...༻⊠༺...
Reyan baru saja mendapat pesan dari ibunya. Dia disuruh singgah ke supermarket untuk membeli barang kebutuhan.
"Ah, malas banget." Reyan mendengus kasar. Meskipun begitu dia tetap pergi ke supermarket.
Setibanya di tempat tujuan, Reyan langsung mencari barang yang ingin dibeli. Sambil berjalan, dia terus mendorong keranjang trolinya.
Tanpa diduga, Reyan kebetulan melihat Arini dari kejauhan. Pupil matanya seketika membesar. Jantung Reyan juga dibuat berdebar-debar.
"Samperin nggak ya," gumam Reyan seraya berpikir. Dia memang dikenal sebagai murid yang pintar di sekolah. Namun kalau masalah asmara, Reyan begitu lemah. Bukannya dia gugup. Akan tetapi dirinya hanya merasa ragu.
Dalam bertindak, Reyan selalu mengutamakan logika. Baginya sekarang masalah percintaan bukan urusan utama. Mungkin itulah alasan kenapa dia tidak pernah berpacaran hingga saat ini.
"Reyan?" panggil Arini. Dia ternyata menjadi orang yang harus menyapa lebih dulu.
Senyuman mengembang di wajah Reyan. Dia dan Arini sama-sama melangkah untuk saling menghampiri.
"Lo sendiri?" tanya Reyan berbasa-basi.
"Enggak. Sama kakak gue. Dia lagi cari sesuatu tuh. Kalau lo? Sendiri?" Arini berbalik tanya.
"Yup! Nyokap gue suruh gue belanja sebelum pulang ke rumah," jelas Reyan seraya mendengus kasar.
"Lo tadi ada lihat kecap nggak? Gue dari tadi nggak nemu," ucap Arini. Dia celingak-celingukan ke segala arah.
"Kecap? Kayaknya tadi gue ada lihat deh. Ikut gue," ajak Reyan. Dia menunjukkan dimana rak tempat kecap berada.
"Akhirnya... Thanks!" ungkap Arini sambil mengambil dua botol kecap dari rak.
"Lo baru pertama kali ya ke tempat ini?" selidik Reyan.
Arini terkesiap. Walaupun begitu, dia menjawab, "Baru dua kalian kok ke sini. Jadi masih belum ingat. Lagian kan tempat ini gede."
"Iya juga ya." Reyan mengangguk.
"Kenapa? Mengira gue lagi modus ya?" timpal Arini. Apa yang dia lakukan sekarang memang disengaja agar bisa mendapatkan waktu lebih banyak bersama Reyan. Padahal kenyataannya Arini tahu dimana letak kecap berada. Seperti sebagian besar cewek di sekolah, dirinya juga suka dengan Reyan.
"Enggak. Bukan gitu. Gue cuman nanya doang," balas Reyan membantah.
"Kali aja gitu. Soalnya gue yakin lo pasti ketemu banyak cewek yang bermodal modus," imbuh Arini. Dia dan Reyan melangkah bersama.
Reyan hanya terkekeh. "Kayaknya lo sih yang lebih berpengalaman," sahutnya.
"Maksud lo gue banyak didekatin cowok?" simpul Arini.
Reyan mengangguk. "Lo kan cantik," tukasnya blak-blakkan.
Deg!
Jantung Arini seketika berdegup kencang. Cewek mana yang tidak senang saat dibilang cantik oleh gebetannya sendiri.
"Thanks..." Wajah Arini memerah. Dia membuang muka dan berusaha keras menyembunyikannya dari Reyan.
Hal serupa juga dilakukan Reyan. Dia juga mengalihkan pandangan dan tak berhenti merutuki mulutnya sendiri.
'Mulut sialan! Kenapa nggak bisa menahan diri sih!' batin Reyan mengomel. Wajahnya juga memerah karena malu dengan pujian yang dia berikan pada Arini.
"Malah pacaran! Gue dari tadi nyariin tahu nggak!" seorang cowok berbadan jangkung datang ke hadapan Arini. Dia memiliki rambut panjang yang dikuncir serta kumis dan jambang tipis. Lelaki itu tidak lain adalah kakaknya Arini. Ia langsung melirik tajam ke arah Reyan. Namanya adalah Candra.
"Pacaran? Enak aja! Dia teman sekolahku, Kak!" Arini buru-buru menepis perkataan sang kakak.
"Iya, aku temannya Arini, Kak." Reyan segera angkat bicara.
"Oh. Tadinya gue yakin begitu sih. Cowok seganteng kamu nggak mungkin pacaran sama adik gue yang jelek ini," komentar Candra.
"Kakak apaan sih. Malu-maluin aku aja." Arini mendorong kakaknya berjalan menuju kasir. "Ya udah, Rey. Gue duluan ya," ujarnya. Memilih pamit dari Reyan.
"Dah, Rey!" Candra menyempatkan diri melambaikan tangan pada Reyan. Dia bicara tanpa suara dan bilang, "Arini salting."
Reyan dapat mengerti jelas apa yang dikatakan Candra. Dia hanya tersenyum. Lalu lanjut mencari barang yang harus dibeli.
"Enak ya punya saudara," gumam Reyan. Dia memang adalah anak tunggal. Melihat orang yang memiliki saudara terkadang membuatnya iri.
...***...
Kini Gala dan Nindy masih di mobil. Mereka saling terdiam cukup lama.
"Jadi lo kayaknya beneran tertarik jadi pacar gue?" celetuk Gala.
"Ish! Kepedean!" balas Nindy menampik.
"Lah, buktinya lo pengen minta antarin gue sekarang. Itu buktinya kalau lo lagi berusaha dekatin gue," ucap Gala.
"Kan gue cuman minta antarin doang," sahut Nindy.
"Lo tinggal dimana? Jangan sampai kita jalan nggak tentu arah nih," ujar Gala.
"Panti asuhan Melati Putih."
Mata Gala langsung membulat. "Lo tinggal di sana?" tanyanya memastikan. Sebab panti asuhan dimana Nindy tinggal merupakan milik keluarganya.
"Iya. Kenapa?" Nindy yang tak tahu lantas bertanya.
"Itu panti asuhan punya keluarga gue," jawab Gala.
"Ah! Sombong amat lo. Gue tahu lo tajir melintir. Tapi nggak semua bangunan jadi punya keluarga lo kali." Nindy tak percaya. Dia tergelak kecil sambil melipat tangan ke depan dada.
"Biar gue bukan murid pintar di sekolah, gini-gini gue tahu bangunan milik keluarga gue," tegas Gala.
Nindy tersenyum miring. "Ya udah gue ngalah. Sultan emang nggak bisa dilawan," tanggapnya.
Gala tertawa kecil. Begitu pun Nindy. Keduanya merasa pembicaraan mereka terjadi sangat natural.
"Lo ternyata seru juga," komentar Gala. Dia menghentikan mobil karena sudah tiba di panti asuhan Melati Putih.
"Kayaknya lo deh yang tertarik pacaran sama gue," tanggap Nindy.
Gala menoleh. "Gue minta nomor lo deh," ucapnya sembari menyodorkan ponsel. Tak menanggapi perkataan Nindy.
Senyuman puas mengembang di wajah Nindy. Ternyata mendekati Gala sangat mudah. Tanpa pikir panjang, dia segera memasukkan nomor telepon ke ponsel Gala.
"Nih!" Nindy mengembalikan ponsel Gala. Ia bertukar tatapan nakal dengan cowok tersebut. Sebab keduanya sama-sama memiliki tujuan tertentu untuk saling mendekati.
"Thanks udah mau antarin gue." Nindy keluar dari mobil Gala. Lalu berjalan menuju panti asuhan.
Bertepatan dengan itu, Gala memutar mobilnya. Meninggalkan panti asuhan.
"Cewek gampangan," cibir Gala.
Di sisi lain, Nindy juga mencibir. Dia berkata, "Dasar buaya lelang."
Ketika di malam hari, Gala mengirimi Nindy pesan.
'Udah tidur?' Bagitulah pesan pertama dari Gala.
Nindy tersenyum. Dia sekarang telentang di ranjang. Mencoba hendak tidur. Namun urung dilakukannya karena mendapat pesan dari Gala
'Belum. Kenapa baru kirim pesan sekarang? Pasti gue kena jadwal terakhir dari cewek-cewek lo yang lain ya?' Nindy membalas pesan Gala. Dia yakin cowok itu tidak hanya bertukar pesan dengannya.
'Sorry. Lo pasti udah nungguin gue kirim pesan sejak tadi siang.' Gala membalas lagi.
"Idih! Kepedean amat!" keluh Nindy tak terima. Dia dan Gala terus bertukar pesan. Mereka bahkan jadi lupa waktu. Sampai Gala berakhir membicarakan hal tak biasa.
'Lo pernah melakukan pesan sekss?' Begitulah pertanyaan yang membuat mata Nindy langsung melebar.
"Sudah gue duga," gumam Nindy. Dia yakin cowok seperti Gala sedang berada di tahap menyukai segala hal berbau mesum.
'Pernah. Kenapa? Mau coba?' Nindy menanggapi pesan Gala.
'Emang lo mau?' balas Gala.
'Tunggu. Gue mau foto gunung kembar gue buat lo.' Begitulah pesan dari Nindy.
Membuat mata Gala membulat sempurna. Dia tergelak puas. Terus menatap layar ponsel karena tak sabar menunggu.
Tak lama kemudian pesan yang disertai foto dari Nindy masuk. Gala buru-buru membuka pesan tersebut.
"Anjir!" umpat Gala tatkala melihat foto kiriman dari Nindy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Siang Terang
merasa next Gamal Zara
2023-08-13
0
Nunu
the next Gamal 😂
2023-04-02
0
dimas naufal
kira2 apa ya🤔
2023-04-01
0