'Apa yang sedang Engkau siapkan untukku Yaa Allah.. Hingga aku harus sesabar ini..'
Semalaman Ola menjaga Farid di Rumah Sakit sendirian. Dia tak tega jika sang mertua harus ikut menemaninya disana. Hingga Ola meminta semuanya beristirahat dirumah saja. Sepanjang malam, Ola sulit terlelap karena Farid mengalami demam. Dia menghabiskan waktunya dengan melaksanakan shalat malam.
Pagi ini suhu tubuh Farid sudah menurun, setiap satu jam Ola akan mengganti kompres yang ia simpan di dahi suaminya. Perlahan Farid pun membuka matanya, sejak operasi dia baru hanya diperbolehkan minum dua sendok air. Karena belum mengeluarkan gas dari dalam perutnya.
"Kenapa Mas? Apa yang dirasain sekarang?" tanya Ola membuat Farid memaksakan senyumnya.
"Haus.. Tenggorokan saya kering.." lirih Farid.
"Sebentar, saya tanya dulu suster ya! Siapa tau Mas sudah boleh minum!"
Ola dengan telaten mengurus Farid, anggaplah ini sebagai tugas pertamanya sebagai seorang istri. Setelah diperiksa oleh dokter, Farid pun diperbolehkan untuk minum.
"Pelan-pelan minumnya, Mas! Saya gak akan minta!" ucap Ola sambil terkekeh.
"Terimakasih.." Farid berucap dengan lirih. "Badan saya lengket semua, apa boleh ke toilet?"
"Mas! Kamu ini baru selesai operasi, emang perut kamu gak sakit? Emang kamu bisa jalan? Jangan suka ngeyel ya!" omel Ola membuat Farid terkekeh.
"Bisa kok! Tentara harus kuat!" ucap Farid sambil mencoba untuk duduk, Ola pun langsung membantunya.
"Saya lap aja badan Mas ya pakai tisu basah, jangan ke kamar mandi dulu!" pinta Ola dan Farid pun menganggukkan kepalanya.
Walaupun gugup, Ola mengelap tubuh Farid yang cukup atletis. Farid menatap mata Ola dengan dalam. Sepertinya kali ini, dia sudah mulai jatuh hati pada perempuan yang kini sudah sah menjadi istrinya itu.
"Mas Farid mau makan? Sudah boleh kok! Tadi ada yang mengantarkan makanan untuk Mas Farid. Mau saya suapin?" tawar Ola dan Farid kembali menganggukkan kepalanya.
"Kamu sudah makan?" Ola menggelengkan kepalanya. "Kalo gitu buburnya kita makan berdua. Saya gak mau kamu ikut sakit.."
"Saya gak suka makanan rumah sakit, Mas!" Ola terkekeh. "Nanti aja gampang, saya bisa beli makanan ke kantin!"
"Yasudah.. Nanti aja saya makan nya bareng kamu.."
"Mas Farid...!"
"Apa Neng Ola?"
"Jangan bandel ya! Makan sekarang, buka mulutnya!" titah Ola dan akhirnya Farid pun membuka mulutnya.
Keduanya bercanda dan tertawa dengan riang, seolah mereka memang saling mencintai. Hal itu tidak luput dari pandangan Virgo. Pagi ini dia dan Erik memang sengaja datang ke Rumah Sakit, karena perintah sang Komandan.
"Alhamdulillah.. Saya hanya berharap, pernikahan mereka akan selalu bahagia, Bang!"
"Hei Virgo, memang kau tidak suka dengan si Ola itu? Padahal saya ini berniat mau menjodohkan kau dengan dia!" ucap Erik membuat Virgo terkekeh.
"Enggak sama sekali, Bang! Oldan itu adalah teman terbaik saya saat sekolah. Selain itu, saya juga sudah punya pemilik hati. Hanya saja.. Dia.. Menghilang.."
Percakapan keduanya terhenti saat melihat Anindita datang bersama Mirna. Awalnya Erik ingin mencegah, namun Virgo menahannya.
"Biarkan saja, Bang! Kita pantau dari jauh.."
Anindita berjalan tergesa-gesa, sejak kemarin malam pikirannya tidak tenang. Apalagi dia meninggalkan Farid disaat laki-laki itu terluka.
"Mas Farid!!" panggil Anindita dengan isak tangis. Tanpa rasa malu, dia berhambur memeluk Farid.
"Maafin aku, Mas! Aku gak maksud buat tinggalin kamu! Maafin aku Mas!"
Ola sedikit terkejut, dia menatap Farid dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun saat Ola akan menjauh, Farid menggenggam tangannya dan menggelengkan kepalanya. Anindita pun menyadari hal itu.
"Mas! Jadi dia.."
"Hai, Mbak! Benar sekali, saya istrinya Mas Farid!" ucap Ola dengan senyuman ramah.
"Elo!" kaget Anindita. "Lo kan cewek yang nabrak gue tempo hari di rest area!"
"Hah? Mbak gak salah ngomong? Mbaknya loh yang nabrak saya!" Ola terkekeh.
Anindita hendak menghampiri Ola, namun Farid mencegahnya. "Mau apa kamu, Anin?"
"Mas! Dia udah rebut kamu dari aku! Mana bisa aku diem aja, Mas! Aku ini pacar kamu, aku yang menemani kamu membangun karir kamu Mas! Terus aku harus diem aja liat perempuan ini!" hardik Anindita.
Ola tertawa geli dan hal itu membuat Anindita semakin murka. "Maaf nih ya, Mbak! Yang pertama, saya memang tidak menemani Mas Farid saat merintis karirnya. Tapi yang Mbak harus tau, saya juga tidak merebut Mas Farid. Karena Mas Farid sendiri yang meminta saya pada kedua orang tua saya. Dan fakta yang kedua adalah.. SAYA ISTRINYA! SAH DIMATA HUKUM DAN AGAMA!"
"Oh iya lupa.. Mbak gak kami undang! Apa harus saya perlihatkan buku nikah kami? Atau.. Mbak mau lihat Kartu Petunjuk Istri (KPI) yang sudah saya dapatkan dari tempat Mas Farid berdinas?" tanya Ola membuat Anindita semakin meradang.
"Dasar perempuan murahaaannn!!" Anindita hendak menampar Ola, namun siapa sangka Ola menahan lengan perempuan itu.
"Lepaskan!" bentak Anindita.
Ola memelintir lengan Anindita kebelakang dan berbisik ditelinganya, "Jangan permalukan dirimu dihadapan suamiku. Karena mungkin setelah ini, dia milikku seutuhnya. Satu hal lagi, jangan pernah menyebutku perempuan murah. Berkacalah pada dirimu sendiri Mbak! Tanganmu gak berhak menyentuhku!"
Farid melongo melihat aksi sang istri, dia sungguh tidak bisa berkata-kata walaupun sekedar mencegahnya. Tak lama datanglah sang Komandan, hingga Anindita tidak bisa berkata kasar kepada Ola.
"Wah! Rupanya sedang ada tamu.. Maaf kalo kami mengganggu!" ucap Sang Komadan.
"Siap! Tidak Komandan!" jawab Farid.
Seperti biasa, istri Komandan memeluk Ola dan menguatkannya. Hal itu tak luput dari pandangan Anindita, bahkan dia hanya bisa mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Oh iya.. Siapa ini? Temen Dek Sabrina?" tanya istri Komandan Farid itu.
"Ijin Bu, Saya Anindita.. Saya..." ucapan Anindita terpotong oleh Ola.
"Ijin Bu, dia Anindita.. Kebetulan temannya Mas Farid! Karena beliau gak hadir di pernikahan kami, makanya dateng kesini. Betul kan Mbak Anin?" tanya Ola membuat Anindita terpaksa menganggukkan kepalanya.
"Oalah.. Saya kira teman Dek Sabrina! Pantas kok kaya seumuran Om Farid.."
Tak tahan lagi, Anindita memilih untuk keluar dari ruangan itu tanpa mengatakan hal apapun. Hal itu membuat Ola tak enak hati.
"Ijin Bu, mohon maaf ya! Mungkin Mbak Anin sedang ada keperluan mendadak!"
Mereka pun berbincang mengenai kepindahan Ola dan Farid ke Rumah Dinas mereka. Bahkan sang Komandan sudah meminta beberapa ajudannya untuk membantu mengecat rumah Farid.
"Mohon ijin, terimakasih Pak, Bu! Insya Allah setelah Mas Farid membaik, kami akan segera mengurus kepindahan kami. Mohon do'anya agar semua dilancarkan.."
"Aamiiinnn.. Dek Sabrina jangan pernah lelah bersabar, mungkin ini ujian pertama dalam pernikahan kalian. Insya Allah, harus saling menguatkan ya! Apalagi kan nanti Mas Farid akan melaksanakan satgas. Jadi Dek Sabrina harus belajar dan terus belajar melatih kesabaran ya!"
"Ijin Bu, terimakasih semua nasehatnya!"
Setelah kepergian Komandannya, Farid menatap Ola yang sibuk membereskan sisa-sisa makanan. Ola sangat telaten dan sangat menjaga kebersihan. Ingatan Farid kembali pada saat Ola berhadapan dengan Anindita.
"Neng.." panggil Farid.
"Apa Mas?" jawab Ola tanpa menoleh.
"Maaf dan terimakasih!" Kali ini Ola menoleh dan menatap suaminya itu dengan heran. "Terimakasih sudah menjaga nama baik Mas sebagai suami.."
Ola terkekeh, "Sudah kewajiban istri bukan? Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan, Mas. Kan memang benar saya ini istri kamu yang sah dimata hukum dan agama. Saya gak peduli sekalipun kita menikah bukan karena cinta, tapi saya tetap harus menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri.."
"Makanya saya selalu bilang sama Mas.. Terserah apa yang akan Mas lakukan diluar sana, tapi satu hal yang saya minta. Jaga kehormatan saya sebagai seorang istri, sebagaimana saya menjaga kehormatan Mas sebagai seorang suami!"
Farid tersenyum dan menganggukkan kepalanya, tak ada lagi rasa gengsi dan ego dalam dirinya. Farid akui, Ola jauh jauh jauh lebih baik dari Anindita. Tapi Farid pun harus menyelesaikan urusannya dengan Anindita terlebih dahulu.
"Saya akan selesaikan urusan saya dengan Anindita.."
"Sudah kewajiban kamu, Mas! Saya gak mau ada kesalahpahaman di masa depan, saya gak mau nama baik saya rusak hanya karena dianggap merebut kamu dari dia. Karena saya gak pernah melakukan itu.."
Lega. Itulah perasaan yang Farid rasakan saat ini. Dia kembali terlelap usai meminum obat. Ola pun merebahkan tubuhnya disamping ranjang khusus pasien. Hingga akhirnya terlelap sambil menggenggam lengan Farid.
"Gak akan aku biarkan kalian hidup bahagia!!!"
Rupanya Anindita masih berada disana, dia pikir akan bisa berbicara dengan Farid setelah Komandan nya pergi. Tapi nyatanya Farid tertidur dengan tangan saling menggenggam. Anindita hendak masuk, namun Mirna mencegahnya.
"Jangan gila lo, Nin! Kita balik sekarang!" ajak Mirna.
"Gue belom ngomong sama Mas Farid, Mirna! Gue harus kasih pelajaran buat perempuan itu!" ucap Anindita menggebu-gebu.
"Jangan cari mati lo ya! Gue gak mau urusan sama pihak berwajib!" tegas Mirna.
"Gue gak peduli, Mir! Mas Farid cuman milik gue, MILIK GUE!!!"
"BERISIIIKKKK!!!" Ola mendorong pintu dari dalam, hingga membuat Anindita hampir terjungkal.
"Apa kalian gak liat tempat? Ini Rumah Sakit, buka club malam!"
"Berani ya lo sama gue!" hardik Anindita. "Lo pikir lo siapa, hah? Cinta Mas Farid itu cuman buat gue, jangan mimpi lo!"
Lagi-lagi Ola terkekeh, "Apa belum jelas? Belum cukup bukti? SAYA ISTRINYA!"
"Saya gak peduli, cinta Mas Farid buat siapa. Karena sudah jelas, SAYA ISTRINYA! Kalau Mas Farid memang mencintai kamu, kenapa dia memilih untuk menikahi saya? Perempuan yang sama sekali tidak mengenalnya. Sebaiknya Mbak pergi, suami saya harus istirahat!"
"Syalan! Sampe kapanpun, gue gak akan ngelepasin Mas Farid!!"
"Saya GAK PEDULI.. Sumpah, Mbak! Saya gak peduli. Terserah Mbak aja.. Sakarepmu!"
Akhirnya Mirna terpaksa membawa Anindita pergi darisana, karena dia tidak mau terlibat dengan pihak hukum. Sedangkan Virgo dan Erik yang memantau dari jauh sungguh terkesima dengan sikap yang diambil oleh Ola.
Prok.. Prok.. Prok..
"Ini baru Oldan yang aku kenal!!" bangga Virgo, begitu pun Erik yang ikut bertepuk tangan.
"Ternyata Dek Sabrina ini savage sekali! Tak salah pilih lah si Farid itu, dia harusnya bisa membedakan mana permata mana batu akik!"
Ola terkekeh, "Insya Allah.. Saya harus mempertahankan apa yang harus saya pertahankan.."
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
YuWie
sakarepmu..aku rak urus... savage ola
2023-06-20
1
Tha Ardiansyah
itu baru sikap istri prajurit, kaga pernah takut halangan menghadang
2023-04-15
0
Lili Suryani Yahya
Suka sama cewek yg tegas gtu
2023-04-13
0