...Bab 02. The Hunter...
Sudah beberapa hari sejak gelombang bencana meski begitu, aku beruntung menemukan radio yang mengenakan baterai dan saat ini yang bisa aku lakukan hanya bisa berdiam diri di rumah.
Lalu, Aku yang sudah kehabisan air memutuskan untuk keluar dengan membawa dirigen air dan pergi ke pancuran air yang mana pancuran itu tidak jauh dari rumah ku.
Pada saat itu, kami kira hanya sampai serangan itu dan serangan kedua pun terjadi.
Sebuah gempa bumi yang cukup kencang tiba-tiba menerjang dan aku pun sontak mengambil dirigen lalu, mencari tempat aman akan tetapi, tidak lama kemudian terdengar suara gemuruh dari sisi sungai.
Mendengar itu, aku pun menduga sesuatu.
"Lari! Ada banjir bah!"
Memahami itu, aku dan beberapa warga sontak meninggal sungai yang mana sebuah banjir bah dengan arus yang sangat deras datang menerjang sungai dan aku pun bergegas pergi jauh meninggalkan sungai.
Sebuah sungai yang memiliki jarak 3 meter dari permukaan kini penuh bahkan membanjiri rumah disekitar sampai sedada orang dewasa.
Aku pun menyadari, guncangan gempa itu membuat sungai menjadi seperti ini tapi, di tepi Samudera ... Aku hanya bisa membayangkan nya.
Setiap kota pesisir.
Setiap Pulau.
Musnah.
Kota pun semakin sepi dan berantakan sehingga membuat banyak burung berimigrasi masuk ke kota ada ada lebih dari 300 milliar burung di dunia yang arti nya 75 burung untuk setiap orang nya.
Sehingga membuat Virus Flu burung menyebar begitu cepat dan pada serangan ketiga ini, The Another Moon memodifikasi virus itu menjadi virus mematikan yang di sebut Coronet.
Dari serangan ketiga itu banyak manusia yang meninggal dunia dan terinfeksi namun, bagi yang terinfeksi dikumpulkan di stadion, Wisma atlet lantaran rumah sakit yang sudah penuh.
Semua kejadian itu membuat seluruh pemimpin negara dan organisasi memanjatkan permintaan maaf kepada The Another Moon.
Dan, permintaan itu pun diterima yang mana The Another Moon memancarkan cahaya merah kearah monumen nasional sehingga membuat monumen itu yang memiliki patung mas lidah api emas diujung nya berubah menjadi kobaran api biru.
Tidak hanya itu saja beberapa bangunan pun ada yang disinari cahaya merah.
Mengetahui itu, seluruh presiden memberikan perintah untuk para peneliti yang ahli dalam bidang bersama pasukan khusus masuk kedalam monumen nasional yang sudah berubah itu dan sesaat keluar, mereka mengatakan akan ada nya monster-monster dan sebuah habitat didalam Goa.
Maka dari itu, dunia menyatakan bahwa serangan keempat ialah Gelombang Dungeon.
Istilah itu bukanlah sesuatu yang asing bagi para peminat novel ringan dan gamer maka banyak orang yang berbondong-bondong untuk masuk kedalam Dungeon.
Mereka percaya, jika masuk kedalam Dungeon diri nya akan dapat karunia sihir dan kemampuan yang luar biasa.
Atas pemikiran itu, pemerintah membuat organisasi khusus yang dinamai nya, Hunter.
Yang mana pekerjaan Hunter ini bertujuan untuk menaklukkan, meneliti dan mencari sesuatu yang ada didalam Dungeon tersebut.
Mereka juga percaya bahwa Dungeon itu adalah jembatan penghubung bumi dengan The Another Moon.
Mengetahui itu, aku pun memutuskan untuk menjadi Hunter dan membawa barang seperlunya pergi ke Monumen nasional dengan mengunakan sepeda.
Setibanya disana, aku pun sontak disambut kerumunan orang yang ingin mendaftarkan diri untuk menjadi Hunter.
Alasan mereka hanya satu yakni mencari uang yang mana hal itu sudah dijanjikan oleh pemerintah dunia akan membeli apapun yang ditemukan didalam Dungeon. Semakin langka barang itu akan semakin mahal juga yang akan dibayarkan.
Sampai-sampai aku harus mengantri berjam-jam untuk mendaftar diri dan sampai lah tiba saat ku.
"Selamat Siang, Apakah adik ingin mendaftarkan diri?"
"Iya."
"Bisa tunjukkan kartu identitas adik! Kartu pelajar juga tidak masalah."
"Baik."
Lalu, aku pun mengeluarkan kartu pelajar dan memberikan nya kepada resepsionis.
"Terimakasih. Sekarang, tolong taruh tangan adik diatas kristal ini!" seru resepsionis seraya menunjukkan kristal biru di samping nya.
Aku pun menaruh tangan itu dan sesaat kemudian, kristal itu menunjukkan sebuah angka 0.
Melihat itu, resepsionis menghela nafas panjang. "Maaf, adik. Kamu tidak memiliki energi sihir. Jadi, tidak diizinkan mendaftar menjadi Hunter," ucap resepsionis seraya mengembalikan kartu pelajar ku.
Mendengar pernyataan itu, aku pun hanya bisa mengelus-elus dada.
Pada akhirnya, aku bukanlah siapa-siapa meski di dunia kiamat ini.
Dengan berat hati, aku mengambil kartu pelajar ku dan melangkah keluar yang mana secara tidak sengaja aku bertemu dengan Jacob dan Fransiska.
"Sayang, lihat siapa itu?" ucap Fransiska.
Meski aku mendengar itu, aku berpura-pura tidak mendengar dan terus melangkah.
"Aish ... taunya si pecundang dan Lihat! Seperti dia gagal menjadi Hunter."
Ucapan Jacob itu bukanlah tanpa alasan, dia tahu bahwa aku tidak memegang kartu Hunter saat keluar dari barisan.
"Untung saja, saya tidak berteman dengan dia. Bisa-bisa saya tertular menjadi pecundang!" jawab sindir Fransiska.
"Hahaha ..."
Jacob dan Gang pun tertawa senang mendengar ucapan Fransiska.
Aku pun hanya menghela nafas panjang dan meninggalkan mereka.
Karena tidak ada yang bisa kulakukan. Maka, aku pun memutuskan untuk pulang akan tetapi sesaat masuk rumah tiba-tiba aku merasakan aura yang sangat mencekam tidak hanya itu, seluruh perabotan ku hilang dan lantai keramik pun berubah menjadi rumput liar.
"Apa yang terjadi disini?"
Sesaat kemudian, muncul layar udara yang didahului dengan suara pemberitahuan.
Ding!
[Pengumuman:
Dungeon Rank F telah terkonfirmasi.]
Dan, saat itu aku hanya bisa terdiam lantaran rumah ku telah berubah menjadi Dungeon tingkat F.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Aditya Jetli
Yang mana, yang mana dan yang mana ya? banyak betul lah
2024-04-16
0
Levin Ega
gambarnya mana asw
2024-01-04
0
Lynn
lha? kasihan gak ada rumah, jadi dungeon pulak udh gak diterima jadi hunter diejek,malangnya dirimu rizal
2023-05-25
1