13. Status Resmi

Nyonya Farid, panggilan baru yang membuat Ola masih merasa aneh. Usai pesta selesai, semua keluarga Ola kembali kerumah terkecuali kedua orang tuanya. Karena mereka masih harus menjamu keluarga Farid yang akan kembali esok pagi.

"Ola.. Suami kamu sudah dikasih makan, Nak?" tanya Mama Ola.

"Tadi pagi sudah, Ma. Kalo siang Ola gak tau! Soalnya tadi Mas Farid juga banyak ngobrol sama teman-temannya. Kayaknya sih udah!" jawab Ola dengan tidak pasti.

Mama Ola duduk disamping putrinya itu, dia mengelus kepala Ola dengan lembut. Hingga airmata menetes dipipinya.

"Nak.. Sekarang kamu sudah resmi menjadi istri Nak Farid. Mama tau.. Ini bukanlah pernikahan yang kalian inginkan bukan?" tanya Mama Ola hingga membuat Ola hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Mama tau, Nak! Hati seorang Ibu gak bisa dibohongi. Tapi Mama mau ucapkan terimakasih, karena untuk membahagiakan Bapak, kamu mau menikah dengan Nak Farid.." Ola memeluk sang Ibu dan menangis terisak.

"Nak.. Bangunkan cinta diatas pernikahan, bukan pernikahan diatas cinta. Menikah dengan yang dicintai itu harapan, tapi mencintai yang dinikahi itu kewajiban. Menikah itu bukan dengan orang yang kamu cintai, tapi mencintai yang kamu nikahi.."

"Mama tau, Nak.. Akan sulit bagi kamu menjalani pernikahan dengan Nak Farid. Tapi Mama selalu ingatkan, lakukanlah kewajibanmu sebagai seorang istri. Mau dianggap atau tidak, tetap laksanakan kewajibanmu. Selama ia tidak menodai harga dirimu sebagai seorang istri. Selama ia memenuhi kewajibannya sebagain seorang suami.."

"Karena saat ini, ridhomu berada pada suamimu.. Maka dari itu, buatlah dia mencintaimu. Karena cinta akan terbiasa dengan kebersamaan.. Anak Mama kuat, Mama percaya itu.. Meskipun Mama pun sakit, mendengar suamimu bicara mesra dengan perempuan lain.."

Ola menganggukkan kepalanya tanda mengerti, "Insya Allah, Ma.. Do'akan Ola selalu ya, Ma! Do'akan Ola kuat menjalani rumah tangga ini. Sekarang Ola mau Mama fokus sama kesembuhan Bapak ya! Jangan sampai pengorbanan Ola sia-sia. Ola mau Mama sama Bapak selalu mendampingi Ola.." lirih Ola.

Farid yang hendak kekamarnya menghentikan langkah saat mendengarp percakapan Ibu dan anak itu. Dia menunduk dan merasa malu pada dirinya sendiri. Seharusnya dia tidak terlibat terlalu jauh. Tapi... Nasi sudah jadi bubur. Semuanya sudah terlambat.

Sejak pagi tadi, Anindita terus menerus menghubunginya. Tapi Farid mengabaikannya, karena merasa tak enak. Dia takut keluarga Ola mendengar percakapannya. Namun sore tadi, Farid terpaksa mengangkat telpon Anindita dan berbohong lagi. Rupanya percakapan itu terdengar oleh Ibu mertuanya sendiri.

"Nak Farid? Kok nggak masuk?" tanya Bapak Ola.

"Sebentar lagi, Pak. Masih ada Ibu didalam, biar Ola menghabiskan waktunya bersama Ibu.." jawab Farid.

"Sinilah.. Kita minum kopi dulu!" Farid menganggukkan kepalanya, padahal dia sudah menghabiskan dua gelas kopi bersama rekan-rekannya.

"Bapak titip Ola ya, Nak! Tolong.. Bahagiakan dia.." lirih Bapak Ola.

Farid menatap laki-laki yang kini resmi menjadi mertuanya itu. "Insya Allah, Pak.. Mohon do'anya supaya saya bisa menjaga dan membahagiakan Neng Ola.."

"Terimakasih banyak! Bapak lega.. Andaipun Bapak harus berpulang, Bapak tidak khawatir lagi.."

Deg!

Tiba-tiba saja, Farid memeluk sang mertua. "Bapak harus sehat dan harus berumur panjang! Bapak harus menyaksikan sendiri Ola bahagia. Bapak harus melihat Ola menjadi Ibu yang baik bagi anak-anaknya kelak."

"Insya Allah, Nak.. Maka dari itu, jangan ditunda! Biar Bapak bisa menjadi Kakek secepatnya.."

Perasaan Farid tak karuan, dia hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mama Ola keluar dari kamar putrinya, dia pun mengajak sang suami untuk beristirahat.

Ola yang belum terbiasa dengan kehadiran Farid pun kikuk sendiri, saat Farid masuk kedalam kamarnya. Laki-laki itu duduk disofa dan menatap Ola yang tengah membersihkan riasan diwajahnya.

"Jangan pernah berharap apapun dari pernikahan ini, Ola. Kita tidak pernah bisa saling mencintai. Karena cinta saya hanya untuk Anindita!"

Ola hanya menjawabnya dengan sebuah senyuman tulus.

"Saya gak pernah mengharapkan apapun, Mas! Silahkan.. Hanya satu pintaku. Jaga kehormatanku yang berstatus sebagai istri yang sah dimata agama dan hukum! Karena aku adalah perempuan dengan status yang resmi!"

"Saya gak peduli apapun yang kamu lakukan diluar sana, Mas! Tapi saat berada didekatku, kamu harus bersikap layaknya seorang suami!" tegas Ola.

"Baik! Saya akan memberikan nafkah padamu setiap bulan, tapi untuk nafkah batin.." ucapan Farid terpotong oleh Ola.

"Saya paham dan saya mengerti!"

Farid tersentak, dia hanya bisa diam dan memikirkan kembali apa yang sudah dia katakan. Laki-laki itu memutuskan untuk tidur disofa. Sedangkan Ola berbaring diatas kasurnya. Tengah malam, terdengar suara ribut-ribut didepan kamar mereka. Begitupun suara diatas balkon kaca kamar mereka.

Farid yang biasa mendengar hal-hal kecil, langsung beranjak dan menarik selimut yang Ola gunakan. Dia masuk begitu saja membuat Ola berteriak kecil.

"Kamu ngapain, Mas?!" bentak Ola, karena dia tak nyaman dengan posisi itu.

"Push Up!" jawab Farid sambil menahan nafas dibalik selimut.

Belum Ola bicara, Farid kembali berbisik. "Semua teman-teman saya, juga keluarga kita sedang mengintip! Bisakan kita berakting?"

Akhirnya Ola diam, memang sedikit terdengar suara samar-samar orang berbisik. Bahkan saat Ola membuka selimut, dia bisa melihat bayangan diatas balkon kaca kamarnya.

"Katakan sesuatu!" titah Farid.

"Saya harus apa?" Ola kebingungan sendiri.

Hingga akhirnya Farid mencubit lengan Ola. "Aww! Sakit Mas! Pelan-pelan kenapa sihh!"

Sedangkan keluarga Ola dan Farid akhirnya merasa lega setelah mendengar suara teriakan Ola. Begitupun teman-teman Farid yang diminta Pak Haidar untuk mengintip anaknya itu.

"Sampe kapan kamu mau push up kaya gini?" bisik Ola membuat bulu kuduk Farid berdiri.

Bagaimana pun dia lelaki normal, apalagi saat ini Ola memakai pakaian tidur yang cukup pas di tubuhnya. Karena semua pakaian tidur Ola tertinggal dirumahnya.

"Sudah selesai!" Farid berguling ke sisi Ola dengan nafas terengah-engah.

"Hufth.." Ola pun menghela nafasnya. Hingga akhirnya keduanya dalam suasana canggung kembali.

"Tidurlah.. Biar saya kembali ke sofa!" ucap Farid namun dicegah Ola.

"Disini aja! Jangan sampe kamu kagetin saya kaya tadi Mas! Biar dihalangi bantal guling aja!" Ola mejajarkan bantal guling sebagai pembatas keduanya. Mereka pun terlelap akhirnya di ranjang yang sama.

* * *

Pagi hari, Ola sudah bangun. Tugas pertamanya sebagai seorang istri, membangunkan suaminya untuk melaksanakan shalat subuh berjama'ah.

"Bangun, Mas! Shalat subuh dulu! Saya tunggu!"

Farid membuka matanya perlahan, "Jam berapa ini? Lima menit lagi!"

"Gak ada ya, Mas! Shalat subuh dulu, terserah kalo kamu mau tidur lagi. Tapi sekarang bangun!" tegas Nabila.

Dengan berat, Farid pun berjalan menuju kamar mandi. Untuk pertama kali dalam hidupnya, dia menjadi imam yang dimakmumi oleh istrinya sendiri. Sekejap ada rasa hangat yang menjalar dalam hatinya. Namun saat mengingat Anindita, Farid melenyapkan semua rasa itu.

Ola mencium tangan Farid usai mereka shalat, Farid pun kembali keatas kasur dan memejamkan matanya. Sedangkan Ola membereskan pakaian mereka, karena pukul 10 pagi nanti mereka harus kembali ke Pekalongan.

"Mas ponsel kamu bunyi terus daritadi!" kesal Ola yang sulit membangunkan Farid.

"Biarin aja! Saya mau tidur sebentar lagi, Neng. Mumpung masih cuti!"

"Tapi itu dari pacar kamu, Mas!"

Mata Farid terbelalak seketika, rasa kantuknya menghilang. Dia segera mengambil ponselnya dan menuju balkon. Baru saja Farid mengangkat teleponnya, sudah terdengar suara isakan disana.

"Kamu tega sama aku, Mas Farid!! Jahat kamu Mas!! Harusnya aku yang mendapat status resmi sebagai istrimu!!"

"Sayang! Tenang ya, Mas bisa jelaskan!" ucap Farid dengan panik.

"Kamu jahat, Mas! Setidaknya, kamu bisa memilihku untuk menjadi istrimu! Kenapa kamu harus menikahi dia?! Siapa perempuan itu, Mas Farid?!! Tega kamu sama aku, Mas!!"

"Anin sayang.. Dengerin Mas!" pinta Farid.

"Aku gak mau denger apapun, Mas!! Aku mau jadi istri kamu yang resmi!! Bagaimana pun caranya, CERAIKAN DIA!!"

Tut! Panggilan itu berakhir. Farid menarik rambutnya frustasi. Serapat-rapatnya menyembunyikan bangkai, akan tercium juga. Anindita mengetahui pernikahan Farid dan Ola dari pegawai konveksi yang merupakan kerabat dekat Farid. Dia juga melihat postingan beberapa teman Farid yang sering datang ke area club malam tempatnya bekerja.

"Kita pulang ke Pekalongan sekarang!" titah Farid pada Ola, hal itu membuat Ola menggelengkan kepalanya.

"Mas, sarapan pagi dulu! Keluarga kita sudah menunggu!"

"Saya harus menyelesaikan masalah saya dengan Anin, Ola! Kamu harus mengerti itu!" ucap Farid frustasi.

"Kita pergi setelah sarapan! Jangan lupakan, Mas! AKU ISTRIMU DALAM STATUS RESMI, SAH DIMATA HUKUM DAN AGAMA!"

Brak!

Ola menutup pintu kamarnya dengan keras, hal itu membuat Farid semakin frustasi.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

mulai panas,,ayo Ola pertahankan apa yg harus dipertahankan,,,👍

2023-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!