TLE 18

Di aula pertemuan istana, Ratu Serafina tersenyum memandang orang-orang di sekitar. Setelah helaan napas terdengar, ia mengangkat kepala untuk berkata kepada semua orang.

"Kalian sudah bekerja keras. Kerajaan akan mengadili pelakunya. Kalian tidak harus memikirkan yang tidak perlu. Silahkan nikmati waktu istirahat kalian. Aku akan mengirim surat kepada pemimpin Klan Agrios, bagaimana pun mereka sudah disalahpahami."

Aron mungkin satu-satunya di sana yang terlihat bingung. Kasus ini awalnya begitu menakutkan, tetapi hanya dalam beberapa hari sudah berakhir seperti ini. Ia menoleh untuk menatap Ramos, sebelum memandang gelisah ke arah pintu.

"Kita harus berterima kasih kepada Panglima, berkat dirinya kasus ini segera terkuak." Seorang kesatria yang duduk tidak jauh dari Aron berkomentar. "Tapi apa motif dibalik kejahatan orang ini? Lalu korbannya—"

Mendengar pujian itu Ramos awalnya hanya menunduk sebagai reaksi, tetapi kemudian dengan cepat memotong. "Ratu sudah mengatakan. Kita hanya cukup lega pelakunya sudah tertangkap. Hal-hal berikutnya bukan tanggung jawab kalian. Biarkan kerajaan yang mengurus."

Intonasi itu terdengar dingin. Kesatria yang terakhir berbicara bahkan sudah mengutuk dirinya sendiri karena berani bersuara. Namun, sosok di kursi paling belakang yang tertidur dengan tangan di kepala tampak tidak setuju.

Ia mungkin lupa kalau sejauh ini ada kasus yang berbeda, tapi wajahnya sedikit kesal saat ia berkata kepada dirinya sendiri, "Tidak ada surat untukku? Aku juga telah disalahpahami."

Hanya ketika udara lewat di depan wajahnya dan merasakan kehadiran seseorang Ragash tersenyum penuh arti.

"Sungguh kami tidak bisa tahu lebih jauh?" Suara itu berasal dari pintu masuk menggema ke seluruh ruangan mengiringi langkahnya yang masuk semakin dalam.

Ragash langsung bangun dari posisi tidurnya. Ia yang sudah merasa bosan sejak tadi bahkan menyesali kehadiranya di ruangan ini, kini mulai tersenyum penuh minat. Ia bergumam, "Apa pengacau kecil ini akan menyajikan tontonan menarik?"

Begitu langkah Camelia sampai di tengah, ia menunduk sebentar pada Ratu Serafina sebelum beralih ke sekitar. "Maaf Yang Mulia, aku terlambat. Sepertinya kalian sudah sampai pada kesimpulan akhir, tapi aku masih memiliki pertanyaan." Pandangan wanita itu menyapu satu persatu wajah para kesatria untuk waktu yang singkat. Saat tatapannya bertemu dengan Ramos, ia berkata, "siapa di sini yang sudah mencapai wizard vors?"

Dyo, vors dan ars adalah tingkatan kekuatan seorang penyihir khususnya wizard. Berbeda dengan alkemis yang mengandalkan ramuan sebagai kekuatan, seorang wizard memiliki kemampuan dasar untuk mengendalikan udara guna membuat benda atau apa pun yang diinginkan bergerak sesuai kehendaknya. Singkatnya itu bisa disebut kemampuan dasar yang sudah pasti ada. Umumnya seorang wizard biasa menggunakan ini untuk mempermudah aktivitas sehari-hari.

Dyo berada ditingkat kedua dalam tahapan ini. Tingkatkan yang sudah pasti dikuasai oleh seorang kesatria. Wizard yang sudah mencapai dyo akan mampu mengendalikan udara tetapi dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk menyerang atau pun sebagi media pengendali air.

Sementara vors adalah tingkat empat yang tidak hanya bisa mengendalikan udara ataupun air secara langsung, tetapi seorang vors mampu menahan bobot tanah sehingga bisa mengendalikannya. Sejauh ini hanya Aron yang mampu berada di tahap itu.

Untuk tingkat yang paling tinggi adalah ars, tingkat enam.

Selain meena, sejatinya tubuh memiliki situasi panas dan dingin serta terdapat fluida alami yang mengalir ke seluruh tubuh. Seorang ars mampu mengontrol ketiga unsur ini menjadi elemen kekuatan. Inilah kenapa wizard ars disebut tingkat paling atas karena mampu mengendalikan elemen sekalipun di dalam ruang hampa. Yang mana kekuatan yang dikeluarkan tidak lain adalah manifestasi dari apa yang ada di dalam tubuh.

Esensi dingin menghadirkan es, panas menghadirkan api sedangkan fluida adalah wujud air. Lalu gabungan metabolik dari ketiganya adalah padatan yang berupa tanah.

Dari pertarungannya hari itu dengan pria bertopeng juga melihat teknik bela diri yang digunakan, Camelia tahu sosok itu adalah orang dalam. Berdasarkan pengalaman itu lalu dihadapkan dengan situasi yang tiba-tiba seperti ini, Camelia tidak bisa tidak merasa curiga. Apakah ada musuh dalam selimut?

Sayangnya Aron mengecewakannya dengan mengangkat tangan. "Aku," katanya. "Aku seorang wizard vors."

Namun, Camelia tidak mengharapkan itu. Aron bukan orang yang mungkin mencelakainya. Jadi ia didiskualifikasi dari tuduhan ini.

"Ada yang lain?"

Melihat tingkah Camelia, Ratu Serafina lantas bertanya, "Apa maksud dari tindakanmu ini?"

Camelia mengembuskan napas. "Belum lama ini aku diserang oleh seseorang yang bisa mengendalikan tanah. Yang mengejutkan dia menguasai teknik bela diri yang kerajaan ajarkan. Apa aku salah untuk curiga?"

Raut para kesatria menjadi sulit diartikan. Satu yang pasti, hanya kesatria dari ras amagine yang merasa aman. Sementara sisanya yang merasa tidak melakukan, hanya membela diri dalam diam. Namun, Ramos tiba-tiba bangkit dari kursinya.

"Apa pantas kau menuduh kesatria kerajaan? Atau kau sedang mengarang cerita?"

Camelia menoleh, menaikkan alisnya sebelah. "Kenapa panglima kita yang seorang amagine begitu gelisah? Ah aku jadi berpikiran buruk.''

Tidak menunjukkan raut tersinggung, Ramos malah menghadap Ratu Serafina.

"Yang Mulia, apakah terlalu lama di luar membuat keponakan Anda kehilangan moral? Apakah aku harus mencarikan guru khusus agar kemanusiaannya kembali? Ia tidak memiliki rasa hormat."

"Woah." Ragash yang masih di belakang melebarkan senyum. Menyaksikan semua ini membuat kebosanannya hilang seluruhnya.

Sementara vampir itu merasa terhibur, sebaliknya para kesatria tak terkecuali Aron menampakkan raut terkejut. Ramos adalah pribadi yang tenang, ia tidak pernah menampakkan emosi berlebihan. Saat ini, kendati wajah itu tampak datar, kalimat yang ia keluarkan bukanlah sesuatu yang pantas dikatakan.

"Mmm." Camelia menunduk lalu terkekeh.

"Sepertinya panglima kita sangat berkerja keras akhir-akhir ini. Aku hanya bertanya, tapi pertanyaanku yang sederhana sudah mampu membuat urat-urat di dahinya membengkak? Ngomong-ngomong aku punya rekomendasi tempat jika kau ingin menjernihkan pikiran, hm?"

"Uh, sangat tepat sasaran." Ragash masih menjadi penonton setia. Matanya berbinar melihat buku-buku jari Ramos yang mengeras.

"Hentikan!" Ratu Serafina memijat pelipisnya. "Camelia kau jangan menambah masalah."

"Apa keluhanku tidak berarti apa-apa? Aku mengatakan yang sesungguhnya."

Pada saat ini Camelia mulai berubah serius. Namun, jawaban seseorang berikutnya begitu tak terduga.

"Lepas jabatanmu dan bergabung dengan penduduk biasa jika kau hanya pandai mengeluh."

Camelia melipat lidah dan menyipitkan mata sebagai reaksi dari ucapan Ramos itu. Namun, sesaat kemudian, ia meraih belati seorang kesatria yang tersampir di pinggang yang tidak jauh darinya. Tanpa mengambil jeda sedikit pun, belati itu sudah terbang melintas tepat di sebelah telinga Ramos sebelum akhirnya menancap di dinding.

"Camelia!"

Sang pelaku hanya memasang ekspresi bingung. "Ah maaf, tanganku tergelincir."

...••••••...

Camelia langsung pergi siang itu. Ia tidak berbalik bahkan ketika suara Ratu Serafina kian meninggi memanggilnya. Camelia benar-benar merasa muak. Sisa waktunya ia habiskan dengan memandang danau yang ada di Hutan Forst, merenungi semua hal yang terjadi sebagai bualan.

"Baiklah dunia sedang bercanda...."

Ucapan itu terdengar menggantung, tetapi setelahnya tidak ada lagi suara yang keluar. Wanita di bibir danau itu memandang pergantian siang dan malam dalam diam.

Di malam yang dingin itu ia hanya bergantung pada sehelai jubahnya, tetapi dengan egois menahan diri untuk tidak pergi. Hanya ketika bulan telah muncul di atas sana, ia baru beranjak untuk pulang.

Salah satu kamar di rumah Aletta telah menjadi saksi saat itu bahwa di penghujung malam yang panjang wanita yang terlalu lama merenung kembali menemukan sebuah tekad; ia akan datang sendiri untuk membuka mulut pelakunya. Memaksa penjahat itu bicara mengapa ia harus bertindak keji? Dan yang paling penting ia harus mempertanyakan bagaimana semudah itu ia menyerah sebelum Camelia menemukannya sendiri?

Maka di sinilah wanita itu sekarang, masuk melalui gerbang belakang untuk menuju penjara bawah tanah. Tangga yang kering dan kasar terlalu asing untuk sepatunya. Di sana gelap, hanya ditemukan beberapa obor yang cahayanya mulai redup.

Pijakannya meninggalkan gema yang bersahutan. Aroma logam dan karat memenuhi penghidunya begitu jeruji besi yang kosong masuk dalam bidang pandangnya. Tempat ini bahkan masih disebut penjara setelah sudah tidak pernah digunakan?

Penjahat yang beruntung, gunakan ini untuk dirimu sendiri.

Sampai di sini, ia telah menemukan keanehan.

"Ada seorang tahanan tapi tidak ada yang berjaga? Apakah panglima tempramen itu benar-benar mengambil jatah cutinya bahkan mengistirahatkan semua anggotanya?"

Ia sudah melewatkan beberapa sel, tapi belum menemukan sosok tahanan yang disebutkan. Hanya sampai pada ruang terakhir, Camelia melihat seseorang berbaring menghadap dinding.

Mata Camelia menyipit beberapa saat, sebelum akhirnya ia menghunus pedangnya untuk memutus rantai sel. Bunyi besi yang keras telah menciptakan gema yang kuat, tapi sosok yang berbaring tampak tidak terusik.

Camelia menyeringai. "Kau terlalu lelah menjadi penjahat sampai menjadikan penjara sebagai tempat istirahatmu?"

Sebenarnya Camelia sudah memiliki pemikiran buruk tentang ini, jadi begitu ia sampai di dekat tubuh itu, ia hanya menyentuh lehernya untuk memeriksa sesuatu. Ia tiba-tiba terkekeh, tetapi sejurus kemudian raut wajahnya menunjukkan kemarahan.

"Setidaknya mereka harus mengubur mayatnya!"

...••••••...

Rasa kesal menumpuk di dada Camelia saat memasuki istana dengan tangan mengepal.

Pelakunya sudah menjadi mayat apa lagi yang bisa dilakukan?

Camelia jelas marah, tubuh itu bahkan tidak ditemukan memar ataupun luka penyiksaan, tetapi ia sudah kehilangan nyawa begitu saja?

Jadi ia berniat untuk meluapkan semua emosinya pada orang yang tepat. Namun, baru saja ia sampai di pintu ruangan Ratu Serafina, ia mendengar suara seorang pria dari dalam sana.

"Kau mengatakan sebuah penawar?" Suara sang ratu terdengar bingung.

"Benar. Dengan peristiwa hilangnya nyawa beberapa amagine secara tiba-tiba tanpa gejala tertentu, tidak ada yang bisa dilakukan selain melakukan pencegahan. Aku membuat sebuah penawar yang berguna untuk menjaga kekebalan tubuh. Kita tidak tahu penyebabnya apa karena struktur alam terlalu kompleks untuk dimengerti."

Untuk yang satu ini, Camelia mengenali suara itu sebagai milik sang kepala menara, August.

Sebuah penawar?

Seolah ada racun yang mencemari udara dan August begitu jeli menangkap itu sehingga ia bahkan sudah menyiapkan penawarnya?

Itu sangat bagus tentu saja. Namun, entah kenapa pikiran buruk Camelia seolah telah menancap secara permanen, ia memandang buruk pada niat baik pria itu. Lalu ingatannya mengembara pada ucapan Aletta tentang pil obat yang ia konsumsi yang juga berasal dari Tuan August. Semakin dipikirkan, matanya semakin menyipit.

"Sedang tidak ada kecurangan, kan di sini?

...•••••...

Terpopuler

Comments

Little Dream

Little Dream

Good job Camelia!!!

Ini baru savage😎

2023-04-19

1

Little Dream

Little Dream

Kurang ajar bat nih orang.

2023-04-19

1

Little Dream

Little Dream

Ragash aku fans kamu 😍

2023-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!