Menyadari jika kini ia akan berhadapan dengan keluarga Guntara, Lian merasa frustasi. Bagaimana nanti jika Rayan Guntara menghancurkan perusahaannya. Karena bukanlah hal yang sulit jika seseorang Rayan Guntara ingin menghancurkan perusahaan seseorang. Dirinya bagaikan hamparan debu jika dibandingkan dengan perusahaan Guntara Group. Hanya dengan satu kedipan mata, maka hancurlah sudah hidupnya.
Lian kembali berpikir, bagaimana caranya meminta maaf pada Rayan, akan tetapi sepertinya itu akan sangat sulit. Dimana ia telah mengancam Zein dengan sangat kejam, hingga remaja tampan itu tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti keinginannya.
Semua masalah ini menjadi sangat pelik, karena ia terlalu terburu - buru mencari calon pengantin pengganti Tapi memang ia tidak punya waktu saat itu. Sedangkan nama baik keluarganya sedang dipertaruhkan di sana. Kini Lian benar-benar merasa bingung. Siapa sangka jika Tama salah satu karyawan di perusahaannya itu adalah besan keluarga Guntara.
Mengingat itu, Lian ingin kembali memberikan lagi pelajaran pada Tama. Pantas saja ia tidak diakui keluarga Guntara, karena sifat manusia itu sungguh di luar batas normal. Ia bahkan berpikir jika Tama juga melakukan cara yang licik untuk menikahkan putrinya. Seperti ia menyerahkan putranya tanpa ragu dan tanpa menimbang perasaan Zein. Sekali lagi, Lian mengumpat manusia bodoh yang tertutup mata dan hatinya hanya demi seorang wanita ular, Mirna.
Ya ... sepintas saja Lian sudah tahu jika Mirna bukanlah seorang wanita baik-baik. Ia terlihat tidak mempedulikan apapun kecuali uang, dan bodohnya Tama selalu mengikuti apa yang ia inginkan.
Di saat ia sedang pusing memikirkan hal ini, salah satu orang kepercayaannya datang dan menemuinya. Lian pun mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk frustasi.
"Ada apa?" tanya Lian. Namun, orang itu malah diam saja. Dan muncullah seseorang yang tidak ia kenal, akan tetapi melihat bat yang di pakai di jas yang dipakai orang itu membuat jantung Lian hampir berhenti berdetak.
Guntara Group.
Habislah sudah, Lian bahkan tidak diberi kesempatan untuk berpikir. Ia seolah sedang dihadapkan dengan keadaan yang selama ini ia ciptakan untuk orang lain. Yaitu, memaksakan kehendaknya tanpa berpikir.
"Tuan Lian, Tuan Rayan Guntara ingin bertemu dengan anda." ucapnya dengan tegas, bahkan tak nampak raut keramahan di wajahnya. Lian menghela napas kasar, kini ia sudah tidak bisa menghindar lagi. Ia harus menghadapi kenyataan ini suka atau pun tidak suka.
"Baiklah," jawab Lian pasrah, orang yang diberi julukan raja singa oleh putrinya itu. Kini lebih nampak seperti singa tanpa gigi, hilang sudah semua aura menakutkan yang selalu ia tebar pada orang-orang. Kini hanya tampak wajah kusut dan putus asa saja.
*
*
*
"Zein, apa yang akan kau lakukan sekarang? Apa kau akan berpisah begitu saja dengan Aliana?" tanya Zaira. Kini sepasang adik kakak itu sedang saling mencurahkan isi hatinya masing-masing tanpa ada orang lain diantara mereka.
"Entahlah Kak, aku bingung. Aku tidak mungkin melepaskan Aliana begitu saja, aku tidak tega jika harus membuatnya jadi janda di usia muda seperti sekarang ini. Dan juga aku tidak mau menjadi duda," gumamnya di akhir kalimat, membuat Zaira terkekeh ia merasa geli jika adiknya yang sangat tampan ini akan menyandang status duda.
"Semua itu tergantung padamu Zein, apapun keputusanmu Zayan pasti akan membantumu." ucap Zaira.
"Entahlah Kak, aku bahkan masih bingung dengan hatiku sendiri. Zein pun menyandarkan kepalanya dan melihat ke atas dengan pandangan kosong. Ia merasa bingung apa yang akan ia lakukan pada Aliana.
Sementara di luar, gadis kecil itu kini sedang dihakimi oleh anak ayam dan kuda poni. Kedua calon ayah yang tampan ini sangat gemas dengan kelakuan gadis kecil yang kini berstatus adik iparnya itu.
"Sekarang katakan pada kami, kenapa kau ingin menikah? Kau ini masih kecil, kau bahkan baru menetas dan sekarang kau ingin belajar bercocok tanam. Astaga... apa isi dalam otakmu itu, biji semangka!" ucap Zayan.
"Aku bahkan ragu, otaknya itu ada isinya." sambung Rafa gemas.
"Aku ingin menikah karena aku sangat mencintai kekasihku dan tidak ingin kehilangannya." jawab Aliana.
"Tapi sayangnya kekasihmu itu pengecut dan melarikan diri," ejek Zayan.
"Dia tidak melarikan diri, dia hanya bilang padaku untuk menunda pernikahan kami karena dia akan melanjutkan kuliahnya," jawab Aliana
"Menunda pernikahan di saat beberapa hari lagi pernikahan akan digelar, sungguh sangat pintar sekali kekasihmu itu," ejek Rafa.
"Dari mana kalian tahu, jika ia sangat pintar. Dia juga sangat tampan, dan keren. Ahhh aku jadi merindukannya." ucap Aliana.
"Tapi dia tidak merindukanmu," ucap Zayan lagi.
"Aku tahu, tapi setidaknya aku ingin mengenangnya sebentar. Aku tidak ingin ada keburukan di akhir cerita cinta kami," ucap Aliana polos.
"Apa kau berniat ingin kembali padanya?" tanya Rafa. Tapi Aliana menggelengkan kepalanya. Ia pun merasa bingung, ia sudah terlanjur kecewa sebenarnya. Akan tetapi ia berusaha untuk menerima keputusan dari kekasihnya itu.
"Aku tidak mau kembali padanya, aku kan sudah menikah dan sebentar lagi akan menjadi seorang janda. Dia tidak mungkin mau padaku." ucapnya tiba-tiba sedih. Zayan dan Rafa kemudian saling pandang, sebenarnya mereka berdua merasa iba kepada Aliana. Tidak seharusnya gadis remaja ini mengalami hal seperti memilukan seperti ini.
*
*
*
Mobil yang membawa Lian perlahan masuk ke pelataran mewah kediaman Guntara. Melihat rumah keluarga Guntara yang sebesar istana membuat nyali Lian semakin menciut. Terasa semakin kecil saja dirinya ini, ia merasa tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keluarga Guntara.
Di sebuah ruangan yang luas di rumah itu, Rayan dan Reyhan sedang menunggu kedatangan Lian. Begitu pun dengan Zayan dan Rafasya, setelah tadi ia mengintrogasi Aliana, mereka berdua pun ikut bergabung dengan ayah mereka. Mereka juga sangat penasaran dengan mertua dari Zein yang suka mengancam orang ini. Ia bahkan belum tahu, jika mereka bisa menghancurkan orang tanpa ancaman.
Derap langkah kaki mulai terdengar, para pria tampan itu sudah tidak sabar menunggu kedatangan dari Lian. Hingga tak lama setelah itu, munculah sosok seorang yang mempunyai hobi mengancam itu. Ia berjalan dengan kepala tertunduk, seolah ia pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya sekarang.
"Selamat siang, Tuan Guntara." sapanya. Namun, tak ada satu orang pun yang menyahut sapaannya.
"Silahkan duduk, Tuan Lian." ucap Rayan dingin. Lian pun kini duduk diantara para pria keturunan Guntara ini. Seketika hawa di ruangan itu terasa sangat pengap. Ia bahkan merasa sulit menghirup oksigen di ruangan itu, padahal ruangan itu sangatlah luas untuk ukuran ruang tamu, dengan beberapa jendela kaca yang terbuka lebar. Lian pun kemudian duduk dengan posisi berhadapan dengan para pria keturunan Guntara.
"Aku menunggu penjelasanmu sekarang juga!" ucap Rayan dengan tegas, hingga Lian semakin dibuat ketakutan.
*
*
*
Jangan lupa tinggalkan jejak 😘 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Defi
Raja singa sakit gigi sampai2 jadi ompong semua 😜🤣🤣
2023-05-27
0
Mamh Rahma
lnjut
2023-04-08
0
Aditya HP/bunda lia
duh kau anak ayam salah bukan biji semangka tapi biji salak yang bakalan di buat kolak buat buka puasa 🤣🤣🤣🤣✌️
2023-04-05
0