2. Luka yang tak terlihat

'Tuhan tidak akan mengambil sesuatu darimu, jika tidak menggantinya dengan hal yang jauh lebih baik. Semakin kita ikhlas, semakin kita menerima dan memaafkan orang-orang yang sudah mengecewakan, akan semakin banyak orang-orang baik yang berdatangan.'

'Kunci utamanya adalah terima rasa sakitnya, terima hal-hal yang sudah mengecewakanmu. Ikhlaskan.. Memang tidak mudah untuk menghadapinya, tapi belajarlah untuk menerima segala sesuatu yang terjadi. Tuhan akan berikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan.'

Kalimat-kalimat itu menjadi penguat hati Ola, kala kerinduan dan kekecewaan itu melebur jadi satu dalam dadanya. Abrisam Fahrezi adalah laki-laki pertama yang ia cintai. Bahkan mereka merajut kasih cukup lama, sekitar 2 tahun. Lalu Abrisam melamar Ola, pada akhirnya mereka menikah. Namun, kepedihan harus Ola dapatkan. Karena setelah akad nikah berlangsung, Abrisam dilarikan ke Rumah Sakit. Dan saat itu.. Ola baru mengetahui jika laki-laki yang paling ia cintai itu, menderita kanker darah stadium 4.

Pedih.. Ola hancur.. Rumah tangga yang ia impikan, lenyap begitu saja. Ditambah kekecewaannya pada Abrisam yang tak pernah jujur tentang kondisi kesehatannya. Menyesal karena ternyata, Ola tak mengenal Abrisam dengan baik.

"Istighfar ya, Mbak! Kuat.. Mbak Ola kuatt.."

Ayu tau, jika Ola tiba-tiba diam dan gemetar tandanya semua bayangan itu kembali menghampiri ingatannya. Masih sangat jelas dibenak Ayu, bagaimana mengenaskannya kondisi Ola saat itu.

"Kenapa Kak Abi harus ninggalin aku secepat itu, Ayu? Apa salahku, hingga Allah mengambilnya dariku? Aku rindu dia, Ayu.. Aku mau susul dia.." lirih Ola.

"Astagfirullah.. Astagfirullah.." Ayu terus beristighfar sambil memeluk Ola, hingga dia tenang dan mulai memejamkan matanya.

Terkadang itulah yang Ayu lakukan sebelum mereka tidur, karena Ola memang biasanya tidak pernah bisa memejamkan mata saat bayangan-bayangan itu hadir.

Menjadi janda dalam usia pernikahan 3 hari. Keluarga Ola menjadi bahan gunjingan para tetangga. Tak jarang, mereka menunjukkan rasa iba secara terang-terangan dihadapan Ola. Apalagi selama masa iddah, sudah banyak lamaran dari laki-laki disekitar Ola. Begitu pun keluarganya yang terus mendesak agar Ola mau menikah kembali.

Tapi Ola tidak bisa. Tidak mudah melupakan Abrisam, suaminya walaupun hanya 3 hari. Walaupun Ola belum pernah tersentuh. Tapi Ola tetaplah seorang janda, yang dimata masyarakat selalu dipandang sebelah mata. Ola depresi, tapi keluarganya tak ada yang memahaminya.

Hingga akhirnya, malam itu Ola nekat untuk mengakhiri hidupnya. Beruntungnya, sebelum Ola menggores pergelangan tangannya, Ayu datang dan menghentikan semua itu. Bahkan dia rela terluka karena merebut pisau digenggaman Ola. Sejak saat itu, Ayu meminta izin pada keluarga Ola untuk menjadi asistennya dan menemani Ola.

Namun karena terus dijodoh-jodohkan, Ola akhirnya memilih kabur. Dan Ayu mengetahui hal itu, hingga akhirnya dia membawa Ayu untuk tinggal di kampunh halamannya di Kota Pekalongan. Mereka hidup sederhana ditengah-tengah keluarga Ayu. Ola pun perlahan mampu mengendalikan dirinya kembali.

"Mbak.. Luka mu itu tak pernah terlihat, karena senyuman tulus yang selalu kamu tebarkan. Begitu juga kebaikan-kebaikan yang selalu kamu lakukan.. Ayu hanya bisa berdo'a, semoga Mbak Ola akan segera menemukan kebahagiaan.." lirih Ayu sambil mengusap kepala Ola yang sudah terlelap.

* * *

Adzan subuh berkumandang, Opi bergegas menuju kamar mandi dan melaksanakan shalat subuh. Dia sudah bertekad jika hari ini, dia akan kembali bekerja di toko baju milik Ola. Perihal Mas Farid, Opi akan pikirkan nanti. Yang penting dia meminta izin terlebih dahulu pada kedua orang tuanya.

"Kamu mau kemana, Wik?! Jangan bilang kamu mau kerja lagi!" tanya Farid dengan tegas.

"Emang Iwik mau kerja! Mas aja yang kontrol konveksi hari ini, biar ketemu sama bidadari beranak dua!" jawab Opi sambil menaikan nada suaranya, agar Ibu dan Bapaknya mendengar.

Benar saja, orang tua mereka pun datang keruang tengah lalu menatap keduanya bergantian.

"Masih pagi, Nduk.. Le.. Kalian ini ngeributin apa toh?" tanya sang Ibu dengan lembut.

"Ini Bu! Mas kan sudah berjuang untuk mendirikan konveksi ini, supaya Iwik bisa mengelola dengan baik! Ini dia malah kabur-kaburan dan kerja di toko kecil milik orang lain! Gimana Mas nggak marah toh, Bu!" Farid menjelaskan dengan penuh emosi.

"Mas Farid kan ndak tau! Kalo Iwik disana cuman jadi pengasuh anak-anak pacarnya Mas Farid! Iwik capek Bu, Pak! Iwik mending kerja aja di toko Mbak Ola.. Meskipun toko nya kecil, tapi pemilik toko nya berhati luas! Tutur katanya lembut, ndak macam Mbak Anin yang suaranya melebihi toa di pos ronda!" ucap Opi tak mau kalah.

Farid pun sangat kesal, karena Opi selalu menjelek-jelekan Anindita kekasihnya.

"Le.. Kamu masih pacaran sama dia?" tanya Pak Haidar, karena memang ia tak menyetujui hubungan putra satu-satunya itu dengan Anindita.

"Pak.. Anin baik! Dia yang bantu konveksi Mas, supaya bisa berjalan seperti sekarang ini. Selain itu, dia penyayang Pak! Mas yakin, dia bisa jadi menantu yang baik buat Ibu dan Bapak.." jawab Farid sambil menatap kedua orang tuanya yang terlihat kecewa.

"Sampai kapanpun, Bapak ndak akan pernah setuju! Sejak awal dia kemari, tak pernah ada sopan santun sama Bapak dan Ibumu. Setidaknya jika tak memakai hijab, pastikan dia memakai pakaian yang sopan! Jujur saja.. Bapak kecewa.. Pilihanmu salah, tapi masih kamu pertahankan.." lirih Pak Haidar.

"Bapakmu benar, Le.. Semua itu berkat usaha dan kerja kerasmu, bukan hanya tentang Anindita.." lirih Bu Mutia. "Tapi yo ndak apa-apa.. Itu pilihanmu, le.. Hanya saja, Ibu mengingatkan! Jika suatu saat kamu menemukan keburukannya, jangan pernah kamu adukan pada kami.."

Farid hanya menunduk. Sebenarnya sejak awal pertemuannya dengan Anindita pun, dia merasa jika kedua orang tuanya tak akan menerima. Bukan tanpa alasan, mereka bertemu di club malam. Saat itu Farid tengah mencari Abang senior nya yang tengah mabuk. Karena tak ingin mendapatkan masalah, Farid pun membawanya ke kosan temannya. Walaupun esok paginya mereka akan mendapatkan hukuman.

Anindita yang saat itu bekerja disana, membantu Farid. Mereka pun berkenalan dan mulai dekat. Farid mulai jatuh cinta pada Anindita, walaupun Anindita seorang janda. Namun begitu mengejutkan pula, saat dia mengetahui jika Anindita memiliki dua anak dari Ayah yang berbeda. Cinta memanglah buta dan tuli. Hingga Farid tidak pernah mau mendengar hal-hal buruk mengenai kekasihnya itu.

"Pak, Bu! Jadi Iwik boleh kan kerja di toko Mbak Ola?" tanya Opi membuat Farid pun tersadar dari lamunannya.

"Boleh, nduk.. Lakukan apapun yang menurutmu baik. Ibu sama Bapak memberi izin. Tapi jangan lupa untuk pulang tepat waktu dan mengabari kalo telat. Karena Mas mu akan kembali ke barak kan? Jadi ndak ada yang bisa cari.. Bapak sama Ibu kan ndak bisa pakai motor.." Bu Mutia mengelus kepala putrinya dengan lembut.

"Tapi Bu.."

"Sudahlah Farid! Adikmu sudah besar.. Uruslah urusanmu.. Biarkan dia mengepakkan sayapnya tanpa harus kamu recoki! Yang penting dia bisa menjaga dirinya dengan baik!"

Final. Farid tak bisa berkutik jika Pak Haidar sudah berkata seperti itu.

* * *

Pukul 8 pagi, Opi sudah standby didepan toko 'Daneen Collection'. Tentunya ditemani oleh sang Kakak yang siang nanti akan kembali ke barak nya di Kota Purbalingga.

"Udah jam segini.. Kok Mbak Ola sama Mbak Ayu belum buka!" gumam Opi.

"Ck! Apa Mas bilang? Masa jam segini belum buka! Tuh kamu liat! Mereka udah dari jam 7 pagi buka toko!" omel Farid.

"Diem deh, Mas! Mulut kok nyinyir terus!" kesal Opi.

Tak lama kemudian munculah Jody, dia adalah kurir pengiriman barang-barang di toko milik Ola.

"Mbak mau belanja?" tanya Jody dan Opi pun refleks menganggukkan kepalanya.

"Maaf Mbak? Kalo hari Jum'at, toko ini tutup!" ucap Jody kembali, hal itu membuat Opi penasaran.

"Lho kenapa tutup, Mas?" tanya Opi.

"Soalnya pemilik toko ini, Mbak Ola namanya. Dia setiap hari jum'at pasti mengajar anak-anak di Panti Asuhan yang ada diujung jalan ini!" jawab Jody, lalu dia pun berpamitan karena memang hanya diminta Ola untuk membawa pakaian-pakaian yang akan dibagikan pada anak-anak Panti.

"Lha itu mau dikemanain, Mas?" Opi pun masih penasaran.

"Ini untuk dibagikan ke anak-anak Panti! Daripada tak laku dan mubadzir, Mbak Ola lebih banyak bagikan baju-bajunya!"

Hening.. Opi dan Farid sama-sama terdiam. Bahkan Farid semakin merasa bersalah pada ucapannya kemarin. Dia malu sendiri, toko kecil saja perempuan itu masih sempat berbagi. Tapi dia? Konveksi nya sudah lumayan besar, tapi ia lupa untuk berbagi.

Akhirnya Opi dan Farid membantu Jody membawa pakaian-pakaian itu. Karena motor Jody tak muat dan kebetulan Farid menggunakan mobil. Mereka pun mengikuti Jody, hingga akhirnya mereka tiba di Panti Asuhan Sayap Hati. Selain anak-anak yatim piatu, disana pun banyak anak-anak yang menderita kanker dan juga anak-anak berkebutuhan khusus.

Farid cukup tercengang, jiwanya sebagai seorang abdi negara mulai terusik. Ia pun membantu menurunkan baju-baju itu dan menyapa anak-anak yang sedang belajar mewarnai.

"Opi? Masya Allah.. Kok bisa disini sih?" sapa Ayu sambil memeluk Opi.

"Tadi Opi dateng mau kerja, Mbak! Ehhh ternyata libur.. Kata Mas nya tadi, kalo hari Jum'at Mbak Ola ngajar disini! Jadi Opi mending kesini deh.. Sekalian beradaptasi Mbak! Opi kan harus terbiasa dengan lingkungan kerja Opi nantinya.." jelas Opi dan Ayu hanya menganggukkan kepalanya.

"Oh ya, dimana Mbak Ola? Kok Opi ndak liat!"

Ayu mengelus pundak Opi, "Mbak Ola ada didalam, dia lagi bacain dongeng buat anak-anak yang mengidap kanker! Kamu mau liat?" tanya Ayu dan Opi pun menganggukkan kepalanya.

Hal itu tak luput dari pandangan Farid, dia pun mengikuti sang adik. Walaupun Opi sempat mendelik kesal karena terus diikuti oleh Farid.

Pemandangan yang cukup mengharukan. Ola membacakan dongeng pada anak-anak yang tak memiliki rambut. Anak-anak penderita kanker yang sedang berjuang dalam hidupnya. Farid terhenyak, rasanya ia menjadi manusia yang paling kufur nikmat.

"Aydin! Naakkk.. Jawab Bunda..! Aydiiinnn..!" panggil Ola panik.

Salah satu anak laki-laki yang tengah Ola bacakan dongeng, tiba-tiba saja tak sadarkan diri. Farid bisa melihat bagaimana kepanikan perempuan itu. Beberapa pengurus panti asuhan pun berdatangan. Mereka memeriksa kondisi anak laki-laki itu, namun sayang.. Dia meninggal dunia.

"Innalillahi wa inna illahi rojiun.."

Tangan Ola gemetar, bayangan itu kembali. Dimana dokter menyatakan jika Abrisam telah tiada. Pandangan Ola pun mulai menggelap dan Ola rubuh tak sadarkan diri.

"Astagfirullah, Mbak Ola!" pekik Ayu, dia langsung berlari dan menghampiri Ola.

"Mas tolongin dong! Kita bawa Mbak Ola ke rumah sakit!" pinta Opi dan Farid pun bergegas mendekati Ola. Dia membopong tubuh Ola untuk dibawa ke Rumah Sakit.

"Kak Abi.. Jangan tinggalin aku, Kak.. Aku ikut Kak Abi saja.. Dunia tak adil padaku, Kak.. Bawa aku pergi dari sini.." gumam Ola.

Halusinasi. Depresi. Luka tak terlihat. Itulah yang ada dalam pikiran Farid saat ini.

Farid menyetir dengan cepat, saat di IGD dia kembali membopong tubuh Ola. Dan saat itu pula, Anindita tengah berada disana. Dia tengah membawa salah satu temannya yang mabuk parah dan tak sadarkan diri.

"Silahkan daftar dulu di depan, Pak!" titah suster.

Ternyata Ayu sudah mendaftarkan Ola, karena bukan sekali dua kali Ola mengalami hal ini. Farid pun tak sengaja mendengarkan ucapan dokter itu pada Ayu.

"Mbak Ayu.. Sudah saya bilang, lebih baik Mbak Ola mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Setidaknya sampai bayangan dan bisikan itu hilang dari kepalanya. Meskipun saya yakin, Mbak Ola sama sekali tidak pernah meninggalkan ibadahnya. Tapi ini bukan perihal keimanan. Tapi kesehatan mentalnya.. Kita harus mengobati traumanya!"

Deg!

'Trauma? Ternyata benar.. Dia..'

"Mas Farid?"

Farid pun menoleh dan mendapati kekasihnya disana.

"Katanya Mas Farid mau balik ke barak? Ngapain disini?"

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

eman2 men farid...nek anin nya apik gak po2..lha, adike wae wis ngrasain nek anin nya sok nge boss

2023-05-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!