Menjadi seorang istri abdi Negara ternyata tak semudah yang Ola pikirkan. Ada banyak hal yang harus Ola pahami. Apa itu Persit dan berbagai pengetahuan didalamnya, mulai dari arti, jenis seragam serta hymne dan juga mars Persit. Walaupun lelah, namun Ola terus berusaha menguatkan hatinya sendiri.
"Sudah siap dan hafal semua kan?" tanya Farid pada Ola.
Hari ini mereka akan melaksanakan test kesehatan hingga menghadap pada sang Komandan untuk mendapatkan Surat Izin Menikah (SIN) bagi seorang prajurit. Setelah mendapatkan itu, mereka akan melakukan tradisi setelah pengajuan. Yaitu mereka harus membonceng calon Persitnya menggunakan becak atau ontel mengelilingi Batalyon.
"Insya Allah.." jawab Ola dengan singkat. Karena saat ini pikirannya tengah terpecah belah. Antara gugup dan ragu menjadi satu.
Farid menggenggam tangan Ola, "Bismillah.. Semoga lancar dan kita bisa menjalani hidup kita seperti biasa kembali."
"Aamiinnn.." Ola melepaskan genggaman Farid begitu saja.
Keduanya jalan beriringan, Ola masuk kedalam ruang pemeriksaan kesehatan bersama Farid. Sungguh Ola sangat gugup, apalagi ia adalah tipe manusia yang takut akan jarum suntik. Bahkan saat di Rumah Sakit pun, Ola pasti selalu meminta Ayu mendampinginya.
"Jangan takut, Neng! Mas akan temenin kamu!" ucap Farid saat melihat Ola ketakutan.
Deg!
Jantung Ola berdegup kencang saat Farid mengatakan hal itu, bahkan hingga darahnya selesai diambil, Ola tidak merasakan apapun.
"Gak kerasa kan?" tanya Farid membuat Ola tersentak dari lamunannya.
"Sudah?" Ola melongo. "Alhamdulillah!"
Dokter disana hanya terkekeh melihat keduanya. "Saya jadi ingat waktu pengajuan dengan suami saya dulu!" ucapnya terkekeh. "Akhirnya Sertu Farid bawa juga calon Persitnya kesini. Semoga pengajuannya dilancarkan oleh Allah.."
"Aamiin! Terimakasih dok!" hanya Farid yang menjawabnya, karena Ola kini lebih banyak merasakan kegugupan.
"Jangan gugup! Ingatlah perjuangan kalian agar bisa bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Ingatlah seberapa besar cinta yang ada dalam hati kalian!" ucap sang dokter sambil mengelus lengan Ola.
"Terimakasih sarannya dok!"
'Tapi bahkan kami tidak saling mencintai..' batin Ola.
Usai melakukan test kesehatan, Farid mengantarkan Ola untuk menghadap pada Ketua Persit Chandra Kirana. Disinilah Ola akan benar-benar diuji, apakah ia siap untuk menjadi pendamping Farid. Dari enam orang yang melakukan pengajuan, Ola adalah orang pertama yang ditunjuk untuk memperkenalkan diri.
"Bismillah.. Assalamu'alaikum, yang terhormat Ibu Ketua Persit Kartika Chandra Kirana, yang terhormat Ibu Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana. Ijin Ibu, saya akan memperkenalkan diri. Nama saya Sabrina Ola Daneen, berusia 28 tahun. Calon istri dari Sertu Farid Gibran Haidar, NRP 920644. Pendidikan terakhir, Sarjana Desain Produk. Agama Islam dan saya berasal dari Bogor. Untuk hobi, biasanya saya menggambar desain hingga menjahit desain saya sendiri. Sekian perkenalan dari saya, mohon dimaafkan apabila ada kata yang kurang berkenan."
Akhirnya Ola bisa melewati tahap perkenalan yang bisa membuat jantung Ola memompa lebih cepat. Selanjutnya Ola diwajibkan menyanyikan lagu Hymne Persit dan juga Mars Persit. Keenam calon Persit pun menyanyikannya secara bergantian. Kini mulailah kegugupan Ola berikutnya. Yaitu sesi pertanyaan seputar Persit Kartika Chandra Kirana.
"Berapakah warna lambang Persit, tolong jelaskan!"
Ola berpikir keras sebelum menjawabnya, "Ijin menjawab Ibu. Warna lambang Persit ada lima. Merah merupakan keberanian yang gagah perkasa. Putih melambangkan kesucian tanpa pamrih. Kuning adalah keluhuran yang bijaksana dan cendekia. Hitam merupakan kemantapan, keteguhan dan kekekalan. Dan hijau yang merupakan do'a, harapan dan kepercayaan."
"Sebutkan isi kesanggupan dari Persit atau Janji Persit!"
"Ijin Bu, ijin menjawab. Sanggup tinggal dan melahirkan di Asrama. Sanggup mengikuti kegiatan baik di ranting maupun cabang. Sanggup menjaga keamanan dan kerukunan bertetangga di halaman Asrama. Sanggup mentaati segala peraturan yang berlaku didalam Asrama. Mendahulukan kepentingan dinas, dibandingkan kepentingan rumah tangga pribadi. Siap menerima sangsi dari atasan terhadap pelanggaran yang dilakukan."
Ibu Komamdam tersenyum dan menatap Ola dengan senyuman manis. Selama ini diam-diam beliau membimbing Ola dalam menghapal semuanya.
"Sebutkan tugas pokok Persit Kartika Chandra Kirana!"
"Ijin menjawab Ibu, menghayati dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945. Membantu Kepala Staf TNI Angkatan Darat dalam pembinaan istri prajurit dan keluarganya khususnya di bidang mental, fisik, kesejahteraan dan moril sehingga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan tugas prajurit. Mendukung kebijaksanaan pemimpin TNI dengan membina dan mengarahkan perjuangan istri anggota TNI Angkatan Darat, menciptakan rasa persaudaraan dan kekeluargaan, rasa persatuan dan kesatuan serta kesadaran nasional."
Selesai. Ola akhirnya bisa bernafas dengan lega. Tanpa ia sadari, Farid sejak tadi menunggu dan mendengar jawaban yang Ola berikan dengan baik. Farid tersenyum sumringah saat Ola keluar dari ruangan tersebut.
"Sudah selesai?" tanya Farid lalu memberikan sebotol minuman.
Ola tidak langsung menjawab, dia meneguk minuman itu hingga tandas. "Hampir sama waktu menghadapi sidang skripsi!" jawab Ola dengan helaan nafas berat.
"Maaf ya! Insya Allah, kita segera melewati tahap akhir!"
"Hah? Masiih ada lagiiii?" Ola bertanya sambil tercengang. Ia pikir semuanya sudah selesai.
"Satu tahapan lagi! Menghadap Komandan, setelah itu selesai. Kemungkinan siang nanti kita bisa menghadap Komandan. Kamu mau lihat rumah dinas kita dulu?"
"Rumah dinas? Bukannya kamu sudah tempati?" Ola menoleh pada Farid yang tengah sibuk dengan ponselnya.
Farid mendengkus kesal tiba-tiba, "Dirumah itu saya tinggal dengan kawan-kawan! Berbedalah dengan Rumah Dinas kita nantinya!" omel Farid.
"Saya kan gak tau! Jadi gak usah ngomel kaya gitu!" kesal Ola.
Laki-laki itu tersentak saat Ola bangkit dari duduknya dan meninggalkannya sendiri. Farid pun mengejar calon istrinya itu.
"Neng..! Tunggu sebentar!" langkah Ola terhenti, dia berusaha mengatur nafasnya agar tidak terbawa emosi. "Maaf! Mas dari tadi komunikasi sama Iwik, dia bilang ada masalah di konveksi!"
Pratiwi alias Opi? Rasanya tak mungkin! Itulah yang ada dalam hati Ola. Namun saat menoleh, dia mendapati senior calon suaminya itu.
'Oh rupanya karena ada manusia lain dia panggil aku seperti itu..' batin Ola.
"Gak apa, Mas! Aku harus terbiasa bukan? Maaf juga, saya cuman lelah!" ucap Ola yang membuat Farid tersenyum lega.
"Yasudah kita lihat Rumah dinas kita dulu, ya!" Ola pun hanya bisa menganggukkan kepalanya.
Rumah yang begitu sederhana, hanya ada dua kamar yang cukup kecil didalamnya. Benar-benar definisi rumah sederhana. Namun Ola bersyukur, rumah itu satu blok dengan Ineke dan Nengsih. Dua senior yang sudah ia kenal lebih dulu. Rumah bernuansa hijau army itu cukup untuk ditempati keduanya. Apalagi terdapat halaman kecil didepan rumahnya, hingga Ola bisa menanam tanaman disana.
"Gimana? Aman kan?" tanya Farid dan Ola hanya mengerenyitkan dahinya.
"Maksudnya?"
Farid menunjuk dua kamar yang bersisian, "Ada dua kamar disini. Kamu bisa pakai kamar depan, karena kamar itu lebih luas. Biar saya pakai kamar yang sebelahnya. Bagaimanapun, pernikahan ini gak seperti yang kita inginkan. Jadi wajar kan kalo kita gak harus sekamar, apalagi seranjang!"
Ada rasa nyeri dalam hati Ola, namun dia segera menepisnya. "Ya itu lebih baik!"
Sekitar pukul dua siang, mereka pun menghadap Komandan. Banyak sekali wejangan dan nasehat-nasehat tentang pernikahan bagi keduanya. Ola pun memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut sang Komandan. Bagaimana seorang istri dan seorang suami harus bersikap.
'Apakah semua itu akan berlaku dalam pernikahan kami nantinya?' batin Ola.
'Rasanya aku merasa sangat bersalah, karena menganggap pernikahan ini tak penting. Padahal ini yang harus kulaksanakan sekali seumur hidup!' batin Farid.
Surat Izin Menikah pun sudah mereka dapatkan. Selanjutnya Farid mengirimkan berkas-berkas itu pada keluarga Ola. Karena memang pernikahan keduanya akan dilaksanakan di Kota Bogor. Sedangkan di Pekalongan, akan diadakan acara ngunduh mantu. Begitulah kesepakatan kedua keluarganya.
"Sekarang kita naik ontel! Karena becak akan dipakai senior Mas!"
Ola pun duduk diboncengan sepeda ontel. Awalnya ia merasa takut, namun Farid refleks membawa tangannya dan ditaruhnya dipinggang Farid. Namun karena sangat takut, Ola akhirnya memeluk Farid hingga membuat para senior dan juniornya bersorak.
"Cieee yang mo kawin cieeee..."
Wajah Ola memerah karena malu, namun pada akhirnya ia menikmati setiap tradisi yang harus dilewatinya. Dan minggu depan, statusnya akan berubah menjadi seorang istri. Dengan panggilan, Nyonya Farid. Tak ada lagi namanya saat ia bergabung di asrama Batalyon.
'Yaa Allah.. Semoga Engkau meridhoi jalan kami.. Semoga Engkau teguhkan hati kami dalam mengarungi bahtera rumah tangga ini.. Semoga saya bisa melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang istri, walaupun tak ada cinta dalam rumah tangga kami..' batin Ola.
"Terimakasih ya, Neng! Sudah mau berjuang bersama Mas.. Semoga kelak, kamu bisa menemukan kebahagiaanmu yang sesungguhnya.."
* * * * *
Maaf, Rindu sedang banyak deadline pekerjaan!
Sehat-sehat selalu kalian para readers!
Semangat puasanya! ❤❤❤
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
YuWie
hedeww...masih ngaboti night buterfly wae rid rid
2023-06-20
0
Mika Saja
teh Rindu,,,,,,👍semoga nti Farid berubah pikiran dan berubah menjadi suami yg sesungguhnya,, dengan kelembutan Ola semua pasti indah tepat PD waktunya👍🥰🥰
2023-04-09
0