Bab 20 - Bersembunyi

...༻◇༺...

Hari senin telah tiba. Pagi-pagi sekali Reyan sudah datang ke sekolah. Ia juga tak lupa membawa peralatan kamera yang akan dipasangnya bersama Gala dan kawan-kawan. Untuk sementara peralatan itu dia simpan di bagasi mobil.

Namun Reyan dan yang lain tentu tidak bisa memasang langsung kameranya. Mengingat masih banyak murid yang memenuhi setiap kelas.

Reyan sekarang sedang berkumpul dengan teman-temannya. Mengobrol sambil menunggu upacara bendera dilaksanakan.

Arini datang menghampiri. Dia mengajak Reyan untuk bicara. Keduanya lantas menjauh dari keramaian dan saling bicara.

"Apa lo ada dapat pesan misterius lagi?" tanya Arini.

"Pesan tentang manfaat serbuk terlarang itu adalah yang terakhir. Kalau lo?" tanggap Reyan.

"Sama. Gimana kalau Gala?" Arini mencoba bertanya tentang Gala.

"Tuh anak kayaknya sulit untuk diajak kerjasama. Dia nggak mengangkat sekali pun panggilan gue sejak kemarin," ungkap Reyan.

"Mungkin dia cuman sibuk aja."

"Sibuk apaan coba."

Bertepatan dengan itu, orang yang dibicarakan Reyan dan Arini baru saja menghentikan mobil. Gala sebenarnya juga mendapat pesan yang sama seperti Reyan kemarin. Yaitu mengenai manfaat serbuk ekstasi.

Gala yang sedang menghadapi masalah keluarga, sulit fokus mengurus perihal barang terlarang itu. Apalagi setelah pulang dari gereja kemarin, ayah dan ibunya lanjut bertengkar di kamar.

Bel terdengar berbunyi. Gala bergegas masuk ke lingkungan sekolah. Mengikuti upacara bendera yang harus segera dilaksanakan.

Hari itu juga ada pidato yang harus dilakukan semua calon kandidat osis. Semuanya dilakukan setelah upacara dilaksanakan.

Saat itulah Reyan dan Gala bisa bertatap muka. Mereka berdiri saling bersebelahan. Kebetulan orang yang melakukan pidato pertama adalah Vera. Satu-satunya calon kandidat osis perempuan yang terpilih.

"Lo kenapa nggak angkat telepon dari kemarin? Lo serius nggak sih ngurus masalah kita?" tukas Reyan dengan nada berbisik. Mendelik ke arah Gala.

"Gue sibuk kemarin. Tapi tenang aja, gue akan bantuin lo pasang kamera-kamera itu," sahut Gala.

"Masang kamera nggak semudah yang lo kira, Ga!"

"Lo pikir gue bodoh? Gue tahu lah! Makanya kita harus cari momen yang tepat. Yang jelas pas keadaan sekolah lagi banyak orang gini nggak bisa," ucap Gala.

Reyan mendengus kasar. Dia otomatis mencoba mencari jalan keluar.

"Gue heran kenapa CCTV sekolah belum diperbaiki juga ya?" cetus Reyan.

"Mana gue tahu."

"Apa jangan-jangan salah satu orang penting di sekolah yang berbuat jahat ke kita?" duga Reyan. Dia dan Reyan sejak tadi bicara tanpa saling menatap.

"Mending kita periksa dulu CCTV sekolah. Mungkin aja udah diperbaiki," usul Gala. Tanpa sadar, pembicaraannya dan Reyan berjalan dengan akur.

Reyan mengangguk. Namanya tiba-tiba dipanggil untuk melakukan pidato selanjutnya.

Gala menghela nafas panjang. Dia merasa agak gugup. Sebab dirinya tidak ada persiapan sama sekali untuk pidato. Tanpa sengaja, atensinya berhenti ke arah Nindy. Cewek itu memang melambaikan tangan untuk menarik perhatian Gala.

Nindy tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Dia sepertinya tahu Gala sedang gugup. Bukannya mendukung, Nindy malah bicara dengan isyarat tubuh. Dia seolah menggores lehernya dengan tangan. Isyarat tersebut jelas mengatakan, 'Mati lo!'

Gala justru malah sedikit tenang ketika menerima ejekan dari Nindy. Setelah Reyan selesai, barulah Gala disuruh berpidato. Dibanding dua kandidat lain, pidato Gala menjadi yang terpendek.

Semua calon kandidat osis sudah melakukan pidato. Kini seluruh murid dipersilahkan bubar dan akan melakukan voting di kelas masing-masing.

Dari pagi sampai bel pulang terdengar, Reyan dan kawan-kawan tak bisa menemukan kesempatan untuk rencana mereka. Tetapi mereka sepakat bertemu saat sekolah benar-benar sepi.

Waktu itu tiba. Kini Reyan, Arini, dan Nindy bertemu. Hanya Gala yang belum datang.

"Pacar lo kemana, Nin?" tanya Reyan.

"Dia bukan pacar gue!" bantah Nindy sembari mengambil ponsel. Kemudian menghubungi Gala. Belum sempat mengangkat panggilan, Gala sudah datang.

"Lo kemana aja?!" timpal Reyan.

"Periksa CCTV. Ternyata masih rusak," ujar Gala.

"Udah, mendingan kita bergerak sekarang!" ajak Reyan yang tak mau mengundur waktu. Dia dan Gala bekerjasama untuk memasang kamera. Ukuran kamera yang mereka pilih adalah jenis terkecil. Hingga dapat disembunyikan di tempat tertutup.

"Gue merasa rencana ini akan sia-sia," kata Nindy. Dia dan Arini berjaga di luar kelas untuk memastikan keadaan aman.

"Lo jangan ngomong gitu deh. Apa salahnya kita coba dulu," sahut Arini.

"Kenapa kita nggak diam-diam perbaiki CCTVnya aja gitu," imbuh Nindy sambil menatap CCTV yang ada di atas.

"Biar nggak ketahuan. Karena kemungkinan besar, orang yang merusak CCTV pelakunya sama dengan pelaku yang masukin serbuk terlarang itu ke tas kita."

"Benar juga ya... Semoga aja rencana kita berhasil," harap Nindy.

Ternyata memasang kamera kecil tidak sesulit yang dikira Reyan dan Gala. Mereka bisa memasang kamera di kelas-kelas tertentu dalam waktu satu jam saja. Memang mereka tidak bisa memasang kamera di setiap kelas. Mengingat kelas yang ada di sekolah cukup banyak. Sasaran Reyan dan Gala hanyalah semua kelas dua.

Dari kejauhan, Arini dan Nindy melihat seorang guru mendekat. Keduanya segera memberitahukan hal itu pada Reyan dan Gala. Tanpa pikir panjang, mereka buru-buru mencari tempat persembunyian. Ke-empatnya memilih laboratorium Biologi untuk bersembunyi.

Tanpa diduga, guru itu malah berjalan ke arah laboratorium. Hal tersebut sontak mengharuskan Reyan dan kawan-kawan mencari tempat persembunyian lebih tertutup.

Gala dan Reyan bersembunyi ke balik dinding. Sedangkan Nindy dan Arini ke dalam lemari besar.

Guru yang masuk adalah Pak Ferry. Dia terlihat sesekali melihat keluar sambil bermain ponsel.

Tak lama kemudian, Bu Shena datang. Pak Ferry sontak bergegas menutup pintu. Mereka tampak bicara saling berbisik. Keduanya lalu saling berpelukan dan tertawa mesra. Nindy dan Arini yang bersembunyi di lemari, bisa melihat dari celah dengan jelas.

"Bukannya mereka udah sama-sama menikah?" bisik Arini.

"Iya. Setahu gue Bu Shena punya dua anak. Kalau Pak Ferry baru aja menikah tahun lalu," tanggap Nindy. Dia dan Arini kaget saat guru mereka melakukan hubungan lebih dari pelukan.

Sementara Gala dan Reyan, bisa melihat Bu Shena dan Pak Ferry dari pantulan kaca di lemari kecil.

Gala dan Reyan sama-sama terdiam. Keduanya justru memikirkan orang tua mereka sendiri.

"Lo kemarin ke gereja?" tanya Reyan tiba-tiba. Mengingat dia mendengar suara Gala saat Martha menelepon ayahnya.

"Iya. Kenapa?" tanggap Gala. Dia dan Reyan bertukar pandang.

"Nggak apa-apa." Reyan langsung menggeleng. Jujur saja, dia masih ragu untuk bertanya. Mungkin juga Reyan terlalu takut mengetahui.

Terpopuler

Comments

Anis Arfita

Anis Arfita

makin seru....lanjut

2023-04-18

0

listia_putu

listia_putu

ketakutan reyan, adalah kenyataan klo mama gala dan papa reyan memiliki hubungan terlarang....
yuhuuu lanjuuuttt...

2023-04-18

1

Whila Abigail

Whila Abigail

penasaran bgt siapa sih sbnrx yg main main SM ank smu Kya mereka🤔

2023-04-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!