Laila keluar dari rumah itu, sang asisten melihat Laila yang masih lemas sedang membawa koper besar.
"Mbak Laila! Mbak Laila mau kemana? Mbak Laila masih sakit!" seru Bibi yang sangat khawatir dengan keadaan majikannya itu.
"Laila pergi, Bi. Laila minta maaf kepada Bibi, jika selama ini sudah merepotkan Bibi, Laila sudah tidak kuat lagi tinggal di rumah ini," balas Laila.
"Kalau Mbak Laila pergi, saya juga ikut Mbak Laila saja, saya sebenarnya juga sudah nggak kuat tinggal bersama Pak Agung, mereka berdua jorok sekali, berhubungan badan di tempat-tempat terbuka, mereka nggak punya malu, saya yang risih dan malu sendiri. Lebih baik saya ikut Mbak Laila saja, saya tidak punya keluarga di kota ini, Mbak! Saya rela tidak digaji asalkan saya ikut bersama Mbak Laila, Bibi juga khawatir dengan keadaan Mbak Laila yang belum sehat betul, nanti terjadi apa-apa gimana?" ucap sang Bibi kepada Laila.
"Ya sudah kalau Bibi mau ikut, tapi saya sendiri belum tahu harus pergi ke mana, Bi!" ucap Laila.
"Mbak Laila tenang saja, Bibi punya kenalan di kota Surabaya, nanti kita bisa minta tolong kepadanya untuk mencarikan tempat tinggal," seru Bibi.
Akhirnya, Laila dan asisten rumah tangga Ratna, keluar dari rumah yang sekarang hanya dihuni oleh Ratna dan Agung.
"Loh loh Bibi mau kemana? Bawa-bawa tas segala?" tanya Ratna saat sang asisten rumah tangga membawa tas besar yang berisi pakaian.
"Maaf Bu Ratna! Saya juga pamit dari rumah ini, sebenarnya sudah lama saya ingin keluar dari sini, hanya saja saya masih kepikiran Mbak Laila. Karena sekarang Mbak Laila pergi, maka saya pun ikut pergi, semoga kalian berdua bisa bebas melakukannya dimana saja, di ruang tamu kek, di dapur, di gudang, di kolam renang, di genteng sekalipun, saya ndak akan ganggu dan saya ndak akan lihat. Biar mata saya terhindar dari sesuatu yang haram untuk dilihat. Maafkan saya, Bu Ratna, Pak Agung. Saya permisi, assalamualaikum!" ucapan terakhir Bibi sebelum ia dan Laila pergi dari rumah itu.
"Hiiii dasar kalian berdua tidak tahu diuntung! Terserah pergi sana! Emang aku pikirin!" sahut Ratna sembari menutup pintunya.
*
*
*
Hari itu juga, Laila yang ditemani Bibi pergi meninggalkan kota dimana Laila dilahirkan, kota kenangan dirinya bersama dengan keluarga besarnya. Laila tampak menyandarkan kepalanya pada jok bus, ia dan Bibi naik bus menuju kota Surabaya. Kota yang cukup jauh untuk menghindar dari Agung. Setidaknya Agung tidak akan bisa mencarinya lagi.
Laila pun memilih keluar dari perusahaannya sekarang, sebelum keberangkatannya ke Surabaya, ia terlebih dahulu datang ke kantor dan minta resign mendadak, ia berusaha memberikan penjelasan kepada HRD jika dirinya benar-benar harus keluar dari perusahaannya sekarang. Beruntung Laila segera mendapatkan persetujuan dari perusahaan tanpa proses rumit, sehingga dirinya bisa segera keluar dari pekerjaannya dan segera pergi menjauh dari Agung dan Ratna.
"Kasihan Mbak Laila! Masih muda tapi sudah dihadapkan dengan masalah sebesar ini, semoga di kota yang baru, Mbak Laila segera mendapatkan jodoh yang soleh dan menyayanginya, dia gadis yang baik dan solehah, Allah pasti mengganti penderitaan Mbak Laila dengan kebahagiaan," batin Bibi yang memperlihatkan Laila yang sedang tertidur, wajah polos Laila yang masih pucat, membuat Bibi merasa iba dengan Laila.
Akhirnya, setelah perjalanan beberapa jam, kini Bibi dan Laila tiba di kota Surabaya, kota yang masih asing bagi Laila.
Laila dan Bibi mendatangi teman Bibi yang tinggal di sebuah gang kecil di kota besar itu. Mereka berdua dipertemukan dengan juragan kost yang ada di tempat itu. Kini, Laila mendapatkan tempat tinggal baru, setidaknya dirinya bisa tidur dan beristirahat di sana.
"Alhamdulillah, akhirnya kita bisa mendapatkan tempat tinggal." Laila merasa senang dirinya bisa beristirahat setelah beberapa jam perjalanan dalam bus.
"Tapi Bibi minta maaf, Mbak Laila. Tempat ini tidak seperti di rumah Mbak Laila, di sini kotor, kita aja tidurnya di atas lantai, ngga ada dipan tempat tidur. Yang ada cuma kasur yang terhampar di atas lantai saja!" sahut Bibi.
"Ya nggak apa-apa lah, Bi! Biarpun tempat ini sederhana, paling enggak Laila bisa hidup tenang tinggal di sini, dan Laila akan mencari pekerjaan, besok Laila akan mencoba mencari pekerjaan di kota ini, do'akan ya, Bi! Semoga Laila bisa sukses di tempat ini." Ucap Laila yang berharap dirinya bisa membuka lembaran baru di kota yang belum pernah ia datangi itu.
"Tentu saja, Bibi selalu mendoakan Mbak Laila, dan Bibi berharap Mbak Laila juga segera mendapatkan jodoh di kota ini, biar Mbak Laila ada yang jaga dan melindungi," ucap Bibi yang membuat Laila tersenyum manis.
"Aamiin, semoga Allah mempermudah jodoh Laila. Laila tidak berharap yang muluk-muluk. Laila hanya butuh laki-laki yang beriman dan bertanggung jawab, yang mencintai Rabbnya. Jika dia mencintai Rabbnya pasti dia akan mencintai pasangannya dengan iklhas." Ungkap Laila. Untuk sejenak Laila berpikir jika laki-laki itu ada pada mantan kakak iparnya.
"Astaghfirullah aladzim! Bagaimana bisa aku terpikirkan tentang Mas Fajar? Bagaimana keadaannya sekarang? Pasti dia mencariku, aku sudah memblokir nomornya, maafkan aku, Mas! Apa mungkin aku buka saja blokiran itu? Dia pasti sudah melupakan aku, dan tentunya dia pasti sudah menghapus nomorku."
Laila akhirnya membuka blokiran nomor Fajar. Karena ia mengira pasti Fajar sudah melupakan dirinya.
*
*
*
Sementara di tempat lain, Sebuah perusahaan yang sekarang memiliki Direktur baru. Perkembangannya begitu pesat, kehadiran sang Direktur baru itu membawa pengaruh yang luar biasa bagi perusahaan itu sendiri, banyak investor asing yang ingin bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh seorang pemuda yang sukses membawa perusahaan itu berada di atas.
Fajar Arham Shayan, dialah Direktur di perusahaan itu, kepindahannya dari Jakarta, ia rupanya dipercaya menggantikan Mr. Ramlan selaku direktur sebelumnya. Karena kinerja Fajar patut diapresiasi.
Fajar kini memiliki asisten pribadi bernama Joko Purnomo. Asisten Joko selalu mendampingi Fajar kemana pun ia pergi. Joko Purnomo sendiri adalah teman Fajar saat mereka masih dalam satu perusahaan yang lama. Fajar mengangkat Joko untuk menjadi asisten pribadinya karena Fajar sangat tahu kemampuan temannya itu.
"Pak Fajar, sepertinya kita butuh sekretaris baru, sekretaris Farida dia resign Pak karena melahirkan, jadi kita butuh urgent," seru Joko.
"Apa kita sudah mendapatkannya?" tanya Fajar sembari duduk di kursi kebesarannya.
"Sepertinya belum, Pak! Kita belum mendapatkan kriteria yang cocok di bidang ini," balas Joko.
"Ya sudah, kamu cari terus kriteria yang cocok sebagai posisi sekretarisku. Aku ingin dia cepat tanggap dan gesit. Kamu tahu aku tidak suka wanita yang lemot," ucap Fajar sembari melihat ke layar ponsel, memeriksa pesan WhatsApp yang dikirim ke ponsel pribadinya.
"Baik, Pak!" jawab asisten Joko.
Seketika Fajar sangat terkejut saat melihat foto profil Laila yang sudah ada gambarnya, itu artinya Laila sudah membuka blokiran nomor Fajar.
"Laila!"
Fajar terlihat sumringah, ia menatap foto profil Laila yang saat itu Laila menggunakan foto terbarunya yang memperlihatkan wajahnya dari arah samping.
"Laila, akhirnya aku bisa melihat wajahmu lagi," ucap Fajar lirih.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Erina Munir
hahaaa...semoga berjodooh...
2024-03-17
0
guntur 1609
kwkkwwk namanya kok sama dengan nama adik ku thor. joko purnomo....wah thor ni sepertnya ada ngintip nama adik saya nih....😁 sory thot becanda
2023-06-25
1
CANTIKA
semangat Jar..tempat tinggal baru semangat baru cari istri baru😅
2023-04-16
1