Bab 7 - Serbuk Misterius

...༻⊠༺...

"Orang yang banyak bacot biasanya kalah," cetus Reyan.

Gala yang mendengar, memutar bola mata jengah. Dia tak menyahut lagi karena Pak Seno selaku guru olahraga yang melatih datang. Pak Seno juga kebetulan berwenang memilih anggota tim basket baru.

Nama yang terpilih disebut satu per satu oleh Pak Seno. Tak disangka Reyan dan Gala masuk ke bagian tim. Keduanya otomatis harus menjadi rekan.

"Ini kita nggak di tes dulu, Pak?" tanya Gala tak terima. Dia yakin Reyan tidak memiliki keahlian mumpuni untuk menjadi bagian tim basket.

"Bapak memilih kalian melalui referensi praktek olahraga selama belajar. Siapa yang keberatan, bisa mengundurkan diri sekarang. Biar nanti Bapak bisa cari penggantinya secepatnya," ujar Pak Seno.

Gala sontak tertunduk. Sungguh, dia sangat kesal dengan Reyan. Cowok itu seolah ingin di anggap hebat dalam berbagai bidang.

Berbeda dengan Reyan yang terkesan santai. Ia tak masalah jika harus satu tim dengan Gala. Namun dirinya tak akan tinggal diam jika cowok tersebut membuat masalah.

Seluruh murid dipersilahkan bubar setelah mengetahui keputusan Pak Seno. Saat itulah Gala menyempatkan diri untuk memberitahu Reyan sesuatu.

"Kalap lo, Rey! Berkuasa dibidang akademik udah cukup kali!" timpal Gala seraya melengos pergi dengan wajah cemberut.

Reyan hanya menghela nafas panjang. Dia segera melangkah keluar dari lapangan indoor.

Karena terpilihnya Reyan menjadi anggota tim basket, suasana hati Gala jadi buruk. Ia pergi ke belakang sekolah. Menghubungi Nindy untuk menemuinya. Mengingat cewek itu sudah setuju untuk menjadi pacarnya.

"Gue nggak bisa! Lagi ada tugas Bahasa!" Nindy menolak untuk menemui Gala.

"Oke. Tapi gimana kalau lo ke sini, gue kasih lo uang?" tawar Gala. Dia yakin Nindy tergoda.

"Berapa?" tanggap Nindy.

"Ke sini aja dulu." Gala sengaja mematikan panggilan telepon lebih dulu. Dia hanya perlu menunggu.

Tak lama kemudian, Nindy datang. Senyuman licik lantas mengembang di wajah Gala. Cowok tersebut segera duduk ke atas meja.

"Lo mau ngapain suruh gue ke sini?" tanya Nindy.

"Kita sekarang pacaran kan?" sahut Gala seraya menyalakan rokok.

Nindy hanya diam. Dia memandang selidik sambil melipat tangan di dada.

"Lo pasti ada maunya kan?" selidik Nindy.

Gala terkekeh. "Bagus deh kalau lo tahu," ujarnya.

"Lo mau apa? Mainin banana lo?" tebak Nindy sambil melirik ke bagian tubuh bawah perut Gala.

"Gue nggak nyuruh ya. Tapi karena lo yang ngusulin, ya sudah." Gala menghembuskan nafas rokok tepat ke wajah Nindy. Cewek itu sontak mengalihkan pandangan seraya mengibaskan tangan.

"Enak aja. Gue cuman nebak!" tegas Nindy. Dia duduk ke sebelah Gala. "Btw, gue sering lihat lo ke gereja," sambungnya.

Gala memutar bola mata kesal. Dia benci saat ada seseorang yang tahu sisi dirinya yang lain. Sebab alasan Gala pergi ke gereja setiap hari minggu hanya karena paksaan kedua orang tuanya.

"Gue di sana cuman duduk," ungkap Gala.

Nindy menarik sudut bibirnya ke atas. "Tahu kok. Muka lo kelihatan malas banget soalnya."

"Terus lo? Gimana lo tahu gue sering--"

"Semua anak panti asuhan kan wajib pergi ke gereja setiap minggu," potong Nindy.

"Tapi gue nggak pernah lihat lo?"

"Gue biasanya diam-diam keluar. Lalu nongkrong di mini market."

"Sama aja lo ternyata. Gue juga kalau bisa kabur pasti udah kabur."

"Cowok manja," cibir Nindy. Dia merebut rokok dari Gala. Kemudian menghisapnya begitu saja.

Gala terkesiap. Dia segera mengambil rokok dari tangan Nindy. Mematikannya, lalu membuangnya.

Kini Nindy yang dibuat terkesiap. Karena Gala menariknya lebih dekat. Tanpa aba-aba, cowok itu menyatukan bibir ke mulut Nindy.

"Sial!" Nindy langsung mendorong Gala. Matanya membulat sempurna.

"Gue akan kasih lo uang kalau lo mau gue cium," ucap Gala yang mengencangkan cengkeramannya.

Mata Nindy mengerjap cepat. Dia berusaha tenang dan berpikir positif.

"Ha-hanya ciuman kan?" Nindy memastikan.

Gala mengangguk. Dia kembali mendekat. Namun Nindy lagi-lagi menghentikan.

"Berapa? Lo akan kasih gue uang berapa?" tanya Nindy. Sengaja menunjukkan raut wajah berani.

"Kita bisa bicarakan itu nanti." Gala memaksa. Dia memegang tengkuk Nindy dan lanjut mencium bibir cewek tersebut.

Dahi Nindy berkerut dalam. Dia membalas ciuman Gala. Jujur saja, ini bukan pertama kali dirinya berciuman. Hanya saja Nindy takut Gala akan pergi ke ranah berlebihan.

Namun seiring berjalannya waktu, Nindy malah menikmati ciuman yang terjadi. Dia terus bergulat lidah dengan Gala. Ciuman mereka semakin memanas. Memperdengarkan suara kecup-mengecup berulang kali. Nafas mereka bahkan mulai menderu-deru.

Ciuman itu berakhir saat bel pertanda pulang berbunyi. Nindy segera mendorong Gala. Hingga tautan bibirnya terlepas dari mulut cowok itu.

Pupil mata Nindy membesar tatkala baru menyadari kancing bajunya terbuka. "Sejak kapan lo!" timpalnya seraya bergegas menyematkan kancing baju.

Gala tergelak puas. Dia mengambil dompet dari saku celana dan memberikan uang seratus ribu untuk Nindy.

"Kalau mau lebih banyak, harus lebih ekstrim!" ucap Gala sembari memasukkan uang seratus ribu ke saku baju Nindy. Dia segera pergi begitu saja.

Di sisi lain, Reyan baru saja masuk ke mobil. Dia sedang dalam perjalanan pulang. Tetapi sebelum mobilnya melewati gerbang sekolah, atensi Reyan harus tertuju ke arah Arini. Cewek itu terlihat mengobrol dengan seorang kakak kelas.

Reyan merasa terganggu. Terlebih Arini tampak sangat akrab sekali dengan cowok yang bersamanya. Di saat-saat beginilah Reyan mulai diliputi rasa gelisah. Ia takut cewek yang disukainya akan menjadi pacar cowok lain.

Reyan bisa lega ketika Arini memilih meninggalkan cowok yang bicara bersamanya. Arini terlihat masuk ke mobil jemputannya.

Kala sudah di rumah, Reyan masuk ke kamar. Dia langsung membuka tas sekolah untuk mengeluarkan seluruh isinya.

Deg!

Reyan kaget bukan kepalang saat menemukan amplop cokelat asing di dalam tasnya. Terlebih benda itu terasa berat.

"Apaan nih? Pantesan tas gue berat banget." Reyan tentu bingung. Dia lantas mencoba membuka amplop itu.

Isi amplop cokelat tersebut ternyata adalah serbuk aneh berwarna putih. Reyan yang bisa menduga benda apa itu langsung melemparnya ke meja.

"Sial!" Reyan diserang rasa panik setengah mati. "Bu-bukankah ini sabu?" terkanya. Masih dalam keadaan mata terbelalak tak percaya.

"Gala..." gumam Reyan lagi. Dia yakin orang yang menaruh benda terlarang itu dalam tasnya adalah Gala.

Terpopuler

Comments

dimas naufal

dimas naufal

asyik sdh up lg

2023-04-04

0

Anis Arfita

Anis Arfita

ganti judul ea kak....

2023-04-02

0

Whila Abigail

Whila Abigail

wkwkwkw kirian Nindy bakal di kasih brp e tau nya cmn 100rbu🤭

2023-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!