Sehari setelah Fajar melayangkan gugatan cerainya kepada Ratna, keesokan harinya ia harus pergi ke luar kota bersama sang Mama juga, karena bisnis barunya memaksa Fajar harus memboyong serta keluarga. Karena ia juga ingin menetap di sana tanpa mengingat bayang-bayang Ratna di kota semula.
"Fajar, kamu yakin ingin kita pergi dari kota ini?" seru Mama Ida.
"Iya, Ma. Fajar sudah memikirkannya masak-masak. Kali ini Fajar ingin melupakan semua kenangan di kota ini. Fajar ingin membuka lembaran baru tanpa kenangan dari Ratna," ucap Fajar sambil merapikan kopernya.
"Lalu, bagaimana dengan Laila?" pertanyaan Mama Ida sontak membuat Fajar teringat dengan gadis itu. Ia pun segera mengambil ponselnya dan menghubungi Laila. Sejak kejadian kemarin, Ia belum bertemu dengan adik iparnya itu lagi.
"Laila!!"
Fajar menghubungi nomor Laila yang masih tersimpan di dalam ponselnya, dengan cepat Ia segera menelepon Laila. Setelah beberapa saat, Fajar dibuat panik karena nomor Laila tidak bisa dihubungi.
"Laila! Pliiss! Angkat teleponnya ... kenapa tidak diangkat, apa jangan-jangan nomor Laila sudah tidak aktif?" pikir Fajar saat dirinya kesusahan menghubungi Laila.
Karena tak juga diangkat, Fajar kemudian melihat foto profil wa milik Laila. Benar saja, foto profil Laila sudah tidak ada lagi, hanya gambar putih saja seolah gadis itu sudah memblokir nomor Fajar.
"Laila! Apa kamu sudah memblokir nomorku, tapi kenapa? Bagaimana keadaanmu sekarang?" batin Fajar yang terus memperhatikan foto profil Laila yang sudah tidak terlihat. Dalam hati kecilnya, Fajar masih mengkhawatirkan gadis itu. Sebelum ia berangkat ia ingin berbicara dengan Laila dan memberikan informasi tentang keberadaan Fajar nantinya setibanya di luar kota, agar mereka masih bisa saling berhubungan.
Tapi, Fajar tidak bisa lagi menunda keberangkatannya sekarang, bagaimana pun juga ia harus pergi ke luar kota bersama sang Mama.
"Ayo kita berangkat, Ma!" ajak Fajar sambil membawa koper besarnya untuk dimasukkan ke dalam mobil.
"Fajar! Bagaimana dengan Laila?" tanya Mama Ida. Fajar membalikkan badannya dan berkata, "Laila sudah memblokir nomor Fajar, Ma. Sekarang Fajar tidak bisa menghubunginya lagi," balas Fajar yang terlihat bersedih.
Mama Ida yang melihat kesedihan pada wajah sang anak, ia pun tersenyum sambil menepuk pundak Fajar. "Jangan bersedih, Mama tahu kamu masih ingin bertemu dengan Laila, kan?"
"Maksud Mama apa?" sahut Fajar.
"Dengarkan Mama! Mama berdoa kamu dan Laila berjodoh, jikalau kalian berjodoh, meskipun Laila berada di ujung dunia sekalipun, Inshallah kalian pasti akan dipertemukan lagi. Mama sangat yakin itu, berdoa saja. Semoga kamu dan Laila benar-benar berjodoh!" ucapan Mama Ida seketika membuat Fajar tersenyum sumringah dan terucap dari bibir Fajar sebuah kata yang sangat ia yakini. "Aamiin!!"
"Nah, gitu dong! Yuk kita berangkat," ajak Mama Ida.
Akhirnya, hari itu juga Fajar berangkat ke luar kota dan memutuskan untuk menetap di kota itu.
*
*
*
Sementara di tempat lain, kini Laila bisa hidup dengan tenang, setidaknya dirinya tidak ikut lagi memikirkan urusan sang kakak, meskipun sebenarnya jauh dari lubuk hatinya ia masih teringat akan Fajar. Laila pergi ke kantor seperti biasa, dan ia berharap Fajar tidak mencarinya lagi. Laila pun semakin berhati-hati untuk keluar rumah. Ia selalu waspada jika saja Fajar mencarinya di tempat kerjanya.
Kadang terlintas dalam pikiran Laila. Apa mungkin Fajar mencarinya, sedangkan dia dan Fajar memang tidak ada hubungan apa-apa.
"Kenapa aku jadi bego sendiri sih! Mana mungkin Mas Fajar mencariku? Dia kan suaminya Mbak Ratna. Mungkinkah aku yang terlalu berlebihan?" pikir Laila. Ia pun berusaha untuk tidak mengharapkan lebih dari seorang Fajar. Menjauh darinya adalah pilihan yang tepat, Laila ingin hidup tenang tanpa fitnahan dari sang kakak.
Hingga akhirnya di hari ketiga. Laila mendapatkan telepon dari sang Kakak.
"Mbak Ratna! Ada apa lagi?" Laila membulatkan matanya saat Ratna menelpon dirinya. Laila pun mengangkat telepon dari sang kakak.
"Assalamualaikum, Mbak Ratna. Ada apa Mbak Ratna menelponku?"
"Waalaikum salam adikku, Laila! Sekarang kamu di mana?"
"Mbak Ratna tidak perlu tahu. Laila baik-baik saja, Mbak!"
"Pulanglah adikku! Aku sangat membutuhkanmu, Mas Fajar sudah men-Talakku, sekarang aku sakit. Mbak sangat kesepian, kamu pulang, ya! Mbak minta maaf sama kamu, Mbak sudah jahat dan fitnah kamu, sekarang semuanya sudah terbongkar, Mas Fajar sudah mengetahui semuanya."
"Apa? Itu artinya kalian berdua sudah berpisah?"
"Iya, kami berpisah secara agama, tapi sebentar lagi perceraian kami akan benar-benar terjadi. Mbak menyesal, Laila. Mungkin kami memang bukan jodoh. Sekarang! Pulanglah ke rumah. Temani Mbak di sini, karena rumah ini juga rumah kamu, Laila. Mbak benar-benar membutuhkan kamu. Tidak ada lagi yang mau peduli dengan aku, hanya kamu saudaraku, Laila."
Mendengar pengakuan dari Ratna, Laila pun terpaksa mengikuti permintaan sang kakak, ia akan pulang ke rumah karena merasa kasihan pada kakaknya yang saat ini sedang sakit.
"Aku harus pulang, jika aku tidak pulang, siapa yang akan merawat Mbak Ratna kalau bukan aku, hanya aku yang dia punya." Pikir Laila yang akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah.
"Baiklah, Mbak! Laila akan pulang ke rumah."
"Alhamdulillah, terima kasih banyak, adikku!"
Laila menutup telepon dan ia pun segera mengemasi barang-barangnya. Ia pulang karena sang kakak membutuhkan dirinya, bagaimana pun juga Ratna adalah Kakak kandungnya sendiri.
Sementara itu di sisi lain, setelah Ratna menutup teleponnya, ia pun berkata kepada Agung yang saat itu berada di dekatnya, memperhatikan Ratna yang sedang menghubungi Laila.
"Bagaimana? Apa Laila mau pulang?" tanya Agung penasaran dan berharap jika Laila kembali ke rumah itu lagi.
"Iya, Laila akan pulang," jawab Ratna.
Rupanya itu semua adalah sandiwara Ratna agar Laila kembali pulang, dan semua itu adalah karena permintaan Fajar dengan alasan Laila tak seharusnya tinggal sendirian di luar sana, karena bagaimanapun juga Laila adalah seorang wanita. Khawatir jika terjadi sesuatu kepada adik kandung Ratna itu, meskipun kini dirinya bukanlah kekasih Laila.
Padahal, itu semua adalah trik Agung agar dirinya bisa melihat Laila setiap hari. Karena Agung dan Ratna sudah menikah dibawah tangan setelah kepergok oleh Fajar, dan setelah resmi bercerai secara hukum, maka mereka berdua akan mengesahkan pernikahan mereka.
Karena sejatinya, Agung masih memiliki perasaan kepada Laila, seolah dirinya masih penasaran dengan Laila yang sangat sulit sekali dia taklukkan.
*
*
*
Malam harinya, Laila langsung pulang ke rumahnya, ia disambut oleh sang kakak dengan gembira.
"Assalamualaikum Mbak Ratna!" Laila memeluk kakaknya, meskipun sebenarnya ia masih kecewa dengan Ratna. Demi rasa persaudaraan, Laila mengesampingkan rasa egonya.
"Waalaikum salam, Adikku! Akhirnya, kamu pulang juga, Mbak sangat mengkhawatirkanmu!" seru Ratna sambil memeluk adiknya.
"Bagaimana keadaan, Mbak Ratna?" tanya Laila.
Seketika Laila membulatkan matanya saat melihat Agung yang keluar dari dalam rumahnya.
"Hai Laila! Aku ikut senang bisa melihatmu lagi!" seru Agung sembari tersenyum kepada Laila.
"Mas Agung? Ngapain kamu masih di sini? Mbak Ratna! Apa-apaan ini, Mbak? Katanya Mbak Ratna sakit, terus kenapa masih ada laki-laki itu di rumah kita? Kalau saja aku tahu jadinya seperti ini, aku tidak mau pulang!" sahut Laila yang jelas-jelas marah karena merasa dibohongi oleh kakaknya.
"Tunggu, Laila! Mbak mohon kamu jangan pergi, Agung akan tetap tinggal di sini, karena kami sudah menikah secara siri pagi tadi!" ungkap Ratna.
"Hah! Kalian berdua sudah nikah Sirri? Mbak Ratna nggak bercanda, kan?" Laila benar-benar tidak menyangka jika Ratna secepat itu akan menikah dengan Agung.
"Tidak, Laila! Mbak tidak bercanda, kami sekarang sah menjadi suami istri meskipun secara agama, karena Mas Fajar sudah men-Talakku. Bukankah pernikahan kami untuk menghindari zina, dan kamu tidak perlu risih lagi untuk tinggal di rumah ini, karena kami tidak akan berbuat maksiat lagi."
Mendengarkan penjelasan dari Ratna, Laila pun masih dibuat heran, bukankah Ratna dan Fajar sudah menikah sekitar satu bulanan. Pastinya Laila menganggap jika mereka sudah melakukan hubungan suami istri.
"Ta-tapi, Mbak! Bukannya Mbak Ratna harus masa Iddah dulu, baru menikah lagi. Ini baru tiga hari, Mbak!" ucap Laila. Ratna pun tersenyum.
"Iya, aku dan Mas Fajar memang sudah menikah satu bulan. Tapi, aku dan dia belum pernah melakukan hubungan suami istri. Tidak ada hubungan intim diantara kami. Karena hanya dengan Agung Mbak melakukannya," pengakuan Ratna tentu saja membuat Laila elus dada.
"Nauzubillah min dzalik! Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, Mbak!"
Setelah mengetahui jika Ratna dan Agung sudah menikah, apalagi desakan Ratna oleh Agung. Membuat Laila terpaksa tinggal lagi di rumahnya, meskipun dirinya benar-benar tidak nyaman tinggal serumah dengan mereka.
Agung memang sengaja menyuruh Ratna untuk membujuk adiknya untuk tinggal bersama, dengan alasan kasihan melihat Laila yang tinggal sendirian. Padahal, semua itu Agung lakukan untuk dirinya sendiri yang masih penasaran dengan Laila.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Febynathalia
kok JD perempuan bodoh ya mau tgl serumah dgn KK yg sudah menikah agamany kuat tp kok bodoh ...Thor g sesuai dgn ceritanya nich
2023-05-17
1
pingping
takut ny laila d jebak sama agung pakai obat... d pindahin k luar kota aj thor si laila ny
2023-04-16
0
Ati Pct
aduuuh ngeri ngeri sedap aku ngerinya malam malam Laila diperkaos sama Agung 🥺🥺🥺 semoga aja Laila sadar dan cepat pergi dari situ & bertemu dengan Agung diluar kota😁
2023-04-15
0