“Hei, kalian semua kenapa hanya diam?? jika tidak mau menolong pergi saja sana!!” bentak Henry.
Ia emosi melihat semua karyawan lainnya yang hanya diam berdiri memandang Stefan.
Semua karyawan pun serentak bergegas pergi keluar setelah dibentak Henry.
Lalu Henry melihat keadaan Stefan dan mengguncangkan badannya perlahan. “Stefan sadar lah, ada apa denganmu? kenapa kau berteriak?”
“Ada hantu di situ.”
Ia memejamkan matanya karena ketakutan sambil menunjuk pojok ruangan.
“Sadarlah, tidak ada apa-apa disana.”
Stefan membuka matanya. Lalu melihat sekitar untuk memastikan keberadaan hantu itu.
“Sepertinya hantu wanita itu sudah hilang.”
“Sudahlah, sekarang ayo berdiri.”
Henry merangkul temannya berjalan hingga masuk ke mobil untuk pulang. Selama di perjalanan, Stefan mulai menceritakan kejadiannya tadi saat di gudang.
“Henry bagaimana kedepannya aku ini? sepertinya tak lama lagi aku akan mati.”
“Tenanglah kau tidak akan mati.” kata Henry yang berusaha menenangkan temannya.
Sesampainya dirumah, Henry membaringkan Stefan di kasurnya, lalu berpamitan untuk keluar.
“Stefan kau disini saja ya, aku akan pergi sebentar.”
“Kau mau kemana?” tanya Stefan dengan nada lemah.
“Kau tidak perlu tau, yang terpenting aku akan mencari cara agar kau bisa sembuh.” ungkapnya lalu melangkah pergi meninggalkan Stefan sendirian.
Henry memasuki mobilnya dan mengemudi dengan kecepatan penuh. Tujuannya sekarang adalah pergi ke rumah Felix. Ia berharap Felix bisa membantu Stefan, meskipun Felix yang akan terkena konsekuensi nya, dirinya sudah tidak peduli lagi. Yang terpenting baginya hanyalah kesembuhan temannya.
Sesampainya disana~
Tok..tok...tok...
Stefan mengetuk pintu rumah Felix dengan keras. Lalu Felix membuka pintunya. Henry melihat kondisi Felix yang masih sama seperti beberapa hari lalu, dimana sebagian tubuh Felix terdapat bekas memerah.
“Ada apa kau kemari?” tanya Felix sambil melihat sekitar. Ia tidak menemukan keberadaan Stefan saat Henry datang menemuinya.
“Apakah kau mencari Stefan?”
Ia tau dari gerak-gerik mata Felix yang kebingungan seperti mencari seseorang.
“Iya aku mencari Stefan. Dimana dia?”
“Dia sepertinya merasakan kutukannya lagi. Ini sudah kedua kalinya Stefan bertemu dengan hantu wanita itu, dan badannya mulai merasa melemah.”
“Kenapa kau tidak membawanya kesini hah??, jika Stefan tinggal disini, ia tidak akan merasakan kutukannya lagi. Kau juga tidak becus menjaga teman mu sendiri!!” bentak Felix sambil mencengkram kerah baju Henry. Ia berniat ingin memukul wajah Henry habis-habisan, namun masih Felix tahan rasa emosinya.
“Maaf...maafkan aku. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaganya.” jawab Henry yang sedikit ketakutan melihat Felix marah.
“Kau akan menolongnya, kan?” sambung Henry.
“Tentu saja aku akan menolongnya.” jawab Felix sambil melepaskan cengkeramannya.
Felix melangkah masuk ke dalam rumahnya untuk mencari sesuatu. Lalu kembali lagi ke hadapan Henry dengan membawa botol kecil.
“Ini. Ciprat-kan air mantra ini ke badan Stefan. Air ini dapat menyembuhkannya, tapi sebagai gantinya akulah yang akan merasakan kutukannya.”
“Kau yakin mau menanggung imbasnya?”
“Ya, aku mau menanggung imbasnya. Sudah cepat kau pergi saja sana dan sembuhkan Stefan.”
Tanpa banyak bicara, Henry langsung pergi dari rumah Felix dan memasuki mobilnya.
Setibanya dirumah ia masuk ke kamar dengan terburu-buru.
“Stefan, bangunlah.”
ia menemui Stefan yang tertidur dengan lelap. Beberapa kali ia berusaha membangunkannya dan akhirnya Stefan membuka matanya.
“Hmm, kau sudah datang rupanya. Dari mana saja?” tanya Stefan dengan lemas.
“Aku membawakan mu obat penawar kutukan, sebentar lagi kau akan sembuh.” jawab Henry, lalu mencipratkan air mantra itu ke badan Stefan.
Tak menunggu beberapa lama, badannya mulai pulih. Dengan perlahan Stefan mencoba untuk berdiri.
“Henry aku sudah sembuh, sekarang aku tidak merasa lemah lagi.” ucapnya dengan senang.
Saking senangnya, ia mulai menggerakkan badannya dengan lincah.
“Syukur lah, aku merasa lega melihatnya.” jawab Henry dengan senyum bahagia.
“Terima kasih...terima kasih sudah mencarikan obat penawar untuk ku.”
Di dalam benaknya, ia merasa tidak enak karena sudah merepotkan temannya.
“Sudah lah jangan berterima kasih kepadaku. Aku ini temanmu, jadi wajar saja jika aku menolong mu ketika dalam kesusahan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments