Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam, tapi suami Ola itu belum juga kembali. Bahkan Bu Mutia dan Pak Haidar pun turut menunggu kehadiran putra pertamanya itu.
"Ibu sama Bapak tidur aja! Biar Ola yang nunggu Mas Farid pulang," ucap Ola pada kedua mertuanya itu.
"Biar kami saja yang nunggu, Nak! Kamu tidurlah, istirahat.. Pasti kamu lelah!" Bu Mutia mengelus lengan sang menantu dengan lembut.
"Ola belum ngantuk, Bu! Ibu dan Bapak istirahat ya! Jangan sampai Ibu sama Bapak sakit," Ola terus membujuk kedua mertuanya.
"Yasudah! Kalo sampai jam 1 dia tidak pulang, tidurlah!" Pak Haidar mengelus kepala Ola dengan lembut.
Ola pun menganggukkan kepalanya, dia terus menghubungi Farid. Namun ponsel suaminya itu tidak aktif. Sedangkan Farid saat ini sedang berbaring bersama Anindita, dia harus menenangkan kekasihnya itu.
"Mirna.. Saya titip Anin! Besok pagi saya usahakan kembali kesini," ucap Farid pada Mirna.
"Jangan ingkar janji lo ya! Elo yang bikin sahabat gue kaya gini!" Farid hanya menganggukkan kepalanya dan menghela nafas berat.
Kali ini dia memikirkan bagaimana alasan pada kedua orang tuanya, sungguh Farid merasa sangat frustasi. Sesampainya dirumah, Farid dikejutkan dengan Ola yang tertidur di kursi.
"Neng.. Bangun! Kenapa tidur disini?" bisik Farid membangunkan istrinya itu.
Ola membuka matanya perlahan, "Kamu pulang juga! Ibu sama Bapak nungguina kamu dari tadi!"
"Maaf.. Saya.."
"Bersih-bersih terus tidur!" ucap Ola lalu meninggalkan Farid, dia mengambil air wudhu untuk segera melaksanakan shalat malam.
Farid sendiri bergegas mandi saat Ola selesai berwudhu, dia memasuki kamarnya dan melihat Ola tengah melaksanakan shalat. Ada rasa haru dalam hati Farid, namun ada rasa bimbang pula yang tak kunjung hilang.
Hingga Ola selesai shalat, Farid memilih berpura-pura memejamkan matanya. Ola pun menoleh kebelakang, dia bernafas lega saat melihat Farid tertidur. Ola menengadahkan tangannya, hingga tak terasa airmata meluncur begitu saja.
"Yaa Allah.. Aku sedang tidak baik-baik saja.. Aku lelah.. Tolong tenangkan pikiranku, tolong sembuhkan hatiku.. Hilangkan kekhawatiranku.."
"Yaa Allah.. Aku mohon, jangan sibukkan hatiku dengan apa yang telah membuatku gundah.. Jangan sibukkan hatiku untuk memikirkan mereka yang mengabaikanku.. Lindungi usiaku dari hal-hal yang membuang waktuku.. Jadikanlah aku perempuan yang sangat tangguh.. Dan jadikan aku, bahwa bersamamu aku tidak butuh bersandar dan berharap lagi kepada siapapun, kecuali Engkau.. Yaa Allah.. Hanya Engkau lah sebaik-baiknya tempat bersandar.."
Perih. Farid menahan tangis mendengarkan do'a yang Ola panjatkan. Dia merasa berdosa telah melukai hati wanita sebaik Ola. Tapi dia pun tidak bisa meninggalkan Anindita.
Ola melipat mukenanya, dia tidur menggunakan jilbabnya. Karena Ola tau, Farid tidak akan pernah melihatnya sebagai seorang istri. Dia berbaring disamping Farid. Saat mengetahui nafas Ola mulai teratur, Farid berbalik dan menatap wajah istrinya itu.
'Maafkan Mas, Ola.. Mas gak tau harus gimana sekarang..' batin Farid.
* * *
Adzan subuh berkumandang. Ola sudah bersiap dengan mukenanya, dia sudah membangunkan Farid berkali-kali. Namun suaminya itu tidak juga membuka mata. Hingga akhirnya Ola memutuskan untuk shalat sendirian. Usai shalat, Ola pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan bagi suami juga keluarganya.
"Nak.. Kok sudah di dapur? Istirahat saja, ya!" pinta Bu Mutia.
"Ola mau buatkan semuanya sarapan, Bu. Tapi Ola bingung mau masak apa hehehe.."
Bu Mutia terkekeh, dia mengajak sang menantu duduk di kursi makan. "Semalam suami kamu pulang jam berapa Nduk? Jangan bohong sama Ibu lho!"
"Mas Farid pulang jam setengah 2 malam, Bu. Maklum.. Teman-teman Mas Farid kan banyak yang nggak tau kalo kami menikah, Bu. Jadi semalam mereka berkumpul untuk merayakan, mungkin seperti pesta melepas masa bujang Bu!" jawab Ola sambil terkekeh.
Farid mendengar semuanya, sungguh Farid tidak menyangka jika Ola akan menutupi aibnya. Padahal Ola tau, semalam Farid menemui Anindita untuk menjelaskan pernikahan mereka.
"Rame banget sih menantu sama mertua!" goda Farid pada Ola dan Bu Mutia. "Pagi ini, Farid sama istri mau carikan sarapan diluar saja ya! Kasian istri Farid kalo harus masak, Bu!"
"Anak nakal!" Bu Mutia menjewer telinga putranya itu. "Sudah siap-siap sana! Jangan jauh-jauh, kalau ada Ibu titip bubur ayam saja!"
Farid menganggukkan kepalanya, sedangkan Ola segera masuk kedalam kamar untuk bersiap-siap. Sebelumnya, ia mampir lebih dulu ke kamar Opi. Karena disana Ayu dan Opi tidur bersama.
"Neng! Ayo kita jalan sekarang!" panggil Farid karena Ola tak kunjung keluar dari kamar sang adik.
Tanpa menjawab, Ola mendahului Farid berjalan menuju halaman. Dia duduk di mobil tanpa melirik kearah Farid sedikitpun. Ola hanya tak habis pikir, Farid sama sekali tidak menghargai kedua orang tuanya.
"Maafkan saya, Ola.. Saya gak bermaksud untuk.."
"Mas! Saya gak apa-apa kalo gak kamu hargai! Tapi ini Ibu dan Bapak, Mas! Sedikit saja kamu hargai mereka, kamu liat gak gimana tatapan mereka ke saya?! Mereka kecewa Mas!" kesal Ola.
"Saya minta maaf! Tapi pacar saya saat ini juga gak baik-baik saja! Saya harap kamu ngerti itu!" ucap Farid.
"Saya ngerti, Mas! Sangat ngerti! Apa kamu lupa satu permintaan saya? Jangan pernah merusak kehormatan saya sebagai istri kamu, Mas! Apalagi ini didepan orang tuamu! Kamu pergi begitu saja tanpa pamit, lalu pulang tengah malam! Miris sekali ya saya ini!"
"Ola..! Saya minta maaf..!"
Ola menunduk, sekuat hati dia menahan airmatanya, tetap saja tak bisa. "Saya bukan wanita yang kuat, Mas.. Saya gak ngerti, Mas.. Dari banyaknya wanita, kenapa yang kamu pilih untuk dihancurkan itu saya? Diantara ratusan bahkan ribuan wanita yang kamu temui, kenapa harus saya yang menjadi sasaran tembak mati kamu?" lirih Ola.
"Ola.."
"Kamu yang paling tau luka saya, Mas. Kamu juga tau gimana sakitnya usaha saya untuk bisa kembali sembuh. Kamu tau bahwa saya telah hancur oleh berbagai keadaan. Kamu tau saya sedang tidak aman, saya sedang tidak baik-baik saja! Lalu kenapa semakin kamu hancurkan, Mas?"
Bagai ditimpa ribuan tusuk belati, Farid merasa nyeri mendengar ucapan istrinya. Dia memang salah, tapi Farid pun belum bisa memahami keadaan yang saat ini dia jalani.
"Maafkan saya, Ola.. Tapi semalam saya benar-benar gak bisa meninggalkan Anindita. Dia penuh luka, dia melukai diri dia sendiri.. Dan saya gak bisa tinggalin dia.."
Ola menghapus airmatanya, "Gak apa, Mas! Saya tau itu. Cari sarapan sekarang, kasian Ibu sama Bapak kalo lama nunggu!"
Farid pun menuju tempat penjual bubur ayam, dia bisa melihat betapa telaten nya Ola saat mengurus keluarganya. Apalagi saat melihat sang Ibu begitu dekat dengan Ola. Selesai sarapan, Farid berpamitan pada kedua orang tuanya untuk mengantarkan Ola dan Ayu ke ruko. Namun setelah sampai, Farid meminta izin pada Ola untuk menemui Anindita.
"Kamu gak harus pamit sama saya, Mas. Urusan kamu, bukan urusan saya! Silahkan pergi dan kembali tepat waktu, saya gak mau dipertanyakan sama kedua orang tua kamu lagi!"
"Saya akan kembali untuk menjemput kamu sore nanti!"
Dia pun bergegas menuju mobil, saat mobilnya mulai melaju, Farid melihat mobil milik Virgo masuk ke halaman ruko milik istrinya itu. Dia hendak berbalik, namun panggilan dari Anindita mengurungkan niatnya.
'Jangan terima tamu tanpa izin suamimu!'
Pesan itu Farid kirimkan begitu saja, dan balasan pesan Ola membuatnya mati kutu.
'Jangan lupakan sebuah kesepakatan, tidak ada larangan apapun selama saya tetap menjaga harkat martabat saya sebagai istri Sertu Farid Gibran Haidar! Saya bukan perempuan semurah itu!'
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
YuWie
enak2 an men pak farid..situ bebas nyentuh anin tapi olla hy ramah sama temen saja gak boleh
2023-06-20
0
Mika Saja
ayo Ola tunjukan taringmu,buktikan klo km perempuan hebat,pertahankan apa yg SDH menjadi milikmu,Anin mah lewat hempaskan SJ dia🤭
2023-04-10
0
yanti
Thor klo bisa disegerakan lah Kisa cinta Faris sama Anin berakhir biar Ola bahagia Thor...
2023-04-10
0