Bab 4 - Badboy Vs Badgirl

...༻⊠༺...

Nindy akhirnya menemukan bungkus rokok di salah satu kantong celana Gala. Mengetahui hal itu, dia segera menjauhkan tangan dari cowok tersebut.

"Sorry, gue nggak bermaksud malak rokok lo. Gue cuman pengen minta satu aja. Lo kan masih punya sebungkus tuh di kantong," tukas Nindy. Berbicara dengan lembut. Dia tentu tahu kalau Gala adalah cowok paling tajir di sekolah. Keluarganya memiliki bisnis tambang dimana-mana.

Gala mendengus kasar. Dia mengambil bungkus rokok dan memberikannya pada Nindy.

"Cewek tuh nggak boleh ngerokok!" ucap Gala.

"Ngapain ngomong gender segala sih lo? Takut ya sama cewek yang ngerokok?" balas Nindy. Dia duduk ke atas meja. Lalu menyalakan sebatang rokok.

"Ck! Ngomong apaan sih lo. Gue cuman ngingetin," sahut Gala.

"Terus lo suka cewek yang kayak gimana?" tanya Nindy. Gala sebenarnya sudah lama menjadi incarannya untuk dipacari. Nindy yakin pasti akan diberikan banyak uang serta dibelikan barang berharga jika berpacaran dengan Gala.

Bila Nindy nanti sudah puas mempeloroti uang Gala, barulah dia tinggalkan cowok itu. Jujur saja, Nindy ingin membuat cowok playboy seperti Gala bertekuk lutut kepadanya. Hanya saja baru sekarang Nindy memiliki kesempatan bicara berduaan dengan Gala. Cowok itu seringkali bersama cewek lain dan kadang-kadang digeromboli teman-temannya.

Senyuman miring terukir di wajah Gala. Kala mendengar pertanyaan Nindy. Dia berbalik dan berjalan ke hadapan cewek tersebut.

"Seksi, cantik, dan nggak mendominasi gue," ungkap Gala sembari menatap Nindy dari ujung kaki sampai kepala. "Kenapa? Lo tertarik jadi pacar gue?" tanyanya.

Gala tentu mengenal Nindy. Meski merupakan siswi pintar, tetapi cewek itu juga dikenal nakal. Dia juga tahu Nindy suka bergonta-ganti pacar sepertinya. Gala sebenarnya cukup tertarik ingin menaklukkan cewek tersebut.

Nindy tergelak kecil. "Kalau tertarik, terus kita langsung pacaran gitu?" tanggapnya.

"Jelaslah! Buat apa basa-basi." Gala mematikan rokok dan membuangnya. Lalu mendekatkan wajah ke hadapan Nindy. "Lo merayu cowok yang salah," lanjutnya seraya menyentuh pangkal paha Nindy. Sampai rok yang dikenakan cewek itu sedikit tersingkap.

Nindy membulatkan mata. Dia kaget dengan apa yang dilakukan Gala. Darah disekujur badannya berdesir hebat. Kini Nindy hanya mematung dan tak bisa berkata-kata. Rokok di antara jemarinya bahkan harus menganggur sebentar. Ternyata Gala cowok lebih berbahaya dari yang dirinya duga.

"Tapi lo tenang aja. Gue nggak bakalan kurang ajar kalau nggak dapat izin." Gala segera menjauhkan tangannya. Dia segera pergi meninggalkan Nindy sendirian di belakang sekolah.

Nindy menghembuskan nafas lega dari mulut. Dia memegangi dadanya. Nindy tidak tahu apakah debaran di jantungnya menunjukkan rasa takut atau gugup.

Ponsel Nindy tiba-tiba berdering. Dia segera mengangkat panggilan dari pacarnya. Lelaki yang diketahui sudah memiliki istri.

"Iya, kenapa, Mas?" sambut Nindy.

"Nindy, aku rasa hubungan kita harus berakhir. Istriku mulai curiga. Aku tidak mau rumah tanggaku hancur," ujar lelaki dari seberang telepon.

"Kenapa? Mas nggak sayang sama aku lagi?" Nindy memperdengarkan suara manjanya. Ala-ala suara pelakor menyebalkan.

"Tentu saja sayang. Tapi aku lebih sayang sama keluargaku," ungkap sang lelaki.

"Tapi--"

"Nindy, kau itu masih sangat muda. Sekolah yang benar ya. Masa depanmu masih panjang. Lagian kamu juga selalu menolak kalau diajak ML." Lelaki itu memotong perkataan Nindy.

"Mas, dengarkan dulu. Aku--" ucapan Nindy lagi-lagi terhenti. Sebab lelaki yang sudah memutuskannya tersebut mematikan panggilan lebih dulu.

"Sialan! Ya iyalah nggak mau ML! Siapa yang mau ML sama kakek-kakek begitu!" Nindy menghempaskan rokok ke lantai. Lalu menginjak-injaknya penuh amarah.

"Dia nggak kasih gue uang terakhir lagi!" keluh Nindy lagi. Selanjutnya, dia mendapat pesan di ponsel. Nindy baru saja menerima tagihan untuk pembayaran tas bermerek yang dibelinya.

"Nasib jadi cewek miskin! Gini amat." Nindy menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal. Walau sering bergonta-ganti pacar, dia masih perawan ting ting.

Nindy berjalan meninggalkan belakang sekolah. Saat itulah dia berpapasan dengan Bu Jenar.

"Eh, di sini kamu. Ibu cari-cari kamu," ujar Bu Jenar. Dia diketahui adalah guru yang bertugas menagih pembayaran SPP bulanan para muridnya. Nindy tentu saja tahu tentang hal itu.

"Kasih aku waktu, Bu. Plis!" mohon Nindy yang sudah tahu maksud tujuan Bu Jenar menemuinya.

"Nindy, kamu sudah tiga kali minta waktu loh. Emang kamu nggak punya uang sama sekali? Uang beasiswamu kemana?" timpal Bu Jenar.

"Ada kok, Bu. Di bank. Tapi belum ke ambil. Aku lupa terus. Nanti hari ini aku ambil. Beneran! Plis kasih aku waktu ya..." mohon Nindy sambil memasang ekspresi memelas. Sebenarnya sebagian uang beasiswanya habis karena gaya hidup.

"Ya udah! Besok nggak ada kesempatan lagi buatmu!" tegas Bu Jenar.

"Besok? Lusa dong, Bu..." Nindy memohon lagi.

"Enggak! Pokoknya besok!" Bu Jenar bersikeras. Dia buru-buru pergi karena tak mau termakan bujukan Nindy lagi.

Sekarang Nindy menghela nafas panjang. Dia menatap Gala yang tampak bermain basket di lapangan. Saat sedang serius menatap Gala, atensi Nindy harus oleng pada Reyan yang kebetulan berjalan di pinggir lapangan.

"Maunya sih Reyan. Tapi tuh cowok tamengnya kuat banget. Andai aja berhasil pacaran sama Reyan, sampai hari kiamat pasti gue nggak bakalan putusin dia," ungkap Nindy yang merasa Reyan adalah cowok tersulit untuk didekati. Alhasil dia kembali menatap Gala.

'Apa gue coba aja ya pacaran sama Gala?' batin Nindy. Dia sudah tak memiliki pacar lagi sebagai mesin atm berjalannya. Jadi Nindy butuh korban baru.

...***...

Bel pertanda pulang terdengar. Seluruh murid saling berdahuluan untuk pulang. Kecuali Reyan. Dia tampak santai berjalan menuju parkiran. Reyan memang menggunakan mobil pribadi ke sekolah.

Saat berjalan menuju parkiran, Reyan memergoki Gala sedang bicara dengan lelaki asing yang dipenuhi tato. Lelaki bertato tersebut tampak memberikan amplop cokelat misterius pada Gala.

Sementara Gala terlihat memberikan cukup banyak uang pada lelaki bertato. Setelah itu, sang lelaki bertato langsung pergi. Gala pun memergoki Reyan yang sedang asyik memperhatikannya.

"Apa lo?!" timpal Gala.

"Lo makin sakit sekarang!" komentar Reyan sembari berlalu dan masuk ke mobil. Dia mengira Gala melakukan transaksi narkoba.

"Apaan sih!" Gala geleng-geleng kepala melihat reaksi sinis Reyan. Dia juga segera masuk ke dalam mobilnya.

"Gala!" panggilan seorang cewek berhasil menghentikan pergerakan Gala. Cowok itu urung masuk ke dalam mobil. Menoleh pada cewek yang memanggil. Dia tidak lain adalah Nindy.

"Gue boleh nebeng sama lo nggak?" pinta Nindy seraya tersenyum manis.

Gala tersenyum lebar. Melihat mangsa yang datang langsung ke kandangnya. "Silahkan! Masuk aja," suruhnya.

"Thanks!" Nindy segera masuk ke mobil Gala.

Reyan sukses melihat interaksi di antara Gala dan Nindy. Dia menggeleng tak percaya. Karena tempo hari dirinya melihat Gala pergi dengan cewek berbeda.

"Udah, Rey! Dia bukan teman lo lagi. Jangan ngurusin dia!" Reyan mengingatkan dirinya sendiri. Sebenarnya ada sedikit penyesalan dalam dirinya. Andai dia dan Gala masih bersahabat, mungkin temannya itu tidak akan memiliki perilaku buruk seperti sekarang.

..._____...

Catatan Author :

Jangan lupa komen ya guys. Soalnya kalau novel ini sepi, mau aku pindah ke pf sebelah aja. Soalnya aku mulai nyaman nulis di sana. 😅

Terpopuler

Comments

dnr

dnr

plis jgn pindah platform Thor dsni ajh

2024-09-24

0

Nunu

Nunu

kalo aku lebih suka baca di NT Thor...

2023-04-02

0

dimas naufal

dimas naufal

plis jngan pindah thor

2023-04-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!