7. Kesepakatan

Ola termejung sendiri. Menikah karena sebuah kesepakatan? Dunia semakin konyol sepertinya. Begitulah kira-kira isi kepala Ola.

"Ayolah! Hanya ini cara yang bisa menyelamatkan kamu dan juga saya. Kita hanya perlu menjalani rumah tangga saja, tak harus saling mencintai. Nanti kalau kamu sudah menemukan laki-laki terbaik untukmu, kamu bisa meminta saya untuk menceraikan kamu!" ucap Farid membuat Ola mendelik.

"Sesimple itukah pemikiran kamu tentang sebuah ikatan suci pernikahan?! Pernikahan bukan ajang permainan yang bisa kamu akhiri begitu saja! Jika sejak awal tidak ada tujuan untuk menikah, lalu untuk apa? Saya tidak butuh itu!"

Farid memijat pelipisnya yang semakin membuat kepalanya pening. Dia pikir, Ola akan mudah untuk diajak berdiskusi. Nyatanya tidak. Farid lupa, jika Ola kini tengah menata hidupnya kembali. Ada rasa tak tega, saat Ola menahan laju airmata yang menetes dipipinya.

Laki-laki itu mendekati Ola, "Saya bingung, Ola! Entah kenapa saya tiba-tiba bicara seperti itu semalam. Itu spontanitas saya! Saya kita masalahnya tidak akan serumit ini. Tapi saya tidak bisa menjalani rumah tangga sepenuhnya dengan kamu. Ada Anindita yang menemani saya sejak dulu. Saya bingung Ola.. Sungguh, saya bingung!"

"Katakan saja yang sebenarnya pada orangtuaku. Dan semuanya selesai! Cukup hidup saya saja yang hancur, saya tidak perlu menghancurkan hidup orang lain juga."

Ola pergi setelah mengatakan hal itu, namun Farid menahan lengannya. "Tetaplah menikah denganku, Ola! Kalau bukan demi orang tuamu, demi orang tuaku.."

Sungguh, Ola benci dirinya sendiri. Ola benci karena sulit untuk berkata tidak. Dia hanya bisa diam, entah apa yang harus dia katakan. Sementara dia pun tidak bisa menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal.

"Saya mohon, Ola! Kita pikirkan semuanya setelah pernikahan. Akan seperti apa kehidupan kita kedepannya. Tapi yang pasti, saya tidak bisa melepaskan Anindita!"

Ola terkekeh pada akhirnya, "Bahkan sebelum menikah, perselingkuhan itu sudah nyata adanya. Saya perempuan! Dan saya tidak mau dan tidak akan pernah menyakiti perempuan lainnya!"

"Arrgghhh..!" Farid mulai frustasi, sedangkan Ola sendiri pergi begitu saja.

Namun langkah Ola terhenti, saat mendengar ucapan orangtuanya.

"Saya sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti Ola. Sama sekali tidak! Andaikan Ola tau.. Saya melakukan itu, karena saya takut usia saya tak panjang. Saya hanya ingin melihat dia menikah dan bahagia. Setidaknya jika saya mati, ada yang akan melindungi dia nantinya. Saya hanya ingin menyaksikan putri saya menikah dan bahagia, itu saja.." ucap Bapak Ola sambil terisak.

"Setiap kemotherapy, hanya Ola yang dia harapkan untuk mendampingi. Tapi dia juga sadar, bahwa Ola pergi karena kehendaknya yang tak terpenuhi. Dan dia menyesal.." lirih Ibu Ola.

"Bapak.." lirih Ola. Dia pun berbalik, rupanya Farid sudah berada dibelakangnya.

"Baiklah! Kita buat kesepakatan. Saya akan menikah dengan kamu!"

"Alhamdulillah.." ujar Farid spontanitas. "Kita kedalam.. Bicarakan pada orang tua kita.."

Ola pun mengangguk. Binar bahagia dari kedua orang tua mereka jelas terlihat. Ola kemudian menghampiri sang Ayah dan bersujud dikakinya.

"Maafkan Ola, Pak.. Maafkan Ola sudah salah faham dengan Bapak. Maafkan Ola yang hanya memikirkan perasaan Ola sendiri. Ola minta maaf.." lirih Ola.

"Sudah.. Sudah Nak.. Nanti airmatamu habis. Cukup nangisnya ya! Malu sama calon suami sama calon mertuamu. Masa Ola anaknya Bapak Daneen cengeng! Ola ini anaknya kuat banget lho Pak.. Bu.." ucap Bapak Ola sambil menahan tangis.

Semua orang disana ikut larut dalam suasana haru. Farid pun mendekati sang Komandan dan mengatakan akan melaksanakan pengajuan pernikahan secepatnya.

"Bagus! Nanti saya akan minta istri saya untuk mendampingi calon istri kamu, supaya dia bisa mempelajari apa-apa saja yang harus dihapalkan dan harus dipersiapkan. Saya gak nyangka, akhirnya kamu bakalan menikah juga!" ucap sang Komandan membuat Lingga dan juga Arini saling menatap.

Sedangkan Opi bersorak senang disamping kedua orang tuanya. Bu Mutia dan Pak Haidar menatap Ola dengan penuh kasih sayang. Apalagi mereka sudah mendengat bagaimana kisah hidup Ola yang pilu. Bahkan mereka pun tidak mempermasalahkan statu Ola yang janda, karena status Ola sangatlah jelas. Janda cerai mati.

"Nduk.. Semoga kamu dan anak Ibu bisa mengarungi bahtera rumah tangga dengan baik. Semoga kamu bisa mendampingi suami kamu nantinya. Karena menjadi istri seorang prajurit itu bukan hal yang mudah, nduk.." ucap Bu Mutia.

"Insya Allah, Bu.." hanya itu jawaban yang bisa Ola berikan.

* * *

Lingga dan Arini menatap kedua manusia dihadapannya ini bagaikan singa yang akan menerkam mangsanya. Mereka tidak mengerti, apa yang ada dalam pikiran kedua anak manusia ini.

"Mbak nggak ngerti, Ola. Kenapa kamu setuju menikah sama Farid? Apa kamu sudah mengenal dia dengan baik? Apa kamu tau konsekuensinya bagaimana?" tanya Arini pada Ola.

Perempuan itu hanya menunduk, tidak berani menatap Arini. "Ola.. Apa kamu dipaksa sama laki-laki gila ini?" tanya Lingga membuat Farid sewot karena tak terima.

"Saya masih waras yo, Mas!" kesal Farid.

"Gunakan otakmu itu Rid, kalo memang kamu masih waras! Kalian pikir pernikahan itu permainan? Kalo kalian tidak berniat menikah karena Allah, maka kehidupan rumah tangga kalian sampai kapanpun tidak akan pernah baik-baik saja!"

"Ola dengarkan Mas Lingga ya! Menikahlah disaat waktu yang tepat dengan laki-laki yang ikhlas menerima segala kelebihan, terutama kekuranganmu. Karena gak semua orang bisa melakukan itu!"

"Menikahlah dengan laki-laki yang mampu membimbingmu. Menikahlah dengan laki-laki yang jujur dan yang paling penting, CUKUP DENGAN SATU WANITA!" tegas Lingga.

"Dan satu lagi. Menikahlah dengan laki-laki yang mampu menahan ucapannya saat dia marah. Disitu kamu akan melihat, apa dia sangat menyayangimu dan tidak ingin kehilanganmu karena sebuah perbedaan."

"Sementara Farid? Kamu bahkan hanya mengenal dia sebagai Kakak dari Pratiwi Opi Setiyaningrum! Lalu bagaimana kalian akan menjalani pernikahan yang sakral itu?" tanya Lingga membuat Ola terdiam.

"Mas! Saya akan berusaha untuk menjadi suami yang baik. Kami akan membangun rumah tangga kami sendiri.." ucap Farid.

"Berdasarkan apa? Allah? Cinta? Berdasarkan apa kalian akan menikah?" tanya Arini yang juga kesal dengan sikap Farid.

"Dengan tujuan yang sama, Mas! Kami memiliki tujuan yang sama untuk menikah.. Untuk mengabulkan harapan kedua orang tua kami!"

Hening..

Lingga dan Arini tak bisa berkata-kata lagi. Mereka hanya tidak ingin kedua insan manusia itu salah langkah. Arini sudah menganggap Ola sebagai adiknya sendiri, karena sejak awal pertemuan itu Arini sudah merasa dekat dengan Ola. Hal yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

"Baiklah jika kalian sudah bulat dalam mengambil keputusan. Ola.. Mbak hanya mau bilang, saat kamu butuh.. Mbak dan Mas Lingga akan selalu ada buat kamu. Sekarang kita sembuhkan dulu batin kamu, sebelum kamu melaksanakan pengajuan pernikahan sama Farid. Kamu ngerti maksud Mbak kan?" tanya Arini.

"Ola ngerti, Mbak.. Terimakasih dan maaf, kalo Ola akhirnya merepotkan Mbak dan Mas Lingga. Ola merasa memiliki satu harapan lagi, Ola memiliki satu keluarga baru. Allah Maha Baik sama Ola.. Bantu Ola ya Mbak.."

Farid menatap Ola tertegun, entah terbuat dari apa hati perempuan disamapingnya ini. Hatinya terasa menghangat saat mendengar ucapan-ucapan yang keluar dai mulut Ola. Terdengar tulus tanpa tujuan apapun.

Ponsel Farid berdering. Panggilan video dari Anindita. Dia lantas bergegas keluar tanpa pamit. Karena jika tak diangkat, bisa dipastikan Anindita akan mengganggu hingga hari-hari berikutnya.

"Apakah kamu siap, jika Farid akan seperti ini setiap hari? Bahkan setelah pernikahan kalian?" tanya Lingga menatap Ola yang tersenyum.

"Insya Allah, Mas.. Ola hanya perlu menjalankan kewajiban Ola sebagai seorang istri, mengingatkan suami. Tapi jika suami tetap seperti itu, bukan urusan Ola lagi Mas. Itu urusan dia dengan Allah. Tugas Ola hanyalah patuh terhadap suami, maka Ola akan masuk surga dari pintu mana saja bukan?" jawab Ola dengan penuh ketulusan.

"Tapi.. Kewajiban kamu bukan hanya itu, Ola. Melayani suami diatas ranjang, itu juga kewajiban. Bukankah kamu berdosa jika tidak melakukan kewajiban kamu sebagai seorang istri?"

Skakmat. Ola tidak mampu menjawabnya lagi. "Kenapa diam? Bingung kan?" ucap Lingga.

"Sudahlah Mas.. Setidaknya mereka satu pikiran, itu saja cukup. Nantinya mereka akan seperti magnet. Saat berdekatan akan saling menolak, tapi saat berjauhan mereka akan menarik satu sisi sama lain hingga menempel.." ucap Arini pada sang suami.

"Baiklah.. Semoga pernikahan kalian nantinya diberkahi dan di ridhoi oleh Allah.. Karena kalian berusaha untuk membahagiakan kedua orang tua kalian.."

"Aamiinnn.."

"Setiap kebahagiaan yang kamu berikan kepada orang kain akan kembali kepadamu bahkan lebih indah. Allah tidak akan menyegerakan sesuatu kecuali itu baik. Dan tidak pula melambat-lambatkan sesuatu kecuali itu yang terbaik. Semoga ini memang jalan Allah, jika kalian ditakdirkan untuk menjadi sepasang suami istri.."

* * *

Farid kembali setelah selesai melakukan panggilan video bersama kekasihnya, Anindita. Dia tidak menemukan Lingga dan juga Arini disana. Dia hanya melihat Ola yang tengah menatap foto laki-laki didalam ponselnya.

"Kemana Mas Lingga dan Mbak Arini?" tanya Farid lalu duduk disamping Ola yang menghadap kearah jendela. Perempuan itu tengah menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya.

"Menemui Ibu dan Ayahmu.." jawab Ola seadanya.

"Apa kamu baik-baik saja?"

Ola menoleh, "Insya Allah.. Buktinya aku sudah sampai sejauh ini."

"Terimakasih sudah mau menerima kesepakatan kita. Saya janji, nanti jika kita menikah. Saya tidak akan.." ucapan Farid terpotong.

"Jangan pernah ucapkan janji, sama satu hal yang belum tentu bisa kamu pegang omongannya!" tegas Ola.

Farid terdiam dan mengangguk. "Usai pengobatanmu selesai, akan saya jemput untuk bertemu Ibu Komandan. Beliau yang akan membantu kamu mempersiapkan hal-hal yang harus dilakukan saat pengajuan pernikahan."

Ola hanya menganggukkan kepalanya, tanpa mengatakan hal apapun. Hatinya terasa mati, hingga dia meyakini bahwa dia akan mampu melewati pernikahan tanpa dasar cinta ini.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

hati Ola bs seluas itu pdhl SDH tau calonnya sprti apa,,,to dengan ketulusannya pasti Farid lama luluh mlh gak mau ditinggal,,klo kt pak ustad orang baik pasti dipertemukan dengan orang baik jg bagaimana caranya,,, disini PD dasarnya Farid orang baik cm blm dibk kan hatinya mknya msh bimbang pdhl dihari SDH menerima getaran hangatnya hati Ola,,lanjut teh rindu

2023-04-05

0

Tha Ardiansyah

Tha Ardiansyah

Buat Farid bucin duluan thorr....biar nyaho

2023-04-04

0

Nofita Sari

Nofita Sari

putusin aj anindita jelas² anin berperilaku jelek sering mabuk sering ke club msak kyk gtu mw jdi istri prajurit yg ad malu²in atasn dn anak buah..klo.ola kn beda dia bner² baik kmu ketemu'ny jga baik² dia membantu opi kasih kerjaan lha kmu ketemu anin d club jdi jelas donk klo anin suka keluar masuk club..gk yw dh brapa laki² yg bersama anin klo ola kn jelas msih orisinil..

2023-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!