Diarak ke alun-alun kota lalu dihukum mati? Penjara seumur hidup? Dipenggal? Digantung di tengah-tengah kota?
Melewati kawasan umum, Camelia sedang melamun di atas kuda ketika pikirannya mengembara memikirkan ganjaran apa yang akan diterima jika pelaku penculikan itu sudah tertangkap nanti. Agak berlebihan memang memikirkan itu sekarang, tetapi Camelia tetap menikmatinya. Seolah yakin penjahatnya akan tetangkap tidak peduli sepandai apa pun ia bersembunyi.
Sejak kemarin, walaupun tidak dinobatkan secara resmi, Camelia sudah menganggap dirinya sebagai seorang yang sedang mengemban tugas khusus. Garnisun istana selalu dilepas tanpa terekspos. Jadi tanpa pengakuan pihak mana pun selain kerajaan atau bahkan ratu sendiri, para kesatria pilihan tersebut sudah bisa berangkat menjalankan tugas.
Camelia sendiri mungkin agak berbeda. Selain tidak ada yang tahu keterlibatannya sebagai garnisun, ia secara tidak langsung mengambil paksa hak Ratu Serafina untuk memberi izin. Seandainya hari ini Ramos dan beberapa anggotanya akan dilantik secara resmi. Camelia tidak akan membuang waktunya untuk bersikap iri, karena ia memang tidak peduli.
Camelia hanya berpikir banyak kesatria penjaga yang tersebar di seluruh Zoeearth. Hal ini tidak ada bedanya. Siapa pun bisa menjadi pengamat, siapa pun punya hak untuk mengungkap kebenaran. Namun, karena harus mengikuti mekanisme yang ada, maka tidak apa-apa untuk mengemis sedikit pengakuan.
Identitas Camelia sebagai keluarga kerajaan tidak banyak diketahui. Saat remaja ia tumbuh sebagai seorang pejuang bersama kesatria lain. Jadi berjalan tanpa arah seperti ini, orang-orang tidak akan menganggap keberadaanya sebagai sesuatu yang mengusik.
Tadinya Camelia hendak menemui Lea, ingin memamerkan status barunya sebagai orang yang lebih sibuk sehingga temannya itu tidak perlu bertanya-tanya andai nanti Camelia jarang berkunjung. Namun, karena tidak menemukan Lea di rumahnya, Camelia memutuskan untuk terus berjalan.
Ia memasuki kediaman para amagine. Warna hijau daun yang jarang ia lihat memenuhi area ini.
Camelia telah mendengar kabar tentang penculikan. Ia memaklumi ketika mengetahui kalau kemalangan itu menimpa ras sejenis dirinya. Kejahatan memang selalu menindas yang lemah. Ia jadi penasaran apa yang bisa ia lakukan sebagai seorang amagine. Katakanlah pelakunya adalah makhluk malam yang ternyata sangat kuat, apakah pedang anti sihirnya mampu mengatasi itu?
Camelia tidak akan tahu jawabannya jika tidak mencobanya langsung. Tentu saja.
Ia masuk lebih dalam, ketika sampai pada area yang cukup ramai, Camelia memutuskan untuk berjalan kaki. Ia mengikat kudanya pada pohon terdekat.
Sebagai populasi yang minim di Troas, tidak sulit untuk menghitung berapa rumah yang ada di area ini. Dengan kondisi demikian agak mengherankan ketika ada salah satu penduduk yang hilang lalu tidak ada yang menyadari. Hanya dengan melihat langsung, Camelia akhirnya menjadi paham setelah mengingat keadaan rumah-rumah di sini. Dari satu rumah ke rumah lainnya terlalu berjarak. Jika didukung dengan tidak adanya hubungan harmonis yang terjalin maka pantaslah mereka terlambat atau bahkan melupakan hilangnya keberadaan satu dua orang di antara mereka.
Saat masih kebingungan akan melangkah ke arah mana untuk mencapai tempat kejadian, fokus Camelia teralihkan melihat seseorang memakai penutup kepala lewat beberapa meter di depannya. Sosok itu berbelok pada salah satu lorong kecil. Tentu saja hal ini mengundang keingintahuan yang tinggi. Tanpa menunggu udara yang ia hirup berembus, Camelia langsung menyusul ke sana.
Pengalaman sebagai kesatria penjaga membuat Camelia merasa tidak asing dengan setiap sudut jalanan di Troas juga beberapa kota yang pernah ia kunjungi. Lorong yang ia terlusuri ini akan membawa mereka pada bukaan yang ditemukan rumah-rumah dengan luas ukuran kecil, tapi ada sebuah restoran yang cukup populer di tengah-tengah.
Tiba di ujung lorong, Camelia tidak lagi menemukan presensi orang itu. Jalanan yang menuju ke arah restoran ramai akan pelanggan yang masuk dan keluar. Tiga meter di depannya, dua orang kesatria penjaga sedang berpatroli. Itu adalah jalan yang akan Camelia ambil jika ia berjalan lurus. Namun, mengingat penampilan pria tadi, ia seharusnya akan dicegat jika melewatinya. Jadi Camelia berpikir orang yang ia cari tidak ada di sana, ia lalu mengambil arah lain . Baru saja Camelia berbaur dengan para pejalan kaki, seseorang menyenggolnya dari depan.
Alis Camelia terangkat. Insiden itu tidak membuat siapa pun terjatuh. Namun, sikap pria itu yang terus berjalan bahkan tanpa mengucapkan permohonan maaf membuat Camelia sedikit terusik. Camelia berbalik untuk melihat ke mana arah pria itu pergi. Lalu ia melihat restoran besar di depan.
"Apa dia sangat lapar sampai sangat terburu-buru?"
Karena tidak punya kepastian, Camelia memutuskan untuk ikut masuk ke sana. Setidaknya ia perlu mengisi perutnya yang kosong. Sebelum ia melangkah, Camelia mengambil sesuatu dari tasnya, sebuah jubah maron. Camelia memerlukan penutup kepala untuk tidak terlalu mengekspos keberadaannya.
...••••...
Rumor kepopuleran restoran terbesar di kompleks amagine ternyata benar. Camelia bahkan hanya mendapatkan satu meja kosong yang berada di salah satu sudut ruangan dekat pintu masuk. Camelia duduk dan menilai sekitar. Ia tidak langsung memesan.
Hal yang mengejutkan adalah ketika Camelia mengangkat kepalanya ke depan, ia akhirnya menemukan sosok yang ia cari. Pria dengan penutup kelapa di ujung sana ... tampak tidak asing.
Setelah melihat lagi, Camelia tiba-tiba terkekeh. "Oh si kucing besar? Apa yang dia lakukan di sini?"
Camelia menoleh untuk mengikuti arah pandang pria bertudung yang ternyata adalah si kucing besar yang pernah ia temui— masih sebagai kucing, Gerald yang malang. Hal tak terduga arah pandang itu membawa Camelia menemukan pria yang baru saja berpapasan dengannya sebelumnya duduk di sudut seberang di sampingnya. Sementara meja di depan pria itu diisi oleh orang yang juga ia kenal.
"Tuan Malfoy dan ...." Entah takdir atau kebetulan, kenapa Camelia jadi sering bertemu dengan anak pemilik replika witchstone? "Apa ini tuntutan agar aku harus mengembalikan benda itu sekarang?"
Camelia mengabaikan pikirannya lalu memandang ke arah Gerald dan dua meja di sampingnya secara bergantian lalu berakhir menatap Gerald lagi. Situasi ini membuat Camelia bingung. "Siapa di antara mereka yang sedang si kucing itu lihat?"
"Kenapa kau berhenti, kau sudah kenyang, Nory?"
Camelia kembali menoleh. Tuan Malfoy yang baru saja berbicara sedang menanyai anak di sampingnya yang ternyata bernama Nory. Bertongka dagu, Camelia mengamati dengan sedikit minat. Sesekali ia melirik pada pria di sudut ruangan. Raut pria itu begitu gelisah terus memandang ke arah meja di depannya.
"Pria ini mengamati Tuan Malfoy atau..." gumaman itu menggantung di udara. Alis Camelia mengerut melihat Nory. Kendati makanan di depannya mewah dan penuh, anak itu terlihat tidak makan dengan baik.
"Baiklah, karena kau sudah kenyang kita akan pergi sekarang."
Melihat keduanya berdiri, Camelia memperbaiki posisi duduknya. Seperti yang diharapkan, begitu Tuan Malfoy dan Nory keluar, pria di belakangnya turut mengekor. Itu dalam jarak aman terkesan sedang tidak mengikuti namun Camelia dapat menangkap maksud tersembunyi itu dengan baik.
"Hubungan macam apa ini?" Camelia mengangkat sebelah alisnya saat melihat Gerald juga sudah berdiri dari tempatnya. Camelia tidak tahu apa yang ada di antara ketiga orang ini, tetapi ketiganya tanpa sengaja telah mencuri minatnya. Saat Gerald lewat di sampingnya, Camelia bahkan sudah melupakan insiden terakhir di hutan dan tanpa ragu berdiri menghadangnya.
"Oops maaf—" Drama pun dimulai. "Oh, bukannya itu kau?" Ekspresi Camelia seolah terkejut, tetapi tangannya secara nyata memegang lengan pihak lain.
Gerald yang terburu-buru melebarkan matanya. Rasa syok menguasai saat menyadari siapa orang di depannya.
Mimpi buruk, refleksnya membatin.
Camelia menarik tangannya hati-hati, "Maaf aku tidak sengaja."
"Minggir."
"Kau mau ke mana?"
"Bukan urusanmu."
Perdebatan itu sejenak teralihkan, saat dua orang pelanggan masuk sembari berbisik. Camelia dan Gerald masih mendengar, keduanya sama-sama menoleh.
"Kau melihat mayatnya? Tak sedikit pun darah di tubuhnya padahal dia baru saja kehilangan nyawa."
"Sungguh? bagaimana bisa? Sayang sekali aku belum sempat melihatnya."
Mendengar ini pandangan Camelia dan Gerald kembali bertemu, tatapan itu memancarkan makna yang masing-masing berbeda. Camelia lalu memutus kecanggungan yang ia akhiri dengan tertawa kecil.
"Maaf mengganggu waktumu." Ia memberi jalan. "Silahkan lewat sini."
Tanpa menghiraukan sosok Gerald yang merasa dicampakkan setelah dipermainkan, Camelia langsung duduk pada kursi dekat pelanggan yang baru masuk dan memasang telinganya di sana.
Seseorang ditemukan mati karena kehilangan darah? Itulah kesimpulan yang ia ambil dari hasil menguping.
Ketika Camelia ingin terjun langsung dalam gosip itu, seorang pelayan pria menginterupsi pergerakannnya.
"Anda ingin makan apa, Nona?"
Benar juga. Ia harus makan.
Baru saja Camelia ingin menyebutkan menu yang ingin ia pesan, rasa kenyang yang entah bagaimana muncul itu menyentaknya ke kenyataan.
Tunggu.
Sejak kapan ia merasa kenyang?
Camelia agak bingung saat menatap pelayan itu lalu berkata, "Sungguh ini aneh, tapi rasa laparku tiba-tiba hilang."
...••••••...
Mengenai rasa kenyang yang datang seperti hantu, Camelia memiliki beberapa opini di kepala. Namun, ia harus mengesampingkan itu sekarang karena harus mengusut kasus yang ada di depan mata.
Siapa sangka pria-pria di restoran tadi tidak hanya membual. Rumah di depannya ini, seseorang baru saja ditemukan tewas di dalam sana. Kerumunan orang berbisik tentang kemungkinan yang terjadi. Camelia belum sempat melihat mayatnya karena sudah diatasi oleh kesatria yang berjaga di sekitar. Namun, Aron yang juga ada di sana sudah cukup memberi kesaksian.
"Kau yakin tidak ada hal yang mencurigakan?"
Aron menggeleng. "Aku dan dua rekanku tiba sesaat setelah terdengar teriakan dari dalam rumah. Mayatnya sudah kaku saat kami tiba."
Melihat kerutan di wajah Camelia, Aron mengangguk dan melanjutkan. "Ya ini memang aneh. Menurut kesaksian istrinya, ia hanya meninggalkan suaminya untuk mandi lalu saat ia kembali suaminya sudah tergeletak tak bernyawa."
Tewas dengan tanpa setetes darah tersisa di tubuh? Ini jelas aneh.
"Jadi suaminya tiba-tiba saja tewas tanpa gejala penyakit dan tidak ada luka apa pun di tubuhnya?"
Aron mengangguk. "Ada lampu fox yang pecah di dekat mayatnya tapi itu tidak melukainya sama sekali."
Tewas karena kehilangan darah? Tanpa penyakit apa pun?
Camelia tidak memiliki asumsi lain. Namun, nama seseorang tiba-tiba melintas di benaknya.
"Lihat wanita itu, bukankah dia yang merayu Tuan Aldwin?"
"Ya kau benar, lihat dia ... dengan wajah itu apa dia pikir dia bisa merebut semua lelaki?"
"Kita harus berhati-hati dia bisa saja merebut suami kita."
Camelia sedang merenung dengan serius ketika mendengar bisikan-bisikan di sampingnya. Hanya dengan mendengar nama Tuan Aldwin disebutkan, Camelia langsung punya firasat buruk tentang ini. Lalu saat melihat Lea sedang mengobrol dengan seseorang di ujung sana, Camelia menoleh untuk melihat seperti apa wajah-wajah para penggosip ini.
Dengan wajah itu kalian berani membicarakan orang lain?! Camelia membatin kesal.
Tidak ingin mendengar ketiga wanita itu mengoceh lagi, Camelia dengan cepat berbalik dan menepuk-nepuk tangannya di udara.
"Kenapa banyak sekali nyamuk di sini." Camelia mengibas-ngibaskan tangannya. "Hush! Hush! Terlalu banyak nyamuk. Aku harus mematahkan mulut-mulut mereka agar tidak memakainya dengan sembarangan!"
Hanya setelah melambaikan tangan dalam sapuan besar hingga nyaris menyentuh ujung hidung orang-orang di depannya, Camelia baru merasa puas dan pergi dari sana.
Makhluk-makhluk tak berguna! batinnya kesal.
Saat Camelia telah menunggangi kudanya kembali, ekspresi di wajahnya baru menunjukkan berubahan. Seulas senyum mengembang saat ia membatin,
Saatnya membuat perhitungan pada orang itu!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Meymei
coba dikehidupan nyata kek gini, gag akan ada org2 yang haus pengakuan 😊
2023-04-30
0
Little Dream
Eh Camelia jangan panggil dia kucing besar nanti dia marah😂
2023-04-03
1