Anindita menarik lengan kekasihnya itu, dia sungguh sangat kecewa dengan Farid. Bahkan laki-laki itu sama sekali tidak mengunjunginya. Walaupun hanya untuk sekedar mengecek konveksi miliknya.
"Katanya kamu mau balik ke barak, Mas? Sekarang ngapain kamu disini?" tanya Anindita penuh dengan intimidasi.
"Be! Saya cuman antar temannya Iwik. Tadi saya antarkan dia buat kerja, gak tau nya temen Iwik sakit. Jadi saya cuman antar dia kesini!" jawab Farid sambil mengenggam tangan kekasihnya itu.
"Cuman buat temen si Iwik kamu mau antar! Bahkan pesan yang aku kirim pun kamu gak baca, Mas!" bentak Anindita. "Padahal aku juga minta kamu buat antar aku kesini! Mirna semalam mabuk parah dan dia gak sadarkan diri!"
Farid menghela nafasnya kesal, "Cukup be! Jangan salahkan saya. Kamu tau konsekuensi nya membawa orang mabuk ke Rumah Sakit kan? Bukan sekali dua kali, be! Saya malu! Kamu lihat.. Gimana tanggapan orang-orang nantinya?"
"Jahat kamu, Mas! Mirna itu sahabat aku.. Yasudah kalo kamu gak bisa temani! Kamu juga gak boleh temani si Iwik disini!" geram Anindita. "Adik kamu itu emang menyebalkan!"
Sebenarnya Farid tak terima ucapan Anindita terhadap adiknya, namun lagi-lagi cinta menulikan semuanya. Dia malah memeluk perempuan itu dan mengecup keningnya.
"Saya harus kembali ke barak, be! Saya mau pamit dulu sama Iwik.. Kamu jaga diri baik-baik ya! Love you.."
Anindita hanya menganggukkan kepalanya. Farid pun mendekati Opi yang saat itu tengah memeluk Ola yang menangis tersedu-sedu.
"Iwik! Mas harus balik selarang!" ucap Farid dan Opi hanya menganggukkan kepalanya.
Entah kenapa, sedikit terasa perih saat melihat perempuan itu menangis tersedu-sedu. Namun Farid terus mencoba untuk menghilangkan pemikiran itu dari kepalanya.
Mobil pun melaju dengan kecepatan cukup tinggi, karena Farid harus melaksanakan piket sore hari nanti. Farid bukanlah seorang perwira, saat ini dia berpangkat Sersan Satu (Sertu). Dan Insya Allah di bulan April tahun depan ia akan naik pangkat menjadi Sersan Kepala (Serka).
Bagaikan magnet, tiba-tiba saja ia tertarik untuk memikirkan apa yang terjadi pada Ola. Hingga gadis itu disarankan untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Sekuat hatinya untuk tak memikirkan, namun tetap saja sosok Ola mampu membuat pusat pikirannya berpikir keras.
Tiba-tiba saja, ia mengirimkan pesan pada sang adik. 'Iwik! Katakan pada teman kerja kamu itu. Daripada dia dibawa ke rumah sakit jiwa untuk di rawat. Lebih baik bawa ke tempat Mas Lingga. Siapa tau perlahan dia bisa menyembuhkan jiwanya yang terluka. Nanti Mas bantu carikan tempat untuk dia tinggal sementara..'
Tring!
Sebuah pesan masuk. Opi pun membukanya dan memperlihatkannya pada Ayu. Sedangkan Ola sendiri mulai tertidur karena obat penenang yang diberikan oleh dokter.
"Mas Lingga itu siapa, Opi?" tanya Ayu dan Opi pun menjelaskannya.
"Jadi begini, Mbak Ayu.. Mas Lingga itu bisa dibilang apa ya, therapist! Tapi caranya itu seperti ruqyah.. Jadi hanya melalui ayat-ayat suci Al-Qur'an beliau menenangkan pasiennya. Selain itu, nanti dengan metode hypnotherapy.. Jadi Mbak Ola akan menceritakan semua yang Mbak Ola alami dengan sendirinya. Penyebab trauma Mbak Ola.. Semuanya akan terkuak disana, Mbak Ayu.."
"Huft.. Penyebabnya sudah pasti, Opi. Karena kehilangan suaminya.. Itulah penyebab Mbak Ola seperti ini.." lirih Ayu membuat Opi terperanjat.
"Opo Mbak? Jadi Mbak Ola sudah menikah?" kaget Opi yang memang tidak mengetahui status Ola.
Sedikit demi sedikit, Ayu pun menceritakan semua hal yang di alami oleh Ola. Tanpa terasa air mata gadis muda itu menetes. Perih sekali rasanya, apalagi jika menjadi Ola yang mengalami hal itu.
"Ya Allah.. Mbak Ola itu kuat sekali.." lirih Opi.
"Dia ndak sekuat itu, Opi! Dia hanya berusaha memendam semuanya sendiri. Menyembuhkan lukanya sendiri. Padahal dari dalam, dirinya sudah hancur..' lirih Ayu.
Dokter yang menangani Ola pun menghampiri. "Mbak Ayu.. Bagaimana jika saya sarankan kalian untuk ke Kota Semarang. Disana ada semacam Klinik Kejiwaan bernama 'Oemah Sehat Jiwa'. Dia teman baik saya, semoga dia bisa membantu memulihkan kondisi kejiwaan Mbak Ola yang terguncang. Hingga nantinya dia bisa menjalani setiap harinya dengan tenang."
"Baik dok! Insya Allah saya akan melakukan segala hal yang terbaik untuk Mbak Ola!" ucap Ayu sambil terisak.
"Hubungi keluarganya, Mbak Ayu.. Dia membutuhkan dukungan dari keluarganya. Apalagi dekapan hangat seorang Ibu.."
"Baik dok!"
Mendengar ucapan Ayu dan dokter itu, Opi pun meminta sang Kakak untuk membantu mencarikan tempat tinggal sementara untuk mereka. Karena Klinik yang disebutkan oleh dokter itu adalah Klinik milik Mas Lingga. Kerabat Opi dan juga Farid dari sang Ayah.
"Mbak Ayu! Opi dah minta Mas Farid untuk carikan tempat tinggal sementara disana. Karena pasti pengobatannya akan lama. Dan nggak mungkin kita bolak balik, karena Mbak Ola pasti kelelahan!" ucap Opi membuat Ayu menoleh.
"Ini Klinik yang tadi Mas Farid maksud, Mbak!" Opi menjelaskan sebelum Ayu bertanya.
"Allah begitu baik.. Makasih ya Opi dah bantu kami!" lirih Ayu.
* * *
Farid membaca pesan masuk dari sang adik, lalu menghubungi Kakak sepupunya agar minta dicarikan tempat untuk tinggal Ola sementara. Karena nanti Ola tidak boleh didampingi oleh siapapun. Hanya akan didampingi oleh para perawat di Klinik itu.
"Mas Lingga.. Besok bisa siapkan tempat untuk teman Iwik? Dia mengalami trauma, entah karena apa. Tapi kata Iwik, dokternya menyarankan untuk dibawa ke tempat sampean!" ucap Farid saat telepon nya di angkat oleh Lingga.
"Ckckckck! Salam dulu toh, Masbro! Ndak bisa basa basi amat!" omel Lingga.
"Bisa ndak?! Saya ndak biasa basa basi busuk karo sampean!" kesal Farid dan membuat Lingga terkekeh.
"Tunggu! Disini.. Sabrina Ola Daneen, usia 28 tahun! Mana ada dia teman Iwik! Adik koe itu baru umur 18 tahun Masbro! Mosok temenan bedanya 10 tahun! Hayohh jawab, siapa kamu itu?" tanya Lingga menelisik.
"Nantilah biar Iwik yang jelaskan! Lagian saya juga ndak kenal sama perempuan itu!" jawab Farid berkilah.
"Rid.. Rid.. Sampean itu ndak bisa bohong! Kalo ndak kenal, ngapain sampean sampek segitunya? Mana disini statusnya 'Cerai Mati', sampe kapan toh kamu itu selerane janda! Dari janda anak dua, sekarang janda mati! Ndak pengen apa cari perawan?" omel Lingga.
Deg!
Farid terdiam. Dia tak menyangka, jika Ola adalah janda yang ditinggal mati oleh suaminya. Tanpa basa basi, dia pun menutup telepon nya. Lalu menanyakan pada sang adik, kapan Ola akan dibawa ke tempat Lingga.
'Besok pagi jam 10' singkat dan jelas.
Entah kenapa, Farid semakin tertarik untuk mengetahui kehidupan Ola. Dan semua yang terjadi padanya, bagaikan magnet. Dia menyarankan untuk dibawa ke tempat Lingga, begitu pun dokter yang menangani gadis itu.
'Sabrina Ola Daneen.. Sebenarnya apa yang terjadi padamu?' batin Farid.
Magnet.. Sekali kata itu diungkapkan, bayangan kita langsung terbawa kepada sebuah benda yang dapat menarik benda-benda lainnya. Tentu saja bukan sembarangan benda yang dapat tertarik. Magnet memiliki dua kutub, bila kutub yang sama didekatkan, maka mereka akan saling menolak. Namun begitu kutub berbeda didekatkan, mereka akan tarik menarik.
Begitulah pemikiran Farid terhadap Ola. Dia merasa tertarik dengan kehidupan perempuan itu. Namun saat berdekatan, Farid menolak untuk perduli terhadap Ola. Dia tidak mau memikirkan perempuan lain selain Anindita. Namun kali ini berbeda, pikirannya mampu terbelah menjadi dua.
"Gila! Kenapa saya ini?!" gumam Farid, karena lelah memikirkan Ola.
"Siapa pula perempuan itu! Saya gak perlu sejauh itu mikirin dia!" gumam nya lagi.
Farid tidak menyadari, sejak tadi senior dan juniornya itu memperhatikannya. Karena saat ini yang tengah piket bukan hanya Farid seorang.
"Woi Rid! Kau ini kenapa bicara sendiri?" tegur Serma Erik, sang senior.
"Siap salah!" ucap Farid karena tersentak.
"Santailah santai.. Cerita, kau ini kenapa? Sejak tadi datang, kau sudah seperti orang linglung!"
Farid menghela nafasnya, dia pun mulai menceritakan apa yang dia pikirkan pada sang senior. Karena memang pada Serma Erik, Farid selalu menceritakan semua masalahnya.
"Saya rasa, kau ini jatuh cinta tanpa kau sadari.."
"Yang benar aja, Bang! Cinta saya hanya untuk Anin.. Abang tau itu lah!" sanggah Farid.
"Ya sudah terserah kau lah.. Mau percaya atau tidak! Tapi hati kau tidak bisa menolak, bahwa kepala kau ini terus memikirkan perempuan itu. Siapa tadi namanya?" tanya Erik dengan logat khas medannya.
"Sabrina Ola Daneen.." jawab Farid.
"Nah nah kan! Kau saja sampai hafal begitu namanya! Sudahlah mengaku sajalah.."
"Entahlah Bang! Sudah lupakan aja.. Abang mau saya buatkan kopi tak?" tanya Farid.
"Buatlah! Tambahkan sedikit krimer biar mantap!" titah Erik dan Farid pun menganggukkan kepalanya.
Selama membuat kopi, pikiran Farid kembali tertuju pada ucapan Erik yang mengatakan jika ia jatuh cinta terhadap Ola.
"Gak mungkin! Cintaku hanya untuk Anindita.. Dia yang membersamai usahaku dari nol.. Sampai konveksi itu besar seperti sekarang ini. Dia yang selalu ada disaat aku butuhkan dia.." gumam Farid.
Dia pun kembali dan membawakan dua cangkir kopi, Erik pun tengah mendapatkan panggilan dari sang Komandan.
"Siap laksanakan, Dan! Nanti akan saya sampaikan pada Sertu Farid!" itulah kata penutup yang Farid dengar.
Usai menutup telepon, Erik pun menghampiri Farid.
"Besok kau dan saya ditugaskan Komandan untuk mengantar putra kesayangannya itu ke Semarang! Kau akan mendampinginya untuk berkonsultasi dengan dokter di 'Oemah Sehat Jiwa'. Karena kata Komandan, anak itu tenang saat kau dampingi!" ucap Erik.
"Siap Bang!"
'Kenapa harus disaat yang bersamaan?' batin Farid.
"Hei bocah tua! Kau mau buat saya mati kah? Ini garam yang kau masukan, bukan gula! Gila kali kau ini.. Otak kau ini dimana?" kesal Erik. "Sikap salah 30 menit!"
"Siap laksanakan!"
Farid pun segera mengambil sikap salah. Sambil menggerutu pada dirinya sendiri.
'Gila kau Farid! Bisa-bisanya kau salah masukan garam kedalam kopi! Semua ini gara-gara perempuan itu!'
Terdengar suara cekikikan dari para junior yang menemaninya piket saat itu. Farid pun mendengus kesal. Usai 30 menit, dia bangkit lalu minum segelas air putih.
"Hei kalian! Yang tadi menertawakan saya, push up 50x!" titahnya pada para juniornya itu.
"Siap laksanakan!" ucap tiga orang itu serempak.
Erik hanya terkekeh melihat tingkah Farid. "Makanya jangan terus kau pikirkan perempuan itu! Karena mereka bisa menjadi racun sekaligus obat! Itulah yang istri saya katakan!"
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Mika Saja
kak Rindu 👍
2023-04-05
0
Tha Ardiansyah
Ola anaknya komandan kah
2023-04-02
0