Ratna segera membangunkan suaminya dengan emosi. Bagaimana bisa Fajar menyebut nama adiknya di dalam tidurnya.
"Mas, Mas Fajar! Bangun, Mas! Ngapain kamu nyebut-nyebut nama Laila? Kenapa, Mas?" Ratna tampak menggoyang-goyangkan tubuh Fajar, sehingga pria itu mulai terbangun dan sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ratna.
"Kamu ini apa-apaan sih! Bikin kaget aja!" Fajar terlihat marah saat istrinya membangunkan dirinya secara paksa. Kepalanya menjadi pusing seketika.
Ratna yang kepalang marah, ia pun meminta penjelasan kepada Fajar tentang dirinya yang menyebut nama sang adik dalam tidurnya.
"Sekarang jelaskan padaku, kenapa kamu memanggil-manggil nama Laila? Katakan, Mas! Apa jangan-jangan kalian berdua punya hubungan, iya!??" Ratna berkata dengan ekspresi marah dan melototkan matanya.
"Tutup mulutmu, Ratna! Aku ngga ngerti kamu ini ngomong apa? Untuk apa kamu bawa-bawa Laila. Dia tidak ada hubungannya dengan kita," balas Fajar yang mulai ikut marah dengan sikap sang istri.
"Mas! Aku dengar dengan kupingku sendiri, dan aku tidak tuli kamu menyebut nama Laila dalam tidurmu! Kalau tidak ada hubungan spesial, mana mungkin kamu sampai menyebut namanya!" sahut Ratna yang masih mendesak suaminya untuk berkata jujur.
Fajar tidak memperdulikan istrinya, ia beranjak dari tempat tidurnya dan pergi keluar kamar.
"Mas! Kamu mau kemana?" tanya Ratna sambil menghalangi suaminya yang beranjak pergi keluar.
"Aku mau tidur di luar! Aku malas berdebat sama kamu! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Laila. Terserah kamu menganggapnya seperti apa, minggir!" seru Fajar sambil menyingkirkan tubuh istrinya. Ia pun tetap memaksa keluar dari kamar dan memilih tidur di ruang tengah.
Ratna pun terlihat kesal kepada adik dan suaminya. Ia mulai curiga jika Laila sengaja mengambil perhatian Fajar karena adiknya iri melihat kebahagiaannya.
"Kurang ajar Laila, dia pasti sengaja ingin merebut Mas Fajar dariku, atau dia sengaja ingin memisahkan aku dan suamiku. Karena dia sudah tahu rahasiaku. Laila, kamu tidak akan kubiarkan hidup tenang, tidak ada yang bisa menghalangiku untuk mendapatkan apa yang kuinginkan, termasuk adikku sendiri!" bisik Ratna dalam hatinya.
*
*
*
Keesokan harinya, saat Laila keluar dari kamarnya. Ia terkejut saat melihat sang kakak ipar yang sedang tidur di atas sofa di ruang tengah.
"Mas Fajar! Ngapain dia tidur di sana?" batin Laila sembari menghampiri Fajar. Mengingat waktu subuh hampir habis. Laila membangunkan kakak iparnya itu untuk bangun.
"Mas! Mas Fajar, bangun Mas!" seru Laila sembari menarik ujung celana panjang Fajar.
Tak berselang lama, Fajar pun terbangun. Ia mengucek matanya dan melihat Laila yang tiba-tiba berada di depannya.
"Laila!"
"Mas Fajar ngapain tidur di sini?"
"Em ... iya di dalam gerah, makanya aku tidur di sini," jawab Fajar pura-pura. Laila mengernyitkan dahinya dan berkata, "Gerah? Bukannya di kamar Mas Fajar ada penyejuk ruangan, ya? Bagaimana bisa gerah?"
Fajar bingung, sambil garuk-garuk kepala ia pun menjawab, "Iya ... memang begitulah! Aku pun tidak tahu aku tidak bisa tidur di kamar, makanya aku keluar."
"Oh ... ya sudah! Sebaik Mas Fajar ambil air wudhu dan sholat subuh. Mumpung waktunya masih ada," ucap Laila yang seketika membuat Fajar tersenyum. "Iya, tentu saja. Terima kasih sudah mengingatkan."
"Iya sama-sama, sesama muslim kita wajib saling mengingatkan tentang sholat lima waktu, kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Laila. Fajar pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Setelah kepergian Laila, Fajar terlihat sumringah, ia pun segera pergi ke kamarnya untuk mengambil air wudhu dan shalat subuh. Untuk sejenak Fajar melihat istrinya yang masih tidur pulas. Ia pun membangunkan Ratna dan mengajaknya untuk sholat bersama.
"Ratna, bangun Ratna! Kita subuhan dulu, yuk!" ajak Fajar sambil duduk di samping istrinya.
Ratna mulai menggeliat dan Ia membuka kedua matanya. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sang suami yang duduk di sampingnya menunggu dirinya untuk bangun.
"Ada apa sih, Mas! Aku masih ngantuk banget nih!" balas Ratna.
"Mandi yuk! Kita subuhan dulu!"
"Emmm ... maaf Mas, sepertinya aku tidak bisa, aku lagi datang bulan." Lagi-lagi Ratna berbohong jika dirinya datang bulan.
Mendengar pengakuan dari sang istri, Fajar pun membulatkan matanya. "Datang bulan? Bukannya??" Fajar menatap wajah istrinya curiga, bagaimana bisa Ratna datang bulan, padahal semalam Ratna tidak mengalaminya. Meskipun Fajar tidak jadi melakukan hubungan suami istri dengan Ratna, tapi Ratna menunjukkan jika dirinya tidak sedang datang bulan.
"Em ... kenapa kamu menatapku seperti itu? Iya namanya juga tamu bulanan, Mas. Pastinya datangnya tiba-tiba. Aku baru tahu pas mau ke kamar mandi saat kamu keluar dari kamar. Ah sudahlah, kalau kamu mau sholat, sholat aja!" ucap Ratna yang kembali beranjak tidur.
Fajar pun beranjak pergi ke kamar mandi, ia pun segera mengambil air wudhu dan menunaikan shalat subuh sendirian.
*
*
*
Dua hari kemudian, seperti biasa Fajar kembali ke kantor setelah dirinya cuti setelah luar kota. Hari-hari rumah tangga Fajar dan Ratna semakin renggang, apalagi pemandangan saat pulang kerja Fajar selalu membarengi adik iparnya. Meskipun Laila sudah menolaknya.
"Laila! Ayo pulang!" ajak Fajar ketika dirinya sudah sampai di depan kantor dimana Laila bekerja.
"Maaf, Mas! Sepertinya aku pulang naik taksi saja, nggak enak sama Mbak Ratna, nanti jadi fitnah!" balas Laila.
"Nggak apa-apa, Ratna tidak akan marah, biar aku yang bicara dengannya. Lagipula kamu kan adiknya, untuk apa dia cemburu sama kamu. Sudah, masuk saja. Kamu mau kehujanan, tuh mendungnya gelap sekali," seru Fajar sambil menunjuk ke arah langit yang terlihat begitu gelap karena hari akan hujan.
Tak berselang lama, hujan pun turun. Terpaksa Laila pulang bersama kakak iparnya. Tentu saja Fajar sangat bahagia ketika Laila berada di dekatnya. Laila tampak canggung dan terlihat salah tingkah. Dan inilah yang ditakutkan oleh Laila jika sering bersama dengan Fajar. Perasaannya semakin tidak menentu.
Laila memilih diam dan tidak berkata apa-apa, hingga akhirnya Fajar sudah tidak tahan ingin berkata kepada gadis itu tentang rumah tangganya bersama sang kakak.
"Laila!"
"Iya, Mas?"
"Apa aku boleh ngomong sesuatu sama kamu?"
"Memangnya Mas mau ngomong apa?"
Sejenak Fajar menghentikan mobilnya dan ingin mengatakan tentang keadaan rumah tangganya. Fajar ingin minta pendapat kepada Laila.
"Kenapa kita berhenti?" tanya Laila terkejut.
"Aku ingin minta pendapatmu sebentar!" seru Fajar.
"Minta pendapat? Masalah apa, Mas?" tanya Laila dengan pandangan yang masih lurus ke depan.
"Masalahku dan Ratna," mendengar pengakuan Fajar. Laila pun menundukkan wajahnya. Apa mungkin Fajar sudah tahu tentang kelakuan istrinya.
"Sepertinya aku tidak bisa bertahan lagi hidup dengan Ratna, aku ingin bercerai dengannya." Ungkap Fajar yang memaksa Laila menoleh ke arah sang kakak ipar.
"Kenapa Mas bicara seperti itu?"
"Entahlah! Aku rasa ada sesuatu yang Ratna sembunyikan dariku, setiap kali aku berada di dekatnya, aku merasa Ratna hanya bertopeng menutupi sesuatu yang ia sembunyikan. Katakan padaku, Laila? Apa yang kamu ketahui tentang Ratna selama aku tidak ada di rumah?" tanya Fajar yang mulai membuat Laila gugup. Haruskah ia mengatakan hal yang sebenarnya kepada kakak iparnya itu.
"A-aku ...!" mulut Laila sangat berat untuk mengatakannya, memang sudah seharusnya Fajar tahu tentang keburukan istrinya.
"Katakan saja! Tidak usah takut! Aku tahu kamu pasti menyembunyikan sesuatu dariku, katakan Laila!" desak Fajar yang semakin membuat Laila tidak bisa untuk menyembunyikannya lagi.
"Laila minta maaf sama Mas Fajar! Laila tidak bermaksud membela Mbak Ratna. Dia mengancam Laila akan bunuh diri jika aku mengatakan yang sebenarnya sama Mas Fajar tentang hubungannya dengan Mas Agung ...!"
Laila menceritakan semuanya kepada Fajar tentang apa yang ia ketahui. Mendengar pengakuan dari sang adik ipar, wajah Fajar pun terlihat meradang, ternyata itu yang menyebabkan Ratna tidak ingin berhubungan badan dengan suaminya. Rupanya sudah ada pria lain yang sudah mendapatkan tubuh Ratna.
Fajar mengepalkan tangannya dan tidak menyangka jika dirinya dibohongi mentah-mentah oleh istri yang sangat dicintainya.
Melihat Fajar yang tampak tidak percaya dan tentunya emosi. Laila pun meminta maaf kepada Fajar jika dirinya menutupi rahasia Ratna.
"Maafkan aku, Mas! Aku sudah sangat bersalah menutupi kesalahan Mbak Ratna, harusnya aku mengatakannya dari dulu, aku terlalu sayang kepada Mbak Ratna. Aku pikir Mbak Ratna akan berubah setelah berjanji padaku. Tapi ternyata aku salah besar, dan dia semakin nekad untuk melukai dirinya jika aku katakan kepadamu, Mas. Maafkan atas kebodohanku!" ucap Laila.
Fajar mengusap wajahnya kasar, kenyataan begitu menyakitkan, beruntung dirinya belum menyentuh Ratna sama sekali dan seolah tubuhnya menolak sendiri istrinya yang sudah berzina dengan laki-laki lain. Mulai saat itu ia. baru sadar kenapa dirinya tidak bisa bereaksi dengan Ratna.
"Sekarang apa keputusan, Mas? Aku takut Mbak Ratna akan nekat jika Mas Fajar tiba-tiba datang menceraikannya, aku tahu betul sifat Mbak Ratna, Mas! Dia selalu playing victim dan seolah-olah dirinya yang tersakiti, dia akan mencari seribu cara untuk mempertahankamu, Mas!" ucapan Laila membuat Fajar harus bisa membuat Ratna tidak bisa berkutik lagi dan mau tidak mau Ratna harus mau diceraikan.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan, kamu tenang saja, semuanya bisa ditangani, aku hanya perlu melihat secara nyata Ratna dan Agung berduaan, dengan begitu tidak ada lagi yang bisa Ratna lakukan," balas Fajar yang akhirnya dirinya bisa bersikap tenang.
Di saat yang bersamaan, tiba-tiba ponsel Fajar berdering. Ia pun segera mengangkat ponselnya. Ternyata itu adalah telepon dari sang Mama.
"Halo! Iya ... ada apa? Hmm ... oke oke aku segera ke sana!"
Fajar menutup ponselnya dan Ia pun harus segera pulang ke rumah orang tuanya sejenak, karena sang Mama sedang sakit.
"Kenapa, Mas?" tanya Laila.
"Mama, Mama sedang sakit, dan aku harus pulang sekarang!" jawab Fajar.
"Aku ikut prihatin, semoga Mamanya Mas Fajar segera diberikan kesembuhan. Kalau begitu Laila pulang naik taksi saja. Mas Fajar cepetan temui Mamanya, aku bisa pulang sendiri!" ucap Laila sembari membuka pintu mobil.
"Kamu nggak ikut bertemu Mama?" sahut Fajar yang mengajak sang adik ipar untuk menemui Mamanya.
"Aduhh janganlah Mas, harusnya Mbak Ratna yang Mas ajak, buka aku. Nanti nggak enak dilihat orang. Mas Fajar masih menjadi suami Mbak Ratna, apa kata orang nanti," ucapan Laila nyatanya membuat Fajar tersenyum.
"Terus! Kalau aku sudah tidak menjadi suaminya Ratna, apa kamu masih mau menemaniku ketemu Mama?" pertanyaan Fajar spontan membuat Laila tersipu malu. Ia pun tak ingin lama-lama berada di dalam mobil Kakak iparnya, takutnya ia semakin GR dan salah tingkah.
"Ya sudah, Mas! Laila pulang dulu. Hati-hati dan salam untuk Mamanya Mas Fajar, assalamualaikum!" Laila keluar dari mobil Fajar dan segera menghentikan sebuah taksi. Fajar masih memperhatikan kepergian Laila hingga akhirnya terucap dari bibir Fajar. "Kelak, suatu hari nanti kamu akan menemaniku untuk menghadap ke Mama, Laila. Mama pasti sangat senang."
*
*
*
Laila pulang dengan perasaan yang campur aduk, setidaknya ia bisa lega sudah mengatakan hal yang sebenarnya. Semoga saja Ratna tidak melakukan hal aneh-aneh saat Fajar bertanya kepadanya.
Fajar saat itu tidak pulang ke rumah dulu, ia harus pergi untuk menjenguk sang Mama. Sedangkan Laila harus pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, lagi-lagi Laila dikejutkan dengan kedatangan Agung di rumah. Rupanya perbuatan Ratna sudah tidak bisa ditolerir lagi. Laila pun segera masuk ke dalam dan menemui pasangan itu.
'Braaakk'
Laila membuka pintu rumah itu dengan paksa, dilihatnya Agung dan Ratna sedang berduaan di ruang tamu. Tanpa basa-basi Laila segera mengusir Agung dari rumahnya, tak perduli jika Ratna akan marah atau mengancamnya.
"Pergi kamu, Mas! Keluar kamu dari rumah kami! Dasar laki-laki tidak tahu malu, Mbak Ratna ini sudah punya suami, apa kamu buta? Rumah ini bukan tempat mesum. Selama ini aku sudah cukup bersabar menghadapi kelakuan bejat kalian. Tapi tidak hari ini, aku tidak mau rumah ini menjadi tempat maksiat, perbuatan kalian itu sangat murahan sekali dan sangat terkutuk!" umpat Laila sambil menunjuk ke arah mereka berdua.
Ratna pun spontan marah dan tidak terima Laila mengusir Agung. Ratna justru memarahi adiknya sambil menunjuk-nunjuk ke arah Laila.
"Laila! Kamu benar-benar adik yang tak tahu diri, berani sekali kamu mengusir Agung dari rumah ini, kamu sadar bahwa kamu juga gadis murahan yang suka menggoda suami kakaknya sendiri. Kamu itu munafik, Laila! Kelakuan kamu sendiri juga sangat memalukan. Kamu sudah merayu Mas Fajar suamiku. Sampai-sampai dia harus menyebut namamu dalam mimpinya, hebat sekali kamu, ya! Katakan padaku! Guna-guna apa yang membuat Mas Fajar sampai memanggil namamu dalam tidurnya, ha!!"
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Erina Munir
si ratna..mulutnya mustindvtabok tuh...pake bakiak...jontor sekalian...gregetan banget deh aku thor
2024-03-17
0
CANTIKA
pngin getok Ratna pke panci tp pancinya lagi buat masak kolak😅
2023-04-13
0
CANTIKA
Laila canggung,kek lagu ya Thor 😂
2023-04-13
0