Bab 3 - Tentang Gajah Mada

...༻⊠༺...

Bu Ayu mendorong Gala hingga terduduk ke kursi. Wanita itu jelas lebih mendominasi. Mengingat Bu Ayu lebih berpengalaman dalam urusan begitu.

Tetapi Gala tak suka. Dia benci dirinya terlalu didominasi. Ketika Bu Ayu ingin memberi sentuhan lagi, Gala buru-buru berdiri.

"Aku kebelet lagi, Bu. Mungkin lain kali saja kita lanjut," ujar Gala sembari mengusap bibirnya.

"Kenapa? Jangan tanggung begini. Nggak enak," tanggap Bu Ayu.

"Bu Ayu itu cantik. Aku yakin di luar sana banyak pria yang suka." Gala segera melangkah menuju pintu. Saat itulah dia menangkap pantulan dirinya di cermin dekat pintu. Gala menyadari bibirnya tampak belepotan dengan lipstik Bu Ayu.

"Sial!" Gala berbalik karena ingin mengambil tisu. Tetapi Bu Ayu mengira cowok itu berubah pikiran dan ingin melanjutkan yang tadi. Perlahan tangan wanita tersebut melingkar ke pinggul Gala.

"Mending Ibu lap bibir deh. Kalau ada guru lain yang lihat gimana?" Gala melepas pelukan Bu Ayu. Lalu menyodorkan tisu untuk sang guru. Selanjutnya dia segera beranjak dari ruang BK.

Gala melangkah sambil menutupi bibirnya. Dia masuk ke dalam toilet. Memastikan apakah lipstik Bu Ayu masih menempel di mulutnya.

"Parah! Lipstiknya terbuat dari cat atau apa? Susah banget dihilangkan," keluh Gala. Kini dia menggunakan air untuk membasuh mulutnya.

Bersamaan dengan itu, seorang cowok masuk ke dalam toilet. Dia ternyata adalah Reyan. Gala langsung memberikan tatapan sinis.

Reyan tak peduli dan segera menghampiri tempat kencing. Hening menyelimuti suasana. Sampai akhirnya Reyan mencuci tangan ke wastafel di sebelah Gala.

"Pffft!" Reyan terkekeh melihat Gala yang masih kesulitan menghilangkan lipstik di bibirnya.

"Apa?!" timpal Gala sambil menyalangkan mata.

"Cewek mana kali ini yang bikin bibir lo kayak badut gitu," komentar Reyan.

"Ngapain lo peduli? Emang lo teman gue?" balas Gala.

"Miris aja gue lihat lo." Reyan pergi begitu saja. Dia berucap seolah-olah Gala melakukan sesuatu hal buruk.

"Sok suci!" tukas Gala. Tepat sebelum Reyan benar-benar pergi.

Reyan kembali ke kelas. Dia harus melakukan presentasi di depan kelas dalam pelajaran Sejarah.

Kelompok Reyan kedapatan membahas tentang masa kejayaan Majapahit. Terjadi perdebatan cukup sengit di kelas. Semuanya hanya karena membahas sosok Gajah Mada.

"Sebagai kelompok yang membahas ini kalian harusnya tahu kan kapan kelahiran dan kematian Gajah Mada. Ingat guys! Kalau Gajah Mada nggak ada, Indonesia tidak akan menjadi negara sebesar ini! Satu nusa satu bahasa itu nggak akan ada!" seru Dirga. Dia merupakan saingan terberat Reyan saat di kelas. Dirga ini memang tidak sepintar Reyan. Tetapi dia sangat pandai berdiskusi dan bicara. Jika demo diadakan, Dirga mungkin bisa menjadi pemimpin yang bertugas untuk angkat suara. Memegang toa dan berteriak tentang keadilan.

"Maaf ya, Dir. Sejarah yang tertulis hanya mengetahui tahun kelahiran dan kematian Gajah Mada saja. Beliau lahir di tahun 1290 dan meninggal di tahun 1364." Reyan menjawab pertanyaan dari Dirga.

"Hanya itu? Apakah tidak diceritakan bagaimana Gajah Mada meninggal? Tidak ada sama sekali? Bagaimana bisa ini nggak tertulis dalam sejarah Indonesia? Aneh," komentar Dirga.

"Sejarah itu seperti Matematika, Dir. Hasilnya tak bisa di elak. Mengenai potongan-potongan puzzle yang belum lengkap, mungkin bisa disengaja. Aku berpikir, mungkin bagaimana cara Gajah Mada meninggal sepakat dirahasiakan oleh orang-orang dahulu. Mengingat dia sosok paling berjasa untuk Indonesia." Reyan memberikan asumsinya dari sudut pandang pemuda zaman sekarang.

"Bagus sekali. Ibu sangat suka dengan topik yang kalian bahas. Reyan juga menjawab dengan sangat baik. Kemungkinan itu bisa saja ada. Tapi satu hal yang pasti. Dahulu itu teknologi masih sangat minim. Jadi untuk mendokumentasikan segala sesuatu dengan detail akan sulit. Itu jawaban Ibu untuk rasa penasaran kalian. Mengenai bagaimana cara meninggalnya Gajah Mada, biarlah tetap menjadi rahasia. Tapi satu hal yang harus kalian ingat. Beliau adalah pahlawan kita. Mengerti?" Bu Rida menjelaskan panjang lebar. Seluruh murid segera menjawab kata mengerti dengan serentak. Presentasi Reyan dan kelompoknya berakhir saat bel istirahat kedua berbunyi.

Reyan dan teman kelompoknya sedang sibuk merapikan buku. Mereka saling membantu.

"Gue nggak tahu gimana nasib kelompok ini kalau nggak ada lo," cetus Nisa. Salah satu teman kelompok Reyan.

"Kalian lebay! Kalau nggak ada gue, kalian pasti tetap bisa jawab kok," sahut Reyan.

"Jawab sih jawab. Tapi nggak akan sedetail lo. Kami pasti hanya bisa cari jawaban dengan baca buku." Fadi ikut angkat suara.

"Udah. Yang penting semuanya lancar," ujar Reyan.

"Rey! Ayo kita ke kantin!" seru Erman. Ia merupakan teman sebangku Reyan. Menjadi teman terdekat Reyan juga saat di sekolah. Tetapi Erman juga bisa disebut teman beban. Bagaimana tidak? Dia selalu mencontek pada Reyan setiap kali ada tugas.

"Enggak, Er. Gue mau ke perpus istirahat ini," tolak Reyan.

"Ah, nggak seru lo." Erman terpaksa pergi ke kantin sendiri.

Setelah memasukkan buku ke dalam tas, Reyan langsung pergi ke perpustakaan. Karena pembahasan tentang Sejarah tadi, dia menjadi penasaran. Reyan jadi ingin tahu lebih banyak Sejarah Indonesia.

Begitulah pemikiran orang yang pintar. Dia justru penasaran. Rasa penasaran itu membuat kepintarannya semakin berkembang.

Saat sibuk membaca buku, seorang cewek tiba-tiba duduk di hadapan Reyan. Dia tidak lain adalah Nindy. Cewek itu menyapa dengan senyuman. Reyan lantas tersenyum untuk menanggapi.

"Lagi suka belajar Sejarah?" celetuk Nindy.

"Penasaran aja," jawab Reyan singkat.

Nindy menarik buku Reyan. Hendak melihat tema tentang apa yang dibaca cowok tersebut.

"Perang Bubat," ucap Nindy membaca bagian yang kebetulan dibaca Reyan.

"Iya." Reyan tersenyum kecut. Sebenarnya dia merasa terganggu dengan kehadiran Nindy. Hal yang paling dirinya suka di perpustakaan adalah ketenangan. Tetapi rasa tenang itu menjadi tidak ada saat gangguan datang.

Sejujurnya ini bukan pertama kalinya Reyan mendapat gangguan. Mengingat dia adalah cowok incaran banyak siswi di sekolah. Jadi cewek yang mencoba mendekatinya datang silih berganti. Namun hingga sekarang Reyan masih enggan untuk berpacaran. Bahkan ketika dia sudah tertarik dengan Arini.

"Gue tahu itu perang bubat. Perang yang terjadi hanya karena kesalahpahaman. Perang yang seharusnya tidak terjadi," ungkap Nindy.

"Ya, perang itu bahkan menghancurkan harga diri Gajah Mada," tanggap Reyan. Dia tentu mengenal Nindy. Saingan terberatnya dalam meraih juara umum. Tidak heran Nindy mengetahui banyak ilmu pengetahuan seperti dirinya.

"Harga diri semua orang yang terlibat perang. Gue menangis saat membaca tentang sejarah ini. Sangat menyayat hati," komentar Nindy. Sekarang dia tentu berusaha mendekati Reyan. Jujur saja, Reyan satu-satunya cowok yang ingin dipacari Nindy dengan serius.

Reyan mengangguk. Atensinya segera tertuju ke arah Arini yang baru saja melangkah masuk ke perpustakaan. Ia terpaku sejenak.

"Rey, gue boleh minta nomor lo nggak?" tanya Nindy. Namun Reyan mengabaikannya karena terlalu fokus dengan Arini.

Nindy langsung menyadari arah tatapan Reyan. Dia sadar kalau cowok itu tertarik pada Arini.

"Lupain deh." Nindy memilih pergi, dan Reyan masih tak peduli dengannya.

Nindy mendengus kasar. Itu sebenarnya bukan pertama kali dia mencoba mendekati Reyan. Semua percobaannya tidak ada yang berhasil. Reyan selalu berusaha mengabaikannya. Bahkan ketika membicarakan topik menarik sekali pun.

Alhasil Nindy pergi ke belakang sekolah untuk melepas stres. Dia mendatangi tempat bungkus rokoknya disembunyikan. Sayangnya rokok persediaan Nindy telah habis.

Bertepatan dengan itu, Gala muncul. Cowok tersebut menyalakan rokok. Tatapan Nindy segera menuju ke arahnya.

"Lo punya lagi nggak?" tanya Nindy sambil berjalan mendekat.

"Ada," jawab Gala.

"Mana?" Nindy membuka lebar telapak tangan.

"Di Indo April banyak," ucap Gala seraya terkekeh. Dia sengaja mempermainkan Nindy.

Lidah Nindy berdecak kesal. Dia segera memeriksa kantong celana Gala satu per satu. Berniat ingin mencari rokok lainnya.

"Eh, eh! Berani ya lo sentuh gue!" timpal Gala tak terima.

Terpopuler

Comments

dimas naufal

dimas naufal

lingkungan sklah merokok

2023-04-01

0

Anis Arfita

Anis Arfita

ga jauh2 dari scandal ya

2023-03-27

0

Junifa

Junifa

nindy pinter tapi juga nakal ya

2023-03-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!