9. Calon Istri Farid

Waktu terus berlalu, tanpa terasa Ola menghabiskan waktu dua minggu disana. Hari ini, Farid akan menjemput Ola untuk membawanya menemui istri dari sang Komandan. Sesuai ucapan sang Komandan, bahwa Ola akan didampingi dan dibimbing untuk mempersiapkan diri sebagai istri seorang prajurit.

Seperti biasa, usai memasak sarapan pagi bersama Arini. Ola akan membantu Arini menyapa para pasien yang tengah melakukan therapy. Banyak hal yang Ola dapatkan di Klinik Oemah Sehat Jiwa ini. Selain memulihkan dirinya, Ola semakin banyak bersyukur atas apa yang telah Allah berikan untuknya.

"Mbak nggak nyangka, kita harus berpisah secepat ini!" lirih Arini, karena selama hampir dua minggu ini dia menghabiskan banyak waktu bersama Ola.

"Bukankah Mbak sendiri yang bilang, setiap pertemuan akan ada perpisahan," Ola terkekeh lalu merangku bahu Arini. "Jangan khawatir, Mbak. Adekmu ini berjanji, nanti pasti akan sering berkunjung kesini."

"Mbak pegang lho ya janjinya!" mereka menautkan jari kelingking bersamaan. "Jangan lupa! Izin pada Farid, karena sebentar lagi kamu akan berubah status menjadi seorang istri."

Ola menghela nafasnya, entah kenapa dia merasa takut mendengar kata itu. "Jujur, Ola masih takut Mbak. Ola takut tidak bisa menjadi istri yang baik. Apalagi pernikahan ini, bukan pernikahan yang benar-benar kami inginkan.."

"Sudah istikharah?" tanya Arini dan Ola menganggukkan kepalanya. "Lalu apa sudah dapat jawaban?"

Kali ini pikiran Ola kembali pada impiannya dua hari yang lalu, saat ia tak sengaja tertidur setelah melaksanakan shalat istikharah.

"Malam itu Ola ketiduran Mbak setelah shalat istikharah, terus Ola mimpi. Dalam mimpi itu Ola menggendong seorang bayi perempuan. Lalu kami dililit ular, tapi tak lama datanglah seekor burung elang raksasa. Akhirnya Ola dan bayi itu naik kepunggung elang itu, terbang tinggi dan melihat indahnya dunia."

"Hah? Mbak gak paham, Dek! Entah itu ada hubungannya atau tidak, Mbak hanya akan mendo'akan segala yang terbaik untuk kalian. Dan Mbak sangat berharap, bahwa rumah tangga yang kalian bangun akan bertujuan menggapai ridho Allah barsama-sama!" Arini memeluk Ola dengan erat.

Farid datang bersama Lingga, setelah mereka berkeliling hampir seluruh Klinik Oemah Sehat Jiwa mencari keberadaan dua wanita ini.

"Masya Allah. Mas cari kemana-mana, rupanya kalian berdiam diri disini!" tegur Mas Lingga membuat Arini terkekeh.

"Ngapain nyari, Mas? Pasti ada butuhnya kan? Laki-laki gitu sih! Nyari kalo ada butuhnya doang.." ledek Arini.

"Ola nggak ikutan ya Mbak, Mas!" ucap Ola sambil terkekeh.

"Ekhemmm..!" Farid berdehem karena merasa tak dianggap. "Sudah siap berangkat? Atauu...." ucapan Farid menggantung.

"Sarapan dulu aja, Mas! Biar nanti dijalan gak kelaperan," pinta Ola. Farid pun menganggukkan kepalanya dan mengikuti Ola dari belakang.

"Cieee udah panggil Mas aja nih!" goda Arini membuat Ola memutar bola matanya malas.

"Gak usah ngegodain Ola terus napa Mbakk.. Ntar Ola pergi, nangeeesss lagi!" Ola balik menggoda Arini dan hal itu tidak luput dari pandangan Farid.

Lingga menepuk pundak Farid yang malah menghentikan langkahnya. "Alhamdulillah dia sudah jauh jauh lebih baik! Yang harus kamu jaga adalah sikapmu. Jangan sampai memicu trauma dia kembali. Bersikaplah seolah kamu mencintai dia, maka kamu akan terbiasa menjalani rumah tangga bersamanya."

Hening.. Farid hanya bisa diam. Dia teringat kembali ucapan Anindita 3 hari yang lalu saat mengunjunginya di Purbalingga. Anindita mengatakan bahwa dia akan tetap menunggu hingga Farid melamarnya. Apalagi dua putranya sangat membutuhkan sosok Ayah.

"Tapi Anin..."

"Nanti Allah akan tunjukkan mana yang terbaik untukmu. Untuk sekarang fokuslah bertanggung jawab atas ucapanmu itu!" kesal Lingga.

Dengan telaten Ola menyiapkan sarapan untuk mereka semua. Bahkan Arini pun tidak Ola izinkan menyentuh piring usai mereka semua makan. Ola membersihkan semuanya sendiri dan Farid bisa melihat jika Ola merupakan perempuan yang terbiasa mengerjakan segala pekerjaan rumah. Tidak seperti kekasihnya. Farid mulai membandingkan dua perempuan yang kini akan mengisi hidupnya.

"Sudah pukul setengah 10, kita harus segera berangkat. Soalnya saya sudah janji dengan Ibu Komandan setelah shalat dzuhur!" ucap Farid pada Ola.

"Sebentar, Mas! Ola ambil tas sama koper dulu!" Ola pun segera pergi ke kamarnya ditemani oleh Arini.

Arini terus menggenggam lengan Ola hingga mengantarnya ke mobil. Airmata Arini terus mengalir, dia merasa berat jika harus berpisah dengan Ola sekarang.

'Sebegitu berartinya kamu bagi Mbak Arini, apa sebenarnya yang ada dalam dirimu? Hingga semua orang mudah menyayangimu, Sabrina Ola Daneen..' batin Farid.

"Mbakk.. Udah jangan nangis dong! Stok airmata Ola lagi sold out. Insya Allah, Ola pasti akan sering main kesini. Atau Mbak yang main ke Pekalongan! Ola janji, akan buatkan Mbak baju desain Ola sendiri!" ucap Ola sambil mengelus punggung Arini yang memeluknya.

"Pasti! Mbak akan tagih janji kamu ya. Hati-hati dijalan, semoga semua urusan kamu dilancarkan sama Allah.."

"Aamiinn, Mbak! Saling mendo'akan selalu ya!"

Farid tertegun melihat pemandangan didepan matanya itu. Lingga pun segera menyuruh Farid dan Ola untuk masuk kedalam mobil.

"Sudah cepat masuk! Mbak kalian gak akan melepas kalo kaya gini caranya!" Lingga memeluk sang istri yang masih berat melepaskan Ola. "Hati-hati dijalan! Jangan lupa kabarin Mas dan Mbak kalo sudah sampai!"

Ola duduk disamping kemudi, namun dia tak berani menoleh kearah Farid. Suasana mobil itu sangat hening dan canggung. Farid sendiri bingung harus bertanya apa, alhasil selama 2 jam perjalan mereka dilanda keheningan.

"Mau mampir shalat dzuhur dulu? Soalnya masih sekitar 1 jam untuk sampai ke Batalyon," tanya Farid yang akhirnya memecahkan keheningan.

"Boleh! Saya ikut kamu aja Mas!" jawab Ola.

Farid menghentikan mobilnya saat melihat mesjid. Mereka pun melaksanakan shalat dzuhur lalu melanjutkan perjalanan menuju Purbalingga. Sekitar pukul 1 siang, mereka pun sampai di Batalyon Infanteri tempat Farid mengabdikan dirinya. Seperti biasa, dilakukan pemeriksaan sebelum keduanya masuk.

"Wah, Neng Ola! Selamat datang ya!" sapa Erik yang tengah mengambil paket di area pos penjagaan.

"Terimakasih Bang Erik!" ucap Ola sambil menganggukkan kepalanya.

Semua yang tengah bertugas bertanya-tanya pada Erik. Karena mereka baru kali ini melihat Farid bersama perempuan selain Anindita.

"Bang! Siapa itu yang bersama Bang Farid?" tanya sang junior.

"Calon istrinya lah! Kau kira siapa lagi yang bisa dia bawa kemari selain calon pendamping hidupnya!" jawab Erik membuat mereka melongo.

"Haaaa? Calon istri Bang Farid?" ucap mereka serempak.

"Sudahlah! Seperti tidak pernah melihat wanita cantik saja kalian ini!" omel Erik.

"Dari night butterfly ke bidadari syurga! Masya Allah.. Beruntung kali Bang Farid itu!" ucap sang junior dan dibenarkan oleh yang lainnya.

Sementara itu dimobil Ola mulai merasakan kegugupan. Dia takut salah bicara bahkan salah dalam bersikap. Farid bisa melihat kegugupan Ola, karena dia terus memainkan jari telunjuknya.

"Jangan gugup! Ibu Komandan baik. Anggap saja kamu sedang bicara dengan Ibu saya, karena beliau memang tidak neko-neko. Jawab sesuai yang kamu mampu!"

Ola hanya menganggukkan kepalanya. Karena sedang ada kegiatan, maka dirumah sang Komandan tengah ramai oleh Ibu-ibu Persit. Hingga membuat Ola semakin gugup.

"Tarik nafas, lalu buang. Tersenyumlah dan katakan kamu adalah calon istriku," bisik Farid.

Bukan tenang, Ola semakin gugup. Hingga sang Ibu Komandan sendiri yang menyambut keduanya.

"Lho Om Farid, kenapa gak dibawa masuk calonya? Kasian lho kepanasan!" ucap Ibu Komandan sambil terkekeh.

"Siap!" jawab Farid lalu menggenggam lengan Ola untuk dituntun.

"Mohon izin ya Ibu-ibu, saya pamit sebentar ke dalam. Mau ada bimbingan sebentar untuk calon anggota baru. Ini calon istri dari Sertu Farid, Insya Allah akan segera bergabung dengan kita," Ibu Komandan memperkenalkan Ola, sedangkan Ola hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Karena dia bingung untuk bersikap.

"Izin Ibu, silahkan!" jawab mereka serempak. Ola bisa mendengar beberapa dari mereka berbisik mengenai Ola.

'Masya Allah.. Akhirnya bujangan tua di Batalyon ini sold out juga ya!' candaan itu terdengar ditelinga Ola dan Farid. Hingga Ola menahan tawanya.

Mereka duduk di ruang tamu, sedangkan Ibu Komandan tengah masuk kedalam kamarnya untuk membawa buku catatan.

"Biasakan sebelum menjawab, awali dengan 'Mohon izin', " bisik Farid dan Ola mengangguk.

"Maaf ya menunggu lama! Betulan kata Bapak, ternyata calon istri Om Farid ini manis ya! Kayak gula jawa," canda Ibu Komandan. "Kita belum kenalan lho! Siapa nama kamu?"

"Mo-mohon izin Ibu, nama saya Sabrina Ola Daneen," jawab Ola sambil gugup.

Ibu Komandan terkekeh, "Jangan gugup sekarang, belum waktunya! Kita bicara santai saja ya. Tapi sebelumnya saya mau tanya kesiapan Dek Sabrina ini. Karena menjadi seorang istri Tentara itu nggak mudah. Apakah Dek Sabrina siap untuk ditinggalkan bertugas? Apakah siap hamil dan melahirkan tanpa didampingi oleh suami? Apakah siap jika nanti suami kembali hanya tinggal nama?"

Hening.. Ola menunduk, sepertinya dia tidak akan sanggup. Tapi Farid menggenggam tangannya dengan erat seolah memberikan Ola kekuatan dan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Mohon izin Bu, memang sepertinya akan sulit bagi saya yang awam tentang kehidupan seorang militer. Insya Allah saya akan berusaha untuk mendampingi Mas Farid, apapun kondisinya. Saya akan mempersiapkan diri saya untuk menjadi pendamping terbaik bagi Mas Farid," jawab Ola membuat Farid melongo.

Ibu Komandan tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Insya Allah ya! Kita sama-sama saling menguatkan dan saling menjaga. Karena itulah peran Persit. Tapi sebelum Dek Sabrina bergabung dengan kami, akan banyak tahapan kalian dalam pengajuan pernikahan. Apakah Om Farid sudah mengatakan apa saja yang harus disiapkan?" tanya Ibu Komandan.

"Mohon izin, belum Ibu.." jawab Ola.

"Dibuku catatan saya ini, ada beberapa hal yang harus kamu siapkan dan harus kamu pelajari. Menuju pengajuan, akan banyak rintangan yang harus kalian lewati bersama. Terutama dalam mental, kalian harus sering berkomunikasi dan bertukar pikiran agar bisa melewati semuanya bersama!" nasehat Ibu Komandan dan keduanya kompak menganggukkan kepalanya.

Setelah melakukan bimbingan pribadi itu, Ola dan Farid pun berpamita. Karena Farid harus mengantarkan Ola ke Pekalongan. Namun sebelum pergi, Farid mengajak Ola mampir ke rumah dinas milik Erik.

"Sayaang! Cepat kemari, dua sejoli ini mampir ke rumah kita!" teriak Erik pada sang istri dengan logat khas medannya.

"Jangan teriak-teriak begitu sayang, sa tidak budeg juga!" jawab Ineke, istri dari Erik.

"Astaga Tuhan, akhirnya Om Farid ini bawa spek bidadari begini kemari. Masuk-masuk Dek, anggap saja rumah sendiri!" antusias Ineke. "Ko punya nama siapa?"

Ola melirik Farid, karena dia tidak mengerti apa yang diucapkan Ineke. "Nama kamu siapa? Itu yang Kak Ineke tanyakan!"

"Oh mohon izin, maaf Kak! Nama saya Sabrina Ola Daneen. Tapi biasanya saya dipanggil Ola," jawab Ola tak enak hati.

"Tak apalah! Ko harus banyak belajar, supaya mengerti apa yang sa katakan ini. Karena kita akan segera bertetangga!" canda Ineke membuat Ola pun terkekeh.

"Mohon bimbingannya, Kak!" ucap Ola, akhirnya kedua perempuan itu mengobrol walaupun Ola lebih banyak diam.

Farid sendiri tengah kembali ke asramanya untuk mengambil beberapa keperluannya. Karena dia dan Ola harus melakukan foto dengan menggunakan seragam. Saat Ola tengah berbincang dengan Ineke datang seorang perempuan berlogat Sunda.

"Kak Ineke, punten saya boleh masuk?" tanyanya membuat Ola menoleh.

"Masuk saja! Sa ada tamu ini, biar kalian berkenalan juga lah!" ucap Ineke.

"Oh.. Halo.. Saya Nengsih, istri dari Serka Salman. Saya teh dari Bandung, kalo ini teh siapa?" tanya Nengsih.

"Halo Teh, saya Ola! Saya dari Bogor, saya calon istri Sertu Farid. Salam kenal ya Teh!" Ola menyapa uluran tangan Nengsih.

"Masya Allah.. Alhamdulillah akhirnya aya temen dari Sunda!" antusias Nengsih. Sedangkan Ola termenung dengan ucapannya sendiri.

'Calon istri Sertu Farid Gibran Haidar..' batin Ola.

* * * * *

Semoga suka dengan ceritanya...

Jangan lupa loh buat Like, Komen, Vote dan Favorite 🥰🙏🥰

Dukung Author terus ya!

Salam Rindu, Author ❤

Terpopuler

Comments

YuWie

YuWie

mohon izin pak farid..bener kata temen2 nya pak farid..dari night butterfly ke bidadari surga..uluhh2..jelas pilih bidadari kan kan

2023-06-20

0

aqilla

aqilla

lanjut thor 🙏🙏

2023-04-06

0

Mika Saja

Mika Saja

ayo Ola tunjukan taringmu SM Farid klo km LBH LBH baik dr anin

2023-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!