"Ola.."
"Anakku.."
Mereka berhamburan memeluk Ola yang hanya diam mematung. Entahlah.. Kekecewaan dihati Ola, menutupi semua rasa rindunya pada kedua orang tuanya. Dia menoleh pada Arini yang menganggukkan kepalanya.
Ola menutup matanya, lalu menguatkan hatinya. "Mama sama Bapak apa kabar?" tanya Ola dengan lirih.
"Alhamdulillah, Nak.. Mama sehat, Bapak juga.. Kami rindu kamu, Nak.." lirih Mama Ola, dia memeluk erat putrinya itu.
Sedangkan sang Ayah hanya menatapnya dengan pilu. Buah hati yang dicintainya terluka, tapi dengan ego nya ia menambah luka itu.
"Maafin Bapak, Ola. Bapak berdosa terhadapmu.. Bapak tidak memikirkan perasaan kamu.."
Setelah mendengar itu, Ola barulah memeluk sang Ayah dan menangis tersedu dipelukannya. Selama ini Ola merasa sendiri, tak pernah sedikitpun ada yang memikirkannya.
"Ola.."
Panggilan itu membuat Ola menoleh, ada mantan Ibu dan Ayah mertuanya. Kedua orang tua Abrisam itu ikut karena mereka memiliki tujuan lain.
"Ayah.. Ibu.." panggil Ola dengan lirih. Dia pun memeluk kedua mantan mertuanya itu bergantian.
"Silahkan masuk dulu, Bapak, Ibu.. Tak enak jika kita bicara dipelataran mesjid begini.." ucap Lingga dan dianggukki mereka semua.
Akhirnya mereka berkumpul di lobby Klinik, tak jauh dari kediaman Lingga dan Arini. Hanya berbeda gedung. Farid, Opi dan Ayu memilih untuk diam di kediaman Lingga. Sedangkan Erik dan yang lain menjaga putra sang Komandan di ruang rawat inapnya.
"Setahun kamu gak pulang, Ola.. Kamu gak rindu Mama, Nak?" tanya Mama Ola berderai airmata.
Ola hanya diam saja, tatapannya kosong. Ola tidak tau, dia harus bahagia atau tidak. Karena sejak meninggalkan rumah, Ola lupa bagaimana rasa hangatnya dekapan seorang Ibu.
"Ola gak tau, Ma.. Ola cukup bahagia dengan hidup Ola sekarang. Karena Ola gak lagi jadi beban buat Mama sama Bapak. Ola gak jadi bahan gunjingan para tetangga dengan status Ola yang menjanda dalam waktu 3 hari.." ucap Ola sambil terkekeh.
Kedua pasang orang tua itu sedikit tercengang, bisa-bisanya Ola terkekeh menceritakan kehidupan pedihnya sendiri.
"Istighfar, Nak.. Bapak sama Mama sayang sama kamu. Kami hanya ingin melakukan yang terbaik buat kamu," lirih Bapak Ola.
"Tapi tidak dengan cara menjodohkan Ola kembali, Pak! Bahkan disaat kuburan suami Ola belum kering! Hati Ola sakit, Pak.. Tak bisakah ada yang mengerti kepedihan hati Ola?" tanya Ola dengan lantang.
"Selama ini Ola diam! Ola dilarang mengemukakan pendapat Ola, bahkan untum sekedar mengungkapkan isi hati Ola! Hanya karena Ola seorang janda!"
"Semua ini bukan keinginan Ola, Pak.. Semua ini bukan keinginan Ola, Ma.. Andaikan Kak Abi terbuka atas semua yang ia rasakan.. Ola tak akan sepedih ini! Ola menyalahkan diri Ola sendiri, karena gak peka dengan kondisi kesehatan Kak Abi! Ola menyalahkan diri Ola sendiri, adakah ada yang menyadari?" teriak Ola.
"Gak ada, Pak! Kalian semua sibuk menutup mulut tetangga dengan menjodoh-jodohkan Ola! Sakit sekali Pak.. Sakit! Ola bahkan gak mau ada didunia ini lagi.." lirih Ola.
Mama Ola memeluk putri bungsunya itu, dia merasa bersalah atas sikapnya selama ini terhadap Ola.
"Pernahkah Mama tau? Ola sangat merindukan pelukan menenangkan ini, Ma.. Tapi selama ini tidak Mama lakukan! Hanya ini yang Ola butuhkan untuk bertahan menghadapi dunia yang kejam ini.."
Hening.. Hanya suara isak tangis yang terdengar. Farid, Ayu dan Opi keluar saat mendengar suara Ola yang cukup tinggi.
"Ola.. Kami memikirkan kebahagiaan kamu, Ola.. Ibu dan Ayah juga sangat kehilangan Abi. Tapi kita gak bisa terus berlarut, Ola.." sang mantan Ibu mertua mengusap pelan bahu Ola yang berada dalam pelukan sang Ibu.
"Ola tau, Bu! Tapi andaikan Ayah berpulang lebih dulu, apakah Ibu akan mudah melupakan dan menggantinya dengan yang baru? Enggak, Bu.. Semua itu gak mudah.."
Semua orang terdiam membenarkan ucapan Ola. Mereka tertampar sendiri oleh kata-kata yang mereka berikan. Sedangkan Lingga dan Arini hanya menatap sendu pada Ola. Mereka tak menyangka jika orang tua Ola memiliki rasa ego yang tinggi.
"Pulanglah, Nak.. Bapak dan Mama kan membantu mengobati luka hatimu, Nak.." lirih Bapak Ola.
"Betul itu, Ola.. Kami akan membantu mengobati luka hatimu.." lirih Ayah Abrisam.
"Dengan cara apa kalian akan mengobati luka hati Ola yang kalian buat?" tanya Ola menatap sang Ayah dengan lantang.
"Nak.. Istri Abizar pergi begitu saja meninggalkan anak-anaknya.. Ibu mau kamu tetap jadi menantu Ibu.. Kamu mau kan, Nak?" tanya Ibu Abrisam tak sabar.
Deg!
Semua orang terkejut. Sedangkan Ola tertawa begitu saja, sungguh lucu dunia ini. Begitu pikir Ola. Bagaimana bisa dia menikahi Kakak Abrisam?
"Hahahahaha..! Lucuu..! Sangat lucu..!" Ola tertawa walaupun pada akhirnya menangis.
"Apakah harus dengan aku menikahi Kak Abizar?! Konyoooolll.. Konyol sekali kalian ini!"
"Ola..!" bentak Ayah Abizar.
"Kalian yang buatku hancur seperti ini, lalu kalian akan merenggut hidupku lagi?? Enggak! Aku bukanlah Ola yang dulu! Ola yang lugu dan bodoh!"
"Ayah dan Ibu bahkan dulu gak setuju dengan hubunganku dengan Kak Abi! Sekarang? Kalian tetap menginginkanku untuk jadi menantu kalian?"
"Jika hanya demi aset yang Kak Abi miliki, aku akan kembalikan semuanya pada Ayah dan Ibu.. Tapi tidak dengan mahar yang Kak Abi berikan.."
Lagi-lagi semua orang terdiam, namun kedua orang tua Abrisam mulai salah tingkah. Sungguh kedua orang tua Ola pun kecewa. Tadinya mereka merasa tenang, karena orang tua Abrisam masih peduli. Nyatanya.. Ada sesuatu hal lain yang mereka inginkan.
"Ola akan berikan sertifikat rumah juga semua uang yang ada di rekening Kak Abi yang tak pernah sedikitpun Ola sentuh!! Tapi setelah itu.. Tolong berhenti untuk mengurusi hidup Ola.. Karena hubungan Ola dan Kak Abi pun sudah berakhir ditangan Allah.." lirih Ola.
"Syukurlah kalo kamu sadar diri! Lagian untuk apa juga Abi memberikan semuanya pada kamu!" bentak Ibu Abrisam.
Pedih. Pada kenyataannya, mertua yang ia impikan tak sebaik yang Ola kira. Dan hari ini semuanya terbuka. Ola dan kedua orang tuanya bisa melihat sikap asli dari mantan besannya.
"Sampai kapanpun, kamu gak akan bisa mendapatkan pengganti anakku Abi! Karena kamu gak pantas untuk siapapun!"
Ingin rasanya Ola membalas, namun lidahnya terasa kelu. Ia hanya mampu berdzikir dan beristighfar dalam hatinya.
"Jangan pernah ucapkan kata tak pantas itu!"
Semua orang menoleh, entah kegilaan apa yang Farid lakukan. Tapi dia tidak bisa melihat penghinaan terhadap orang lain.
"Saya berhak mengatakannya! Karena memang perempuan ini tidak memiliki nilai! Dia ibarat lintah yang menempel pada putraku!" Ibu Abrisam semakin menjadi-jadi.
Plak!
Ibu Ola menampar Ibu Abrisam hingga terjungkal. "Jangan pernah menghina putriku!! Dia berharga! Dan dia akan menikah dengan laki-laki yang jauh lebih baik dari putramu yang penyakitan itu!!"
"Allah.. Cukup!! Jangan ungkit dia yang telah tiada.. Kalian keterlaluan!!" bentak Ola.
"Mana ada laki-laki yang akan menikahi orang gila seperti putrimu ini!!" ucap Ibu Abrisam sambil mendorong tubuh Ola yang lemah.
Ola limbung, untung saja ada Farid yang menangkapnya.
"Tidak ada yang berhak mengucapkan itu terhadap Ola!"
"Saya berhak mengatakan hal itu! Lagi pula kamu siapa? Berani-beraninya ikut campur" hardik Ibu Abrisam.
"Saya calon suaminya!"
Deg!
Semua orang menatap Farid tak percaya. Apalagi Opi yang langsung tersedak ludahnya sendiri. Bahkan Farid sendiri tidak menyadari apa yang sudah dia ucapkan.
"Saya Farid Gibran Haidar! Calon suami Sabrina Ola Daneen!"
* * * * *
Semoga suka dengan ceritanya...
Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰
Dukung Author terus ya!
Salam Rindu, Author ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Lilik Utami
terima kasih farid sdh menolong ola sampai harus mengaku menjadi calon suami ola.sabar ola
2023-04-08
0
Tha Ardiansyah
uuuhh....iya kah, jangan sampai setelah mantan mertuanya Ola pergi langsung menarik lagi ucapannya
2023-04-03
0
Kas Gpl
beuh dengan lantang menyatakan diri kalo calon suami. .....ehm oke sih farid. ....semoga kamu ga cuman main2 ya
2023-04-03
0