4. Oemah Sehat Jiwa

'Antara takdir dan do'a, yang mana yang lebih kuat? Siapa yang bisa menjawab? Karena kita yang duduk bersama-sama disini, banyak sekali yang menyalahkan takdir dan menyalahkan Allah atas do'a-do'a yang belum terkabul..'

Deg!

Airmata Ola tak dapat ditahan. Awal ia tiba di Oemah Jiwa Sehat, rupanya tengah ada acara kajian yang dilaksanakan oleh Lingga. Hingga Ola, Ayu dan juga Opi bisa mengikuti kajian itu. Beberapa orang yang disana, hanya menangis tersedu.

'Takdir dan do'a, sama kuatnya. Takdir adalah kehendak Allah, sedangkan do'a adalah kehendak kita sebagai manusia. Kadangkala.. Allah mengubah kehendaknya, hanya untuk mengabulkan kehendak kita..'

'Tanpa kalian sadari, do'a-do'a yang kalian panjatkan itu menggantung diatas langit. Percayalah.. Tidak ada satupun do'a-do'a kalian yang kembali dengan kosong.. Semua do'a kalian akan kembali saat pada waktunya.. Allah hanya sedang menguji, seberapa besar kalian percaya atas takdir uang sudah Allah tentukan.. Allah jauh lebih mengetahui apa yang terbaik bagi umat-Nya..'

'Jika kalian merasa kosong dan sendiri, percayalah bukan Allah yang menjauhi kalian.. Tapi tanpa kalian sadari, kalian pergi menjauh.. Bersujudlah kembali.. Memohonlah kembali.. Allah selalu ada disaat kalian butuh.. Kapanpun itu..'

'Ikhlaskan takdir yang sudah Allah berikan.. Yo aku ndak ikhlas mas! Tetep, ikhlaskan.. Gak kuat, Mas! Kuatkan..! Lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah, daripada kehilangan Allah karena sesuatu.. Lebih baik kehilangan seseorang karena Allah, daripada kehilangan Allah karena seseorang.. Disini.. Di Oemah Sehat Jiwa ini.. Kita sama-sama kembali mendekat pada Allah.. Menyembuhkan setiap luka yang tak terlihat..'

Usai berdo'a bersama-sama, Lingga pun menemui Ola yang memang sudah dijadwalkan akan bertemu dengannya. Perempuan manis berhijab hijau sage, siapapun yang melihatnya tak akan mengira jika Ola memiliki luka yang tak terlihat.

Mereka berbincang sebentar, karena tak lama dari selesainya kajian, putra Komandan Farid yang penuh dengan pengawalan pun tiba disana. Hingga Ola harus menunggu, karena Lingga harus menyambutnya.

"Opi! Jadi itu Mas Lingga saudara kamu itu?" bisik Ayu bertanya.

"Iyo Mbak! Kenapa? Ganteng yo!" jawab Opi berbisik dan Ayu pun spontan menganggukkan kepalanya.

"Ssttt.. Gak sopan bisik-bisik saat banyak orang!" tegur Ola membuat keduanya terdiam.

Farid pun masuk kedalam ruangan yang sama dengan Ola. Kali ini, dia akan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan Lingga mengenai anak Komandannya yang mengalami depresi setelah berkali-kali gagal untuk masuk Akademi Militer.

"Lho! Mas Farid disini juga toh!" kaget Opi lalu duduk lebih mendekat pada Ola.

"Kamu liat Kakak sendiri udah koyo liat genderuwo!" ejek Lingga membuat Farid mendelik kesal.

"Lebih tepatnya kuntilanak lambe turah!" Opi mengejek balik, lalu beraembunyi dibalik tubuh Ola.

"Dek.. Nggak boleh gitu loh sama Kakak kamu!" tegur Ola dengan lembut.

Farid tercengang. Lalu dia masuk kedalam ruang konsultasi bersama anak sang Komandan. Sedangkan Erik yang menemani, duduk bersama pengawal yang lain. Erik melirik kearah perempuan yang kini duduk bersama adik dari juniornya itu. Dia sendiri bahkan terpesona pada sosok Ola.

'Sepertinya mata si Farid itu butek! Perempuan bening begini dia tak suka.. Tapi perempuan yang jelas-jelas tak baik dia suka.. Sudah gila memang orang itu!' batin Erik yang tak berkedip saat melihat Ola.

"Ingat istri dirumah!" bisik Farid, karena dia tak suka Erik memandangi Ola seperti itu.

"Gila kau! Untung saja jantungku buatan Tuhan! Kalau buatan China sudah meledak ini!" kesal Erik.

"Siap salah!" ucap Farid sambil menahan tawa.

Saking terpesona, Erik tidak menyadari sudah berapa lama dia memandang Ola. Tak lama, nama Ola disebutkan. Perempuan itu pun masuk didampingi oleh Ayu. Usai Ola merasa nyaman, Ayu pun pergi meninggalkan Ola dalam ruangan itu.

"Masya Allah.. Cantiknya.. Siapa nama kamu?" tanya Arini, istri dari Lingga.

"Sabrina Ola Daneen, Mbak.. Tapi biasa dipanggil Ola aja.." jawab Ola masih dengan tangan gemetar.

"Tenang aja.. Rileks ya.. Kita sambil denger shalawatan ya! Biasanya Mas Lingga, kalo yang mau ngobrol sama kita itu perempuan, dia akan minta aku buat temenin dia.. Jadi kamu tenang aja ya!" ucap Arini, lalu dia mendekati Ola dan duduk disampingnya.

"Bismillah.. Kita ngobrol yaa, Ola.. Anggap aja, Mbak ini adalah Mbak kandung kamu.. Kamu bisa percaya sama Mbak.. Kita akan sembuh bersama-sama ya! Tak baik menyimpan luka itu sendirian.. Bagilah dengan kami.. Siapa tau, hatimu dan langkahmu semakin ringan untuk berjalan kembali menapaki kehidupan yang penuh liku ini.."

Lidah Ola terasa kelu, ia tak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Lingga kemudian membacakan ayat suci Al-Qur'an, Ola hanya menangis tersedu-sedu tanpa reaksi apapun. Tandanya tak ada hal-hal yang tak lazim, Ola hanya butuh untuk bangkit dari jurang luka yang membelenggunya.

"Kamu perempuan kuat.. Masya Allah.." ucap Lingga membuat Ola menoleh pada Arini dan memeluknya dengan erat.

"Aku nggak sekuat itu, Mbak, Mas.. Aku harus kehilangan orang yang aku cintai tepat dihari ketiga pernikahan kami. Aku kecewa, karena dia tak terbuka perihal sakitnya. Hubungan yang berjalan 2 tahun lamanya, tak berarti apa-apa. Dia pergi meninggalkanku, disaat harusnya kami mulai menapaki biduk rumah tangga ini.."

"Putus asa rasanya, mencoba berdamai dengan kehendak semesta. Terlalu sukar diterima, terlalu sakit untuk dirasa! Karena bagaimana mungkin, kepergian yang tiba-tiba bisa menyisakan perasaan yang baik-baik saja. Terlalu banyak kenangannya, terlalu singkat kebersamaannya.. Karena pada akhirnya hanya aku yang akan menanggung beban akbiat kepergiannya yang tanpa pamit.." isak Ola.

"Belum sembuh luka kehilangannya, keluargaku terus memintaku untuk menikah kembali. Padahal pusara suamiku belum kering! Tapi keluargaku terus menerus menuntutku untuk menjalin hubungan baru. Sampai akhirnya aku gak sanggup dan.. dan.." Ola tak bisa meneruskan kata-katanya.

Perempuan itu menangis dalam dekapan Arini, sedangkan Farid yang tak sengaja mendengar melalui sambungan telepon itu terkesiap. Sejak keluar dari ruangan Lingga, ponsel Farid tertinggal didalam. Hingga dia meminjam ponsel Opi untuk mencari keberadaan ponselnya. Namun saat teleponnya itu diangkat, dia terdiam dan mendengarkan semua kisah Ola. Dan Lingga pun tidak bermaksud untuk mengungkapkan masalah Ola, hanya saja ia merasa jika Farid tertarik pada Ola dan Lingga ingin Farid mengetahui kondisi perempuan itu.

"Bukan orang lain, Mbak.. Tapi hanya aku! Hanya aku yang tau seberapa besar usahaku untuk berlari ke tempat yang aku tuju. Hanya aku yang tahu persis bagaimana perasaanku dalam setiap langkah yang aku ambil. Dan hanya aku yang tau bagaimana kerasnya aku sama diri aku sendiri, Mbak.."

"Ketika orang lain mengkritik dan menghujatku, aku jauh lebih mengkritik dan menghujat diriku sendiri. Semua yang terjadi, semuanya salahku.. Ketidakmampuanku dan kebodohanku! Setelah kepergiannya, pemikiran ini yang telah meracuni diriku selama ini. Memberi penderitaan yang tidak pernah ingin aku akui.."

"Dan ketika aku tau bahwa dunia lebih jahat pada diriku.. Aku kehilangan semua udara dalam setiap tarikan nafasku, Mbak.. Sesak dan gelap rasanya! Tanganku yang pandai berayun, mencari pegangan. Tapi apa yang bisa diharapkan?"

"Tidak ada uluran tangan lain. Aku hanya menemukan diriku sendiri dan keyakinan hatiku sendiri. Maka dari itu aku pergi dari rumah. Apalah artinya rumah, jika tak bisa menaungi dan melindungiku.. Hingga akhirnya aku menciptakan rumah sendiri, yang aku kira aku mampu membangunnya sendiri.. Tapi nyatanya.. Aku.. Aku.."

"Aku hanya terus meminta pada Allah, agar semakin meluaskan rasa sabarku dan meredam semua sakit ini.. Aku terus meminta agar bahuku semakin dikuatkan.. Dan aku meminta agar Allah menyembuhkan semua luka ini, dengan do'a yang setiap hari aku panjatkan.."

Tangisan Ola terus menerus, namun setelah mengatakan itu Ola merasa hatinya begitu lega. Dia hanya memeluk Arini dengan kuat, seolah meminta kekuatan.

"Masya Allah.. Mbak sangat kagum sama kamu, Ola.. Perjuanganmu untuk bangkit tak akan pernah sia-sia. Tetaplah berpegang teguh pada Allah, ya! Insya Allah.. Kita sembuh bersama ya!" Arini membalas pelukan Ola sambil mengelus lembut kepala perempuan itu.

Tut!

Panggilan terputus, Lingga mematikan ponsel milik Farid. Dia pun bangkit dan duduk dihadapan Ola dan juga Arini.

"Ola.." panggil Lingga dan Ola pun menoleh.

"Percayalah.. Hal pertama yang harus Ola lakukan adalah minta maaf pada kedua orang tua yang telah Ola tinggalkan. Bagaimanapun orang tua kita bersikap, percayalah.. Mereka hanya ingin yang terbaik untuk anaknya.."

"Mulailah berdamai dengan masalalu.. Kehilangan suami, memanglah menyakitkan, Ola.. Karena kita pasti berkespektasi akan bisa mengarungi bahtera rumah tangga yang indah dengannya hingga akhir hayat. Tapi Ola, kehilangan kedua orang tua lebih menyakitkan.. Disaat kita tak bisa lagi memohon ridho mereka, lalu pada siapa kita akan meminta? Bukankah sebelum perempuan terikat pernikahan ia adalah tanggung jawab kedua orang tuanya? Jangan biarkan orang tuamu terus menerus berada dalam perasaan bersalah.."

"Tak ada satu pun orang tua yang ingin melihat anaknya menderita.. Sekarang, kita mulai kembali menyusun hidup yang menurut kamu sudah hancur ini. Kita bangun lagi tiangnya dengan keimanan.. Dan mulai pondasi, berdamai dengan masalalu.."

Ola pun menganggukkan kepalanya. Memang dia pun sudah sangat merindukan kedua orang tuanya. Namun rasa kecewa membuat Ola enggan untuk sekedar menghubungi kedua orang tuanya. Bahkan hingga satu tahun lamanya.

"Sudah ya nangisnya.. Simpan airmatamu untuk bersujud dihadapan Allah dan memohon ampunannya. Insya Allah setiap jalan yang kamu lewati akan terasa lebih mudah. Kini kamu adik Mbak, adik yang harus Mbak bersamai dan yang pasti kamu gak sendiri.." ucap Arini.

Usai sesi konsultasi, Lingga keluar terlebih dahulu. Dia menghampiri Farid yang tengah merenung di area taman Oemah Sehat Jiwa.

"Sudah adzan dzuhur! Ngapain sampean ngelamun disini!" ucap Lingga sambil menepuk pundak Farid hingga dia tersentak kaget.

"Ck! Ngapai kamu tadi angkat telpon itu?" kesal Farid menatap saudara sepupunya itu.

"Lha terus kenapa kamu ndak matikan teleponnya pas tau kalo Ola sedanh bercerita? Dengan kamu dengar sedikit suaranya, kamu pasti tau dimana posisi ponselmu! Lha ini? Kamu terus mendengar bahkan sampek dia selesai bercerita. Kamu tertarik sama dia yo, Rid?" tanya Lingga menatap sepupunya itu yanh terlihat salah tingkah.

"Ck! Dihatiku sudah ada Anin, dia nggak akan pernah tergantikan!"

Dia meninggalkan Lingga dan menuju mesjid. Dan saat itu dia berpapasan dengan Ola yang akan melaksanakan shalat dengan Arini. Farid bisa melihat mata sembab Ola, hatinya pun kembali terasa tak menentu.

"Nih ponselmu! Ndak tertarik tapi menatap sedalam itu? Kendalikan magnet yang ada dalam hatimu itu wahai anak muda!" ucap Lingga lalu masuk ke area berwudhu.

Di Klinik Oemah Sehat Jiwa ini, ada sekitar 25 pasien dengan gangguan jiwa. Ada beberapa pula yang disertai dengan gangguan sihir ilmu hitam. Namun Lingga terus menerus menyirami jiwa mereka dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an hingga semuanya mulai membaik.

Lingga mendirikan Oemah Sehat Jiwa ini bukan tanpa alasan. Dulu, dia pun sama seperti Ola. Depresi saat ditinggalkan oleh istri dan anak dalam kandungan istrinya. Padahal saat itu, Lingga tengah berkuliah dengan jurusan Ilmu psikologi. Dia sempat cuti beberapa lama, hingga akhirnya dia bertemu dengan Arini. Perempuan yang mampu mengembalikan hatinya yang telah patah.

Maka dari itu, Lingga mempercayai.. Setidaknya setelah kehilangan, luka itu akan pulih dengan kita berdamai dengan masa lalu dan kembali membuka hati. Saat pertama kali Farid menghubunginya dan berbicara mengenai Ola, Lingga sudah menduga jika sepupunya itu jatuh hati tanpa ia sadari.

Usai shalat, Ola pun menuju ruang makan bersama Arini. Disana sudah ada Ayu, Opi, juga Erik beserta anak Komandan dan para pengawalnya.

"Mbak Arini!" Opi memeluk Kakak sepupunya itu.

"Mbak.. Iwik boleh ikut tinggal bareng Mbak Ola kan disini? Sama Mbak Ayu juga," pinta Ola pada Arini.

Arini pun memeluk Opi dengan lembut, "Dek.. Dengerin Mbak, ya! Mbak Ola disini butuh ketenangan.. Insya Allah, Mbak Ola akan tinggal sama Mbak Arini disini.. Bukan diluar Klinik.. Mbak Ola nanti tidurnya di kamar Ringga.."

"Tapi Mbak.."

"Opi.. Mbak baik-baik aja kok! Insya Allah Mbak gak akan lama disini. Opi juga kan harus bantu Ayu buat buka toko. Nanti gimana nasib toko Mbak dan anak-anak di Panti?" ucap Ola dan akhirnya Opi pun menurut.

"Mbak.. Ayu sudah telepon Ibu dan Bapak. Mereka sedang dalam perjalanan. Setelah Ibu dan Bapak datang, Ayu sama Opi baru balik ke Pekalongan yo Mbak!" Ayu menatap Ola dengan perasaan takut.

Sedangkan Ola sendiri menatap Ayu dengan perasaan kecewa. "Mas yang suruh Ayu, Ola.. Ingat tadi apa yang Mas katakan, kan?" tanya Lingga dan Ola pun menganggukkan kepalanya.

"Kalian pulanglah.. Edwin akan baik-baik disini! Atau.. Pak Komandan menugaskan kalian berjaga disini?" tanya Lingga pada Farid.

"Kami akan berjaga disini!" jawab Erik dengan tegas, hingga Farid menatap keheranan.

"Bang! Apa betul seperti itu?" bisik Farid pada Erik.

"Tentu saja! Masa iya kita tinggalkan anak itu begitu saja! Bisa kena damprat nanti!" jawab Erik berbisik pula. Entah kenapa ada perasaan lega dalam hati Farid saat tau jika dia akan menetap disana.

Menjelang Maghrib, mereka bersiap untuk melaksanakan shalat Maghrib. Namun langkah mereka terhenti, saat melihat dua perempuan paruh baya dan dua laki-laki paruh baya disana.

"Olaa.."

"Anakku.."

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

teh Rindu,AQ trenyuh bgt SM ceritanya,kena bgt kehati,,,byk yg mengalami kisah sprti ini didunia nyata,,,jd terbawa suasana untung gak mewek x ini gak tau besok👍🥰🥰

2023-04-05

0

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

Hmmm... malu-malu meong, di embat orang baru nyaho

2023-04-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!