya dirinya akan kembali memiliki Aliana.
"Lalu bagaimana kau akan mendekatinya?"
"Aku dengar dia membuka sebuah butik, tak jauh dari sini."
"Lalu?" bukannya Satya menjawab tapi pria ini malah tersenyum penuh arti.
*
*
*
Setelah berkutat di butiknya yang kian hari kian ramai, Aliana kini beristirahat sejenak karena ia merasa sangat lelah. Butik Aliana meskipun tergolong baru tapi sudah banyak diminati, karena desain-desainnya yang sangat indah. Itu karena ia juga selalu mempromosikan di sosial media hingga banyak orang yang penasaran dan ingin melihat serta membelinya. "Minumlah dulu Nona," ucap Anita asistentnya sambil menyodorkan satu gelas minuman dingin.
"Terima kasih, ya ampun aku memang haus sekali," Aliana lalu meminum minuman itu sampai tandas. Ia pun kemudian duduk di meja kerjanya.
"Aku tidak menyangka jika butik anda akan seramai ini, Nona."
"Kau benar, aku sampai kewalahan. Kau lihat ini, bahkan pesanan gaun hari ini lumayan banyak. Sepertinya aku tutup saja pesanan gaun pengantin untuk minggu ini karena takut tidak terkejar.
"Iya Nona, dan sepertinya kita juga butuh tambahan penjahit,"
"Baiklah, aku serahkan semuanya padamu. Aku akan menyelesaikan desain ini dulu, mereka ingin selesai akhir minggu ini."
"Baik Nona," Anita pun keluar dari ruangan Aliana, dan ia pun kemudian mengecek barang-barang di sana dan merapikan barang selagi tidak banyak pelanggan.
"Maaf Nona, permisi," mendengar ada yang memanggilnya Anita pun berbalik dan melihat ke arah dua pria tampan yang kini berada di belakangnya.
"Ya, ada yang bisa saya bantu Tuan?"
"Emm iya, bolehkah aku bertemu dengan pemilik butik ini?" Anita mengernyit heran. Tapi ia tetap harus melayani pelanggan dengan baik.
"Kalau boleh tahu, ada keperluan apa Tuan?"
"Aku ingin memesan pakaian untuk sebuah acara penting di kantorku,"
"Tapi untuk minggu ini, pesanan kami sudah penuh Tuan."
"Tidak-tidak, bukan untuk minggu ini. Tapi untuk minggu depan, ayolah Nona apa kau ingin mengecewakan pelanggan?"
"B-bukan begitu Tuan, tapi tunggu sebentar saya akan tanyakan dulu,"
"Baiklah, kami akan menunggu."
"Anda berdua bisa menunggu Nona, di ruangan Tuan." tunjuk Anita pada sebuah ruangan yang dibuat khusus untuk tamu. Dengan segala kenyamanan tentunya. Anita pun kemudian masuk kedalam ruangan Aliana dan menceritakan tentang dua pelanggan pria yang ingin dibuat pakaian khusus untuk acara kantornya nanti. Karena orang itu mengatakan untuk minggu depan, Aliana pun tidak keberatan dan segera menemui kedua tamunya.
"Ada yang bisa aku ban ...."
"Aliana," ucapnya dengan senyum manis yang mengembang.
"Oh ya ampun, ada pangeran kodok rupanya. Mau apa kau kemari?"
"Jadi butik ini milikmu?" tanya Satya pura-pura tidak tahu.
"Oh ayolah, jangan pura-pura tidak tahu. Aktingmu itu sangat buruk," Bukannya tersinggung Satya malah tertawa.
"Aku sudah mengira, kalau kau tahu semuanya tentangku. Bahkan sampai hari ini kau masih saja sangat mengenalku," ucapnya dengan bangga. Ingin sekali Aliana menendang pria yang ada dihadapannya ini, namun ia tahan karena jika ia melakukannya di sini maka ia akan merusak citra butiknya ini.
"Benarkah?"
"Iya,"
"Oh aku sangat terharu, oh ya ada yang ingin aku sampaikan padamu?"
"Apa itu?"
"Kemarin kodok tetanggaku akan menikah dan pengantin prianya melarikan diri, apa kau bisa menggantikannya dan menjadi pengantin kodok betinanya. Sepertinya kalian akan cocok,"
"Apa! Aliana aku ..."
"Pergilah wahai pangeran kodok, tempatmu bukan disini!"
***
Besok hari Senin jangan lupa vote ya 😚😚😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Mamaheazkia Azkia
dasar pangeran kodok g tahu malu 🤣🤣🤣
2024-07-14
0
Keser Galby
sungguh kou memang kodok satya
2023-05-07
0
Mamh Rahma
lnjut thor
2023-04-12
1