Suami Bayaran
"Tuan,". Pria yang sedang berdiri sambil membelakangi mereka pun membalikan tubuhnya dan melihat ke arah mereka bertiga. Pandangannya pun langsung mengarah ke arah Zein yang memang terlihat tampan dan juga gagah.
"Woooww, lumayan." ucapnya.
"Ayah, ada apa ini? Siapa dia?" tanya Zein,
"Dia ..." Tama terlihat ragu mengatakannya, ada sedikit rasa tidak tega pada putranya itu. Jadi ia pun bingung bagaimana menjelaskannya pada Zein. Melihat suaminya yang hanya diam saja, maka Mirna lah yang menjawab pertanyaan Zein.
"Dia adalah calon mertuamu," jawab Mirna.
"Apa!!!" Zein benar-benar dibuat terkejut oleh penuturan ibu sambungnya. Calon mertua, apa maksud dari ucapan ibu sambungnya ini. Pandangan Zein pun langsung mengarah ke arah ayahnya yang terus menunduk tak berani melihat ke arahnya.
"Ayah...'" panggil Zein, tetapi yang dipanggil hanya diam saja. Zein pun kini mulai mengerti jika ia kini sudah tertipu oleh ayah kandungnya sendiri.
"Ini benar-benar gila," gumam Zein.
*
*
*
Flash back
MAlam ini Zein baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya, dan berniat langsung tidur karena ia merasa lelah. Siang hari ia selalu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah untuk mengisi waktunya. Karena setelah kakaknya menikah ia memang merasa kesepian. Akan tetapi Zaira setiap hari selalu menelepon dan menanyakan bagaimana kabarnya dan apa yang dilakukan olehnya.
Tapi dibalik itu semua Zein sangat bahagia karena Kakak kesayangannya mendapatkan suami yang sangat mencintainya, dan juga sangat peduli kepada Zein. Namun, untuk tinggal di bersama di rumah keluarga Guntara ia masih belum siap. Entahlah, ia masih merasa sungkan dan hidupnya mungkin tak akan sebebas jika ia hidup sendiri.
Baru saja ia akan memejamkan matanya, terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Tidak biasanya ada orang yang bertamu malam-malam, hingga Zein pun merasa heran. Akan tetapi tidak mungkin itu hantu atau pun orang jahat. Karena selama Zein tinggal di sana ia tidak pernah mendapatkan gangguan dari hantu. Dan jika itu orang jahat, itu juga tidak mungkin dimana kos-kosan yang Zein tempati adalah tempat yang sangat aman.
Di sana tidak pernah mengijinkan sembarangan tamu, mereka akan diperiksa terlebih dahulu. Untuk itu, Zein pun kemudian terbangun dari tidurnya dan kemudian pergi ke depan untuk membuka pintu kamarnya.
Perlahan Zein membuka kunci dan kemudian membuka knop pintu kamarnya, saat pintu terbuka terlihatlah wajah orang yang selama ini tidak pernah Zein lihat. Seseorang yang seharusnya berperan penting dalam hidupnya, akan tetapi terasa seperti figuran yang hanya sekedar singgah.
Ya dia adalah Tama, ayah dari Zaira dan juga Zein, pria yang masih terlihat tampan di usianya ini kini sedang berdiri dihadapan Zein. Dengan senyum yang terus mengembang ia melihat putranya yang terlihat semakin tampan dan gagah.
"Ayah," panggil Zein.
"Zein, bolehkah ayah masuk?" tanyanya.
"Iya ... ayo silahkan masuk," jawab Zein dan mempersilahkan ayahnya masuk. Tama pun langsung masuk ke kosan Zein yang terlihat seperti kosan mewah dan juga sangat mahal. Tentu saja, tempat itu mewah dan mahal karena semua itu pemberian dari Zayan, yang akan memastikan hidup Zein nyaman dan tidak kekurangan sesuatu apapun.
"Silahkan duduk Yah," ucap Zein dan mempersilahkan ayahnya duduk di sofa mini yang ada di kamarnya. Setelah itu Zein pun mengambil minuman dan memberikannya pada Tama.
"Silahkan diminum, Yah."
"Ahh, ya terima kasih jangan repot - repot. Kenapa kau terlihat sangat sungkan pada Ayahmu ini," kekeh Tama. Bagaimana Zein tida merasa sungkan, jika selama ini Tama tak pernah memperlakukannya seperti ayah yang memperlakukan putranya dengan baik. Hubungan mereka justru sangat renggang karena Tama tak pernah sekalipun ingin dekat dengan anak-anaknya. Yang ia pikirkan selama ini hanyalah Mirna, istrinya.
"Tidak masalah, ada apa Ayah datang kemari" tanyanya.
"Kenapa kau berbicara seperti itu pada Ayahmu, aku ini Ayahmu dan sudah lama kita tidak bertemu. Ayah sangat merindukanmu, Nak." ucap Tama.
"Rindu?" ucap Zein yang merasa aneh dengan ucapan ayahnya yang mengatakan jika ia merindukan anaknya. Sejak kapan Tama merindukannya, bahkan sudah hampir setahun ini Tama sama sekali tidak pernah menanyakan kabar putranya ini. Dan sekarang ia tiba - tiba datang dan mengatakan jika ia rindu pada Zein, sungguh hal yang sangat aneh karena kata itu tak pernah keluar dari mulut ayahnya selama ini.
Tama terlihat terdiam sejenak dan menghela napas kasar, terlihat gurat penyesalan di wajahnya. Sesaat kemudian ia pun melihat kembali ke arah putranya itu.
"Zein ... Ayah tahu, mungkin ini sudah terlambat. Akan tetapi, Ayah hanya ingin minta maaf padamu, Nak." ucapnya lemah. Zein pun langsung membuka matanya lebar, jujur saja ia merasa terkejut dengan Ayahnya yang tiba-tiba minta maaf. Apa benar yang diucapkan oleh Tama. Apa ia menyesal dengan apa yang telah ia lakukan selama ini kepadanya dan juga kakaknya.
"Maaf ...?" Tama pun mengangguk dan melihat Zein dengan wajah yang sedih.
"Maafkan atas sikap Ayah selama ini padamu, Nak. Maafkan karena selama ini Ayah tidak pernah memperhatikanmu dan juga Kakakmu, Ayah sungguh sangat menyesal." Tama tiba-tiba tergugu, Zein merasa tersentuh dengan apa yang diucapkan oleh Ayahnya. Memang benar selama ini jika ayahnya memang tak pernah memberikan kasih sayang kepada Zein maupun kepada Zaira, akan tetapi bagaimanapun juga Tama tetaplah ayahnya.
Mendengar ayahnya meminta maaf, ada sebuah kebahagiaan di hatinya yang tak pernah ia rasakan selama ini. Zein sangat terharu mendengarnya. Apakah sekarang kehidupannya akan sempurna seperti yang ia inginkan selama ini.
"Apa kau mau memaafkan Ayah Zein?" tanya Tama. Mata Zein berkaca-kaca, sungguh ia merasa terharu dengan sikap ayahnya. Akhirnya mimpinya bisa berkumpul dengan ayahnya kini telah terwujud.
"Tentu Yah ... Aku memaafkan Ayah, aku dan Kak Zaira sangat menyayangi Ayah. Kak Zaira pasti akan senang mendengarnya. Mendengar nama Zaira, Tama sedikit tersentak. Namun, ia mengembalikan lagi ekspresinya.
"Iya Nak, tapi jangan dulu beri tahu Kakakmu tentang ini dulu,"
"Kenapa?" tanya Zein.
"Karena kita akan memberi kejutan padanya," ucap Tama tersenyum. Zein pun kembali tersenyum dan kemudian memeluk Ayahnya.
"Kak Zaira pasti akan senang," ucapnya.
"Iya, Kakakmu pasti akan sangat senang." ucap Tama, setelah mengobrol lama dengan Zein akhirnya Tama memutuskan untuk pulang karena sudah larut malam.
"Namun, baru saja ia keluar dari Kosan Zein, tiba-tiba ponsel milik Tama berbunyi. Terdengar ia berbicara dengan seseorang.
"Semuanya sudah beres kau tenang saja," ucap Tama dan kemudian ia pun pergi meninggalkan kosan itu dan kembali pulang ke rumahnya.
****
Hai ... hai assalamualaikum, seperti janji Mimin. Mimin bakal up ceritanya Zein dan Aliana, Mimin bakal up dari awal aja ya biar ceritanya mengalir dengan teratur. Seperti biasa jangan lupa tinggalkan jejak ya 😘😘😘 like dan komen ya 💃👯
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Defi
ini benaran uda insaf Ayahnya, ampe minta2 maaf segala
2023-05-27
0
Mommy QieS
aku like n a subscribe kak😊😘
2023-04-14
0
Rya Kurniawan
semangat up thor... 🥰
2023-04-13
0