Sementara itu di kediaman Felix.
“Akh... badanku mulai terasa lemah. Sepertinya, air itu sudah diciprat-kan ke badan Stefan. Tapi tidak papa jika badanku melemah, setidaknya Stefan sudah sembuh dan tidak merasakan kutukannya.” batin Felix.
Ia berjalan menuju kamar, sambil memegang benda di sekitarnya agar tidak terjatuh.
Ketika malam tiba~
Stefan memikirkan rencananya besok, ia ingin pergi ke rumah Felix untuk menjenguknya karena sudah lama tidak bertemu. Kemudian ia mengutarakan niatnya kepada Henry.
“Henry besok kau ikut aku ya, ke rumah Felix.”
Henry yang mendengarnya langsung mengernyitkan dahinya. Itu karena Henry sudah tau, jika kondisi Felix sekarang pasti sudah melemah.
“Umm.. bagaimana kalau kita mengunjunginya kapan-kapan saja? akhir-akhir ini sepertinya dia sibuk. Lebih baik kau tidak mengganggunya.” ucap Henry yang terpaksa berbohong.
“Sibuk bagaimana??, apa kau lupa saat terakhir kali kita melihat Felix?, dia kan sedang terluka.”
“Kau tidak usah khawatir. Tadi pagi aku sempat menelponnya untuk menanyakan kabar. Ia menjawab kalau sakitnya sudah sembuh. Jadi kau tidak perlu lagi pergi ke rumahnya."
“Ooo begitu...baiklah aku tidak akan kesana."
Henry yang mendengarnya langsung merasa lega.
Mulai hari ini Stefan tidur bersama Henry di kamar miliknya. Ia khawatir jika Stefan akan mengalami hal buruk suatu saat.
Malam semakin larut. Henry bangun dan membuka matanya, ia sebenarnya berpura-pura tidur dari tadi sambil melihat apakah Stefan sudah tertidur lelap.
“Akhirnya dia sudah tidur, sekarang aku harus mencari keberadaan handphone nya.”
Henry berdiri dari kasur dan melangkah secara pelan-pelan agar Stefan tidak terbangun.
“Duhh..dimana sih handphone nya? susah sekali aku menemukannya." ucap Henry sambil mencari disekitar kamarnya berulang kali.
Tanpa disadari Stefan membalikkan posisi tidurnya dengan mata yang masih tertutup. Henry yang terkejut melihatnya, langsung kembali lagi berbaring di samping Stefan.
“Sialan..aku gagal mencarinya hari ini. Tapi tidak papa, besok aku akan mencarinya sampai ketemu.” batin Henry.
Jam 07.15 pagi~
Mereka terburu-buru untuk pergi ke kantor.
“Henry tunggu sebentar! aku melupakan berkasnya di dalam rumah.” ucapnya yang kemudian pergi masuk ke dalam.
Henry menunggu di dalam mobil. Ia tak sengaja melihat handphone Stefan yang tergeletak di kursi sampingnya.
“Wah...tidak kukira aku menemukan handphone nya semudah ini.” ucap Henry yang tersenyum bahagia, lalu ia dengan cepat mengambilnya.
Setelah beberapa detik, akhirnya Stefan kembali dan masuk ke dalam mobil.
“Kau sudah menemukan berkasnya?”
“Hemm..ya aku sudah menemukannya." kata Stefan sambil menunjukkan berkasnya.
“Ooh..oke.” jawab Henry singkat.
Sesampainya di kantor, mereka berdua berjalan bersama menggunakan tangga. Henry berjalan sambil bersusah payah berusaha mengambil handphone dengan tangan kirinya, karena tangan sebelah kanan sudah penuh memegang berkas.
Henry tidak bisa mengambil dengan benar. Sehingga handphone itu terjatuh dari sakunya, dan berguling sampai di lantai bawah.
“Henry handphone mu terjatuh.” ucap Stefan lalu berjalan ke bawah untuk membantu mengambilkannya.
“Tunggu sebentar..ini kan handphone ku.” kata Stefan.
Ia memegang handphone miliknya yang layar depannya telah pecah. Berulang kali ia mencoba menyalakannya, tapi saat menyala terdapat banyak garis pada layar hingga tidak terlihat satupun icon menu.
“Itu handphone mu?” tanya Henry yang menghampirinya
“Iya ini handphone ku. Bagaimana bisa ini ada padamu?”
“Aku mengambilnya saat di mobil, aku juga tidak sadar jika itu milik mu. Apalagi ukuran handphone nya yang sama dengan punya ku.”
“Hmm.. baiklah tidak papa. Sepertinya ini memang hari sial ku.”
Ia sedikit sedih karena handphone itu hanya satu-satunya yang dimilikinya. Dan sekarang itu rusak.
Henry tersenyum tipis saat melihat handphone Stefan rusak. Sebelum kejadian itu, ia memang merencanakannya dari awal. Dan ternyata rencananya berhasil, sesuai seperti yang Henry pikirkan.
“Sudahlah jangan sedih begitu, lagi pula kau tidak terlalu membutuhkannya.” ucap Henry sambil merampas handphone milik Stefan di genggamannya.
“Jika kau membutuhkan sesuatu untuk menelfon, kau bisa menggunakan handphone ku kapan saja.” sambung Henry.
Stefan hanya mengangguk lalu melanjutkan jalannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments