Part 4 Kejadian Menegangkan

Malam ini terasa lebih dingin dari biasanya. Angin yang berembus juga cukup kencang. Mungkin tengah malam nanti akan turun hujan. Tapi mengapa perasaanku menjadi aneh? Aura mencekam sangat mendominasi di sini. Ditambah lagi, hanya satu dua orang yang berlalu lalang di luar asrama dan sekitarnya.

Mungkin karena udara di luar cukup dingin, semua orang menjadi malas untuk keluar rumah. Kenapa kendaraan yang melintas juga sedikit? Biasanya, sampai tengah malam pun, jalanan masih terbilang ramai. Ya ... sudahlah. Jangan berpikir macam-macam.

Belum sampai lima langkah berjalan, kakiku berhenti mendadak. Aku ingin menarik semua ucapan positifku tadi. Suasana di dalam asrama terasa begitu menyeramkan. Apa yang sebenarnya terjadi? Padahal tempat ini teramat ramai ketika diriku pulang dari kampus. Melihat pun dadaku rasanya sesak. Atmosfer di sini semakin membuat bulu kudukku meremang. Semuanya begitu aneh.

Astaga! Penjaga asrama pun tertidur pulas di pos penjaga. Kenapa semuanya tampak aneh? Mengapa semua tidur lebih awal? Dan kenapa juga hanya Jack yang bertugas? Di tambah lagi dia malah tertidur. Ke mana Sam pergi? Ini pasti bukan masalah yang sepele. Aku harus segera masuk ke kamar. Lebih cepat, lebih baik.

Kini aku berlari ke arah lift. Dentuman kakiku saat berlari terdengar begitu jelas dan nyaring. Ini karena gedung asrama sangat sunyi sekarang. Seluruh badanku menjadi gemetar ketakutan.

Mengapa di saat genting masih ada saja masalah yang menimpaku? Saking gugupnya, aku menekan tombol lift dengan cepat tanpa melihat ke arahnya. Akhirnya perbuatanku menimbulkan masalah baru. Ya, mesin bodoh ini menjadi macet untuk sementara. Bagus sudah.

Perasaan takut ini membuatku semakin tak terkendali, hingga terus menekan tombol lift yang sama secara berulang-ulang. Keringat dingin sudah mulai mengalir, membanjiri dahiku. Tuhan ... aku belum ingin mati dengan cepat.

Hawa dingin semakin terasa menusuk hingga ke dalam tulang. Kakiku terasa sangat lemas hingga tak sanggup lagi berdiri. Saat diriku mulai merosot ke lantai, tiba-tiba pintu lift menutup. Dentuman kecil terdengar di telingaku ketika lutut ini mencium dinginnya ubin.

“Hah, dadaku sakit sekali," rintihku pelan. “Kenapa hari ini dipenuhi dengan banyak masalah? Aku hanya ingin hidup dengan damai. Sebenarnya apa dosaku Tuhan? Cobaan ini sangat menyiksaku.” Tangisan kecil terus memenuhi kerongkonganku. Kupejamkan mata dan bersandar pada dinding lift yang dingin.

Begitu lift berhenti berjalan, aku langsung menyeka air mataku. Tapi kenapa pintunya belum terbuka? Padahal ini sudah di lantai tiga. “Apa lagi yang terjadi padamu mesin bodoh! Cepat buka pintunya!” Aku benar-benar kehilangan kendali sekarang.

Aku berteriak dan menangis secara bersamaan. Suara khas lempeng besi yang dipukul pun terdengar di telingaku, saat pintu ini kudobrak terus-menerus. Apa yang harus kulakukan? Hatiku sangat kacau.

Tiba-tiba saja pintu lift terbuka. Tanpa pikir panjang lagi, aku berusaha berdiri dengan cepat. Tapi naas, aku selalu terpeleset dan jatuh kembali karena ubin yang licin. Kakiku juga masih terlalu lemah untuk menopang tubuhku ini.

Akhirnya aku mencengkeram pintu lift untuk membantuku berdiri dengan tegak. Aku memilih mencondongkan badan ini ke depan, lalu menjatuhkan diriku dengan sengaja. Terasa sakit memang. Semua itu kulakukan karena terpaksa. Butuh waktu yang lama untuk keluar dari sini dengan cara merangkak. Sementara pintunya akan segera tertutup dalam hitungan menit. Risiko yang kudapat adalah aku tak bisa kembali ke kamar dengan cepat.

Mataku melihat ke segala arah. Tetap saja terasa sunyi, seperti ruangan yang terbengkalai. Bulu kudukku semakin meremang. Meskipun rasa ngilu yang kurasa, aku memaksakan diri untuk segera bangun, dan pergi menuju kamar milikku.

Ayo Ainsley, kurang 3 kamar lagi dirimu sampai. Jangan pingsan di tempat terbuka seperti ini. Terlalu berbahaya.

Ada yang aneh saat aku tiba di depan pintu kamarku sendiri. Semakin aku mendekati tempat ini, hanya aura mencekam yang kurasakan. Tapi anehnya, di dalam pikiranku seperti berkata.

‘Jaga kesadaranmu jangan sampai melamun dan hanyut dalam ilusi. Ini adalah perbuatan lint4h menjijikkan itu.’

Entah datang dari mana pemikiran itu. Yang jelas, aku sangat mempercayainya. Begitu aku memasuki kamar, hawa dingin yang kurasakan menghilang. Kakiku yang awalnya lemas pun, kini mendadak sehat seperti tak terjadi apa-apa. Aku sangat terkejut dengan keadaan ini.

Jika begini situasinya, apakah mungkin saat aku kembali ke luar, tubuhku akan lemas tak berdaya seperti tadi? Haruskah aku mencobanya untuk membuktikan hal itu? Tiba-tiba saja tanganku terhenti ketika memegang gagang pintu.

‘Jangan pergi keluar! Jika melakukan itu, kau tak akan bisa lagi untuk berada di titik aman ini. Gedung ini sudah dipenuhi oleh sihir hitam.'

Kalimat itu muncul begitu saja di dalam pikiranku, bersamaan ketika aku memegang gagang pintu kamar. Aliran udara di paru-paruku rasanya seperti terputus hingga membuatku limbung. Aku merosot jatuh ke lantai dan merengkuh kedua kakiku.

Rasa sesak ini membuat kepalaku pusing. Akhirnya aku mencoba untuk rileks dan menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa menit, aku sudah sedikit tenang. Tapi masalah yang menyerangku kini berbeda lagi.

Pandangan mataku mulai buyar. Pikiran kosong ini, membawaku ke jurang gelap tak berdasar. Aku merasa sedikit menggigil. Pasokan oksigenku seperti diputus. Aku menarik napas dengan susah payah dan akhirnya kembali terjaga. Rupanya posisi dudukku yang sekarang, membuat dadaku terasa sesak. Dan rasa dingin yang aku dapatkan juga karena lantai kamarku yang seperti es.

Aku beranjak dari tempatku duduk dan berdiri mematung, karena terpesona oleh sesuatu yang menerangi wajahku. Cahaya bulan itu berpendar menerangi beberapa sudut kamar ini. Aku kini mendatangi meja belajar yang berada di bawah kaca jendela, tepat di mana ia datang.

Langkah kaki ini kian mantap untuk mendatangi meja belajarku. Bukan untuk membaca atau sejenisnya. Tapi ada satu hal yang membuatku terdorong menuju ke sana. Hatiku seperti terikat oleh kekuatan yang disebarkan cahaya bulan itu. Saat melangkah ke arahnya, tubuhku terasa melayang. Pikiran sadarku seakan hilang seketika. Entah apa yang menuntunku.

“Aw! Hah kenapa bisa sial begini! Ah! Kakiku,” aku memekik kesakitan karena ujung jari kaki ini menabrak meja belajar.

Ini ... apa yang kupikirkan tadi? Kenapa aku datang ke sini? Aku memijat lembut jari kaki yang terasa sakit. Saat mataku melirik ke arah jendela, aku seperti melihat sesuatu yang aneh di luar sana. Hal itu membuatku langsung berdiri dengan benar, dan melihat kembali secara hati-hati.

Walaupun hanya sekilas, tapi aku masih bisa melihat bahwa itu adalah sepasang kekasih. Sepertinya, mereka sedang memadu cinta di luar sana. Tunggu dulu, bukannya tadi di luar asrama sepi sekali. Lalu siapa mereka?

Aku tidak berhalusinasi, kan? Itu adalah sepasang kekasih yang sedang memadu cinta di depan taman asrama. Tapi mengapa mereka memilih ke tempat seperti ini? Kenapa tidak di rumah atau tempat yang lebih romantis? Dasar orang-orang aneh. Sudahlah, aku ingin beristirahat. Kejadian malam ini sangat membuatku lelah.

Aku menutup tirai jendela dan pergi ke tempat tidur empuk milikku. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, mengapa hal ini semakin janggal, ya? Saat aku pulang kerja, di depan asrama dan sekitarnya terasa sangat sepi. Itu masih bisa terasa normal bagiku. Tapi ketika masuk ke dalam gedung ini, bulu kudukku semakin meremang.

Terlebih lagi, kejadian saat menaiki lift itu cukup membuatku terkejut. Tubuhku menjadi sangat kaku karena rasa dingin yang teramat sangat. Membuatku tak sanggup lagi untuk berdiri dengan tegak.

Anehnya, saat diriku masuk ke dalam kamar, tubuh ini mendadak menjadi sehat kembali. Rasa kaku karena hawa dingin itu, lenyap begitu saja. Sebenarnya apa yang terjadi? Pertanyaan itu yang selalu muncul di pikiranku.

Padahal saat aku hendak melangkahkan kaki ke kamar ini, aura mencekam yang mendominasi sekelilingnya. Rasa dingin itu menusuk sampai ke tulang-tulangku. Nyeri, lemas, dan kaku bercampur aduk menjadi satu menyakiti sekujur tubuhku.

“Tunggu dulu, bukankah di luar sudah ada orang? Tapi mengapa gedung ini masih terasa sepi? Biasanya sampai malam hari pun, banyak orang yang berlalu lalang dan membuat suara bising,” gumamku.

Aku beranjak dari tempat tidur dan berlari ke arah pintu. Mataku membelalak lebar ketika pintu ini dibuka. Kesunyian masih mengelilingi asrama. Aku mendadak merasakan hawa dingin itu lagi. Dadaku terasa sangat sesak sekarang.

“Ada apa ini," rintihku pelan, sambil mencengkeram dada. Tanganku yang satunya lagi mendorong gagang pintu dengan kuat agar segera tertutup. Kenapa mendorong papan kayu saja, terasa seperti menggeserkan anak gajah?

Setelah berhasil menutup pintu, aku kembali merosot ke lantai. Kejadian ini membuat jiwaku terguncang. Aku seperti sedang di ambang kematianku sendiri.

Tidak salah lagi, itu perbuatan seseorang yang menggunakan sihir hitam. Rasanya seperti dipaksa memasukkan kepala ke dalam air. Terasa sesak, gelagapan, dan hampir mati karena kehabisan oksigen. Aku merasa lega telah berada dalam kamar ini

Karena teringat dua sosok remaja tadi, aku memberanikan diri untuk melihatnya lagi. Aku berjalan dengan sangat pelan. Rasa takut ini membuatku jadi semakin waspada.

Aku menyibakkan tirai secara perlahan. Dua orang tadi masih berada di bawah. Karena penasaran, aku membuka jendela dengan hati-hati. Agar tak mengeluarkan bunyi yang bisa membuat orang-orang itu curiga dan menatap ke arahku.

Ini ... sebenarnya apa? Dari sekian banyak kamar di asrama, hanya balkon milikku yang lampunya menyala. Lainnya gelap gulita. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi. Pertama, semua mahasiswi benar-benar sudah tertidur. Dan kedua, mereka semua sama sekali tak ada di gedung ini.

Jantungku berdebar hebat melihat keadaan yang semakin mengerikan ini. Fokusku kini berpindah pada dua orang tadi. Ada yang menarik perhatianku ketika melihat salah satu dari mereka. Gadis itu ... tidak terasa asing di mataku.

Gaya rambutnya sama seperti milik Jennifer. Gadis berbaju merah muda, ya ... kenapa terasa tak asing lagi bagiku? Bajunya ... tak jauh berbeda dengan yang dipakai menek sihir itu. Pantas saja aku merasa pernah melihatnya.

“Astaga!” bodohnya aku berteriak dengan lantang. Sekarang pria itu melihat ke arahku. Aku ... Kejadian yang baru saja kulihat ini, benar-benar membuatku shock. Dan sialnya lagi, saat cepat-cepat menutup jendela, kepalaku terantuk bingkai kacanya.

Aku menahan rasa sakit ini dengan perasaan kesal. Sepertinya kepalaku akan benjol. Karena panik, aku melakukan hal bodoh dan mencelakai diriku sendiri.

"Pria itu vampir. Dia menggigit leher gadis yang dipacarinya!" gumamku. Jantungku berdebar hebat. Apalagi ketika dia menatap ke arahku. Perasaanku kacau seperti menaiki roaler coaster berkecepatan tinggi. Aku berlari menuju pintu untuk memastikan sudah terkunci dengan benar. Kunyalakan semua lampu di dalam ruangan ini.

Kini aku berjalan dengan cepat ke tempat tidur dan menutupi seluruh badan dengan selimut. Aku tidak akan tidur malam ini. Badanku bergetar hebat merasakan ketakutan yang semakin membesar.

Hampir dua jam aku tak memejamkan mata. Dan sejauh ini, semua masih aman-aman saja. Tiba-tiba aku mendengar ketukan yang cepat. "Siapa di sana!"

Kurasa bunyi itu berasal dari dalam lemari pakaianku. Sebenarnya aku tidak ingin melihat apa yang telah terjadi, tapi tanpa sadar, kaki ini melangkah ke sumber suara.

Rasa takut dan ragu untuk membuka pintu lemari ini terus menyerangku. Jantungku berdegup kencang sekarang. "Baiklah! Ayo mulai! Siapa di-"

"Cek, cek, cek, cek." Aku terdiam selama beberapa detik. Kemudian kututup kembali pintu lemari ini. Ternyata bunyi dua cecak yang sedang bertengkar.

Aku akan gila jika terus begini. Akhirnya aku kembali ke tempat tidur, dan menyelimuti seluruh tubuh ini. Sesungguhnya mataku sudah tidak tahan lagi untuk terus terbuka lebar.

Terpopuler

Comments

DIANAZ🍇ig@dianaz3348🍇

DIANAZ🍇ig@dianaz3348🍇

orang tidur yang bisa muter 180 derajat ada loh😅😅
Di rumahku ada satu soalnya😂😂😉

2020-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!