TLE 13

Camelia menggosok bokongnya yang sakit.

"Aku baru saja berterima kasih. Apa dia tuli? Apa begini cara Klan Agrios menyambut niat baik seseorang?" Camelia berdiri untuk menyusul. Kelimpahan energi yang baru ia rasakan membuatnya melupakan rasa sakitnya. "Baiklah, kalau kau marah karena aku menyembunyikan sesuatu maka aku akan menjelas—"

Camelia baru saja ingin menyampaikan niatnya, tetapi mulutnya tiba-tiba dibungkam oleh tangan Gerald. Pria itu secara tak terduga berbalik. Gerakannya terlalu cepat, saat Camelia sadar ia sudah ditarik memasuki ruangan lain.

Sebuah kamar.

Tangan Gerald masih setia mendarat di mulut Camelia. Sementara tubuh wanita itu dihimpit ke dinding.

Camelia menatap wajah sang pelaku. Gerald terus melihat ke pintu. Camelia akhirnya paham saat derit pintu terbuka terdengar. Seseorang baru saja memasuki rumah Nory. Camelia tidak buru-buru protes. Ia bertanya-tanya siapa yang coba si kucing ini hindari? Lalu ingatannya berhenti pada seseorang.

Pria yang dia awasi kemarin?

Camelia meluruskan wajahnya saat Gerald tiba-tiba menoleh. Jarak di antara mereka hampir tidak ada. Dengan sedekat ini Camelia baru menyadari warna amber pada mata Gerald. Iris dengan perpaduan warna kuning keemasan, serta warna coklat itu seharusnya memesona. Namun, Camelia yang terbiasa terpukau dengan iris mata setiap kucing yang ia temui, hanya memaklumi dan membatin, rupanya warna mata kucing versi manusia lebih menarik.

Pandangan Camelia masih terpaku di sana. Gerald menempelkan telunjuk ke bibirnya, isyarat agar tetap diam. Entah kenapa satu gerakan itu mampu membuat Camelia tertegun.

Walaupun belum sering bertemu, ini pertama kalinya Camelia melihat ekspresi tenang di wajah Gerald. Tidak ada jejak dingin. Pemandangan itu membuat Camelia ingin menyangkal pikiran sebelumnya; iris mata itu hanya sebagian kecil dari kata memesona yang ia sematkan. Namun, seluruh wajah itu adalah yang paling pantas menyandang kata indah sesungguhnya.

Camelia tersadar ketika tangan Gerald bersama seluruh tubuh itu sudah menjauh.

"Dia sudah pergi?" Camelia langsung bertanya tetapi Gerald hanya bertingkah seolah tidak mengerti ucapannya. Ia malah pergi meninggalkan Camelia.

"Tunggu!" Camelia bersuara setelah beberapa saat. Ia menyusul. Langkah Camelia berhenti mendadak saat menemukan Gerald menghadangnya di depan pintu. Karena jarak yang ada, Camelia terlambat menarik rem di kaki hingga tubuhnya membentur pria di depannya. Gerald yang juga tidak siap langsung hilang keseimbangan. Keduanya hanya bisa pasrah saat tubuh-tubuh itu jatuh saling tindih dengan Camelia berada di atas.

Cara ia jatuh saja seharusnya sudah memalukan, tetapi Camelia semakin terguncang saat merasakan sesuatu menahan wajahnya. Camelia langsung ingin mengumpat saat melihat jari-jari berisi itu memenuhi wajahnya.

Telapak tangan sialan! Wajahku sudah kehilangan harga!

Camelia menepis itu dengan marah. Namun, baru saja ingin meluapkan emosi, Camelia mematung di posisinya saat melihat Gerald di bawah sana sudah memejamkan mata. Refleks Camelia memeriksa kepala pria itu.

"Apa otaknya pecah? Benturannya tidak terlalu keras, 'kan?" Hanya saat merasakan tempurung kepala itu masih utuh, Camelia menghela napas lega.

Ia lalu kembali tertegun saat melihat ada pendar putih yang berkilau dari dada Gerald. Saat cahayanya mulai redup Camelia baru menyadari ada liontin di sana.

Alis Camelia mengerut. Ia bergumam, "kenapa kalungnya bersinar?"

...•••••...

Gerald tidak terbiasa berdekatan dengan wanita. Namun, Camelia sudah memutus prinsip itu beberapa kali. Ia bahkan tidak pernah membayangkan akan berada dalam posisi seintim ini dengan wanita asing. Walaupun begitu, Gerald akan memuji tangannya karena berhasil melakukan penyelamatan terakhir.

Syok. Tentu saja. Gerald yakin sudah akan melakukan usaha lebih lanjut untuk mendorong tubuh wanita di atasnya, tetapi sensasi aneh saat telapak tangannya yang lain menyentuh lantai membuat ia tersentak dan langsung melupakan apa yang terjadi. Hal terakhir yang Gerald rasakan adalah sensasi kejut listrik menyerang seluruh tubuhnya lalu gambaran adegan dengan suasana lain mengisi kepalanya.

Masih pada tempat yang sama, tetapi posisi Gerald sudah berubah di atas. Gerald tidak ingat sejak kapan, tetapi ada wanita di bawahnya dan yang mengherankan wajah itu jauh berbeda dengan wanita yang sebelumnya ada. Gerald tidak mengenali siapa wanita ini. Mereka orang yang berbeda.

Gerald yakin tidak melakukan apa-apa namun dalam pandangannya saat ini pakaian wanita di bawahnya perlahan-lahan mulai terbuka. Gerald semakin terkejut saat wanita itu mulai memberontak bahkan sudah menumpahkan air mata.

Gerald berusaha menggerakkan tubuh tetapi seolah ini bukan miliknya, seolah ia hanya menumpang, Gerald hanya menonton tanpa bisa melakukan apa pun.

Setelah memaksakan seluruh tenaganya dan sadar itu hanya sia-sia langkah terakhir yang Gerald ambil adalah menutup penglihatannya.

Semuanya menjadi gelap dalam sekejab. Lalu sebuah suara samar menggema di pikirannya. Gerald tiba-tiba tersentak saat kesadarannya perlahan mulai kembali.

"Hei ... bangun."

Pikiran dan mata Gerald masih menyesuaikan sekitar sementara paru-parunya berusaha meraup udara. Tekanan rasa syok membuat ia lambat mencerna situasi.

"Apa yang terjadi? Lihat ... kalungmu bercahaya lagi."

Hanya saat mendengar Camelia bersuara, kesadaran Gerald sepenuhnya kembali. Ia dengan cepat bergerak mundur dan tanpa menunggu lagi segera berdiri untuk keluar dari sana.

Camelia yang ditinggalkan seketika kebingungan, " Apa aku baru saja menakutinya?"

...•••••...

Di rumah Aletta; tanah paling ujung kediaman amagine yang berbatasan langsung dengan Hutan Forst, Camelia sedang berbaring di kursi panjang. Suara latar dari keluhan Aletta sesekali mencuri fokusnya.

"Kenapa aku jadi mudah sekali mengantuk?" Seperti biasa Aletta sedang berkutat dengan kerjaannya yang ia bawa dari Pyrgos. "... apa lagi saat siang hari, sekarang bahkan kepalaku ikut sakit."

"Menara alkemis tidak diperuntukkan pada orang lemah sepertimu. Jangan terlalu heran." Camelia kembali fokus pada langit-langit rumah setelah membuang ucapan itu.

Beruntungnya kali ini Aletta cukup bijaksana dalam menanggapi sehingga tidak terdengar intonasi meninggi. "Jadi apa itu alasan Tuan August terus menyarankan agar aku meminum pil buatannya?"

"Aku tidak tahu ada hal seperti itu." Camelia menanggapi. "...tapi memang seharusnya sebagai amagine tubuhmu akan terdampak jika seharian di sana."

Aletta yang terlihat lesu wajahnya berubah sedikit lebih hidup. "Oh jadi karna itu." Aletta mencerna ucapan Camelia. "Mauren seorang wizard ... Fiola walaupun hanya memiliki sedikit darah Klan Agrios tapi dia juga bukan seutuhnya seorang amagine. Para pekerja lain ... Oh jadi itu alasannya kenapa Tuan August hanya memberikan obat itu padaku karena hanya aku yang bertubuh lemah?''

Seketika Aletta kembali lesu. Membaringkan kepalanya di meja, ia melanjutkan, "apa aku keluar saja?"

Camelia bangkit dan mengambil posisi duduk. Ia seperti akan menanggapi ucapan Aletta, tetapi yang keluar berikutnya malah hal berbeda.

"Alett, apa menurutmu si Tua Malfoy itu orang baik?"

"Ya dia orang baik." Aletta menjawab spontan, tetapi setelah berpikir lagi ia tiba-tiba bangkit. Suaranya naik satu oktaf. "Bicara yang benar. Ada apa antara kau dan Tuan Malfoy?"

Camelia tidak menghiraukan nada menuduh itu, pikirannya sedang berjalan lalu dalam sekejap ia kembali bertanya. "Kau kenal pria yang selalu mengikutinya?"

Suara gebrakan meja tiba-tiba terdengar.

"Kenapa kau menyebutkan terlalu banyak pria? Urusanmu dengan Tuan Malfoy sudah selesai?"

"Belum."

Aletta memejamkan mata sesaat lalu mengembuskan napas. "Dengar. Aku tidak ingin mengurusi urusanmu, tapi tidak baik mengencani banyak pria dalam satu waktu. Lagi pula cobalah mencari pria yang seusia denganmu. Kenapa kau mengantongi pria-pria tua?"

Camelia menoleh dengan wajah datarnya. Padahal ia masih punya satu pertanyaan tentang kalung yang bisa bersinar. Namun, mendengar ucapan temannya ini, ia kehilangan minat.

"Istirahat." Camelia mengibaskan tangannya. "... pergi istirahat, sepertinya kau butuh tidur."

...••••••...

Tirian baru mencapai pintu untuk memasuki kamarnya ketika merasakan aura seseorang. Dari senyuman yang tiba-tiba mengembang itu, sepertinya sosok ini adalah orang penting.

"Rupanya kau masih ingat untuk pulang." Tirian melihat sosok itu berbalik dan membalas senyumannya. "...Apa pencarianmu sudah membuahkan hasil, Gerald?"

"Kakak tidak senang aku kembali?"

Tirian terkekeh sebelum akhirnya duduk di sofa yang tersedia. "Siapa yang tidak merindukan keluarganya? Tentu saja aku senang." Setelah membiarkan Gerald duduk di seberangnya ia melanjutkan, "jadi ke mana perginya Alaric tiap kali dia meninggalkan Elwood?"

"Troas. Aku menemukan dia berkeliaran di sana. Dia mengikuti seorang pria bernama Malfoy."

"Malfoy?" Nama itu terdengar asing di telinga Tirian.

Gerald menunjukkan kerutan yang sama di dahinya. "Aku tidak yakin siapa yang dia ikuti, tapi ada anak perempuan setiap aku melihatnya."

"Mn, apa yang sebenarnya dia cari?"

Gerald mempertanyakan itu juga di kepalanya. Namun, saat teringat peristiwa aneh di rumah Nory, ia menatap Tirian untuk bertanya.

"Kakak, tentang kekuatanmu yang bisa membaca pikiran orang lain, bagaimana kau mewujudkannya?"

Tirian menoleh untuk balas melihatnya. Tidak biasanya Gerald mempertanyakan hal ini. "Dengan bersentuhan fisik. Kenapa?"

"Aku tiba-tiba bisa melihat adegan yang—" Gerald tidak sanggup menyebutnya. "...tidak seharusnya aku lihat. Tapi aku tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi."

Di Klan Agrios, ukuran kekuatan di lihat dari seberapa buas wujud asli seseorang. Kenan sang pemimpin klan dengan wujud beruang, memiliki fisik kuat yang tak terbendung sebagai kekuatannya. Tirian, yang orang-orang ketahui ia dapat membaca pikiran orang lain dengan menyentuh salah satu anggota tubuhnya. Semua bervariasi mengikuti wujud asalnya.

Namun, berbeda dengan Gerald. Ia hanya bisa mengandalkan kekuatan fisik dasar tanpa bisa berkembang. Lalu saat tiba-tiba ia bisa melihat gambaran ingatan yang belum pernah ia lihat. Bukankah ini mengherankan?

"Bagaimana itu tepatnya?" Tirian memastikan.

Gerald mencoba berpikir, tapi hanya berakhir dengan gelengan. "Aku tidak tahu."

Tirian memicu pikirannya. "Apa mungkin kau melihat sesuatu yang sudah terjadi atau mungkin masa depan?"

Gerald tidak yakin tentang ini karena tidak pernah terjadi sebelumnya. Namun, ucapan Tirian bisa dibenarkan.

"Kau sendiri tahu, aku harimau dan kau serigala, bahwa kita tidak benar-benar bersaudara. Jadi aku tidak tahu bagaimana kekuatanmu akan berkembang."

Tirian menatap ke kejauhan dan melanjutkan, "Tapi aku pernah mendengar seseorang dengan kekuatan seperti itu."

Melihat Tirian yang terdiam, Gerald mengerutkan alis. "Siapa?"

Tirian tiba-tiba tersenyum.

"Dia alpha dari klan kalian di masa lalu. Dia Alpha Samuel pemimpin Golden Light Moon Pack. Dia bisa melihat kenangan apa pun dengan menyentuh apa yang ingin dia lihat."

Entah kenapa Gerald merasa tidak baik tentang ini, jadi dia berusaha menghindari tatapan Tirian. Namun, sang kakak angkat mendeteksi pergerakannya dengan baik. "Bukankah ini masuk akal?" Kekehan yang familier keluar dari mulutnya. "Haruskah aku membenarkan dugaan orang-orang bahwa kau reinkarnasi Alpha Samuel?"

"Jangan mengejekku." Gerald masih enggan menatapnya. "Bagaimana aku bisa disamakan dengannya."

Karena paham Gerald telah sampai pada batasnya, Tirian menghentikan candaannya.

"Padahal aku tidak sedang mengejek." Ekspresi pria itu berubah saat mengucapkan hal berikutnya. "karena kau sudah beberapa kali berkunjung di sana, bagaimana menurut dengan wanita-wanita Troas?"

Hanya mendengar dua kata terakhir, Gerald memikirkan satu orang. Tanpa ragu ia berkata, "Buruk."

Tirian sampai memiringkan kepala untuk menilik keseriusan Gerald. Alisnya terangkat sebelah. "Sungguh?"

Pikiran Tirian berkelana pada pertemuannya dengan seseorang. Lengkungan di sudut bibirnya semakin melebar saat ia berkata, "Tapi aku tidak berpikir begitu."

...•...

...•...

...•...

Dear pembaca tercintahhh, tolong bantu author untuk menemukan typo yang bertebaran yaw^^

p.s. update dua hari sekali demi kewarasan otak ini (⁠ ⁠ꈍ⁠ᴗ⁠ꈍ⁠)

Terpopuler

Comments

Apidut

Apidut

i'm back gengs

2023-08-01

0

Little Dream

Little Dream

Semangat kak! aku tunggu kelanjutannya😘 sehat sehat ya

2023-04-07

1

Little Dream

Little Dream

Yahhh rival nih, jadi rival.
entar jadi musuh gak ya. aku gak tega kalau kakak adek jadi musuh karena rebutan cinta.

2023-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!