...༻⊠༺...
Reyan mengantar Arini pulang. Sekarang keduanya sedang berada dalam perjalanan.
"Lo sama Gala kenapa sih nggak pernah akur?" tanya Arini.
"Kami punya masalah di masa lalu," jawab Reyan sambil fokus menyetir.
"Di masa lalu? Apa lo dulu dan Gala dekat?" tebak Arini.
"Gimana ya jelasinnya. Pokoknya kami dulu berteman sejak kecil. Tapi karena suatu kejadian jadi beginilah sekarang," sahut Reyan.
"Ya udah deh gue nggak tanya lagi. Kayaknya lo lagi malas bahas tentang ini." Arini mencoba mengerti.
Bersamaan dengan itu, mobil mendadak berhenti. Reyan sontak panik. Terlebih mobilnya berhenti ketika di tengah jalan.
"Anjir! Gimana nih," keluh Reyan.
"Nggak bisa dinyalain lagi, Rey?" tanya Arini yang merasa ikut panik.
"Enggak," jawab Reyan sembari terus memutar kunci mobil berulang kali.
Di belakang, mobil lain terus membunyikan klakson. Arini lantas buru-buru keluar dan memberitahu semua mobil lain untuk lewat. Lalu mencari bantuan agar mobil Reyan bisa ditepikan.
Karena bantuan orang-orang di tempat sekitar, mobil Reyan bisa dibawa ke bengkel. Kini cowok itu sedang bersama Arini di sana. Keduanya duduk bersebelahan.
"Rin, lo kalau mau pulang duluan, pulang aja. Mau gue panggilkan taksi," tawar Reyan yang merasa tidak enak.
"Nggak usah, Rey. Gue temenin lo aja di sini. Lagian gue nggak punya kegiatan apa-apa kok sekarang," tolak Arini secara baik-baik.
"Yakin lo? Menunggu hal beginian itu ngebosenin loh," kata Reyan sambil menunjuk ke arah mobilnya yang tengah diperbaiki tukang bengkel.
"Enggak tuh." Arini membuang muka. Menutupi wajahnya yang memerah. Sebab alasan dia memilih tetap tinggal karena ingin berlama-lama bersama Reyan. Menurutnya sekarang adalah kesempatan bagus agar bisa lebih dekat dengan cowok tersebut.
Reyan sebenarnya juga senang dengan kehadiran Arini. Dia tidak menyangka masalah berat yang ada, bisa membuatnya jadi lebih dekat dengan Arini.
"Lo belum makan siang kan? Gimana sambil nunggu, kita makan siang di sana." Reyan menunjuk gerobak nasi goreng yang ada di seberang jalan.
"Boleh." Arini mengangguk setuju. Dia dan Reyan segera mendatangi tukang nasi goreng. Lalu memesan dua porsi.
"Lo nggak ada les hari ini?" tanya Arini.
"Ada sih. Tapi gue cancel karena harus urus masalah, ya lo tahu lah apa," jawab Reyan. Ia duduk saling berhadapan dengan Arini.
"Udah jangan dipikirin lagi deh. Gue beneran pusing kalau mikirin itu," ungkap Arini sambil memegang kepalanya sendiri. Kemudian menunjukkan ekspresi frustasi.
"Lo punya pacar, Rin?" Reyan memberanikan diri untuk bertanya.
Arini tertegun. Dia langsung menggeleng. "Enggak," jawabnya singkat.
"Bohong lo!" Reyan tak percaya.
"Idih! Sok tahu. Emang dari mana lo tahu gue bohong? Emang gue kelihatan kayak cewek yang punya pacar, gitu?" balas Arini.
"Iya. Lo kan cantik. Cewek cantik biasanya udah punya pacar," ucap Reyan.
Arini sempat terkesiap. Dia senang Reyan memujinya. Cowok itu terlihat agak malu setelah melontarkan pujian tersebut. Namun Reyan berusaha bersikap normal sebisa mungkin.
"Terus lo? Gue yakin lo udah punya pacar," imbuh Arini.
"Iya, emang," sahut Reyan sembari melipat tangan di depan dada. Dia tampak meyakinkan.
Deg!
Jantung Arini berdebam keras. Dia merasa kecewa mendengar pengakuan Reyan. Apakah dirinya selama ini salah paham? Mengira cowok setampan Reyan tertarik kepadanya?
Reyan tergelak. "Pacar gue banyak, Rin. Matematika, Fisika, Biologi, dan banyak lagi. Tapi gue bisa handle mereka dengan baik," ungkapnya. Membuat Arini seketika merasa lega. Cewek itu memutar bola mata sebal.
"Ternyata begitu ya pola pikir orang jenius. Sampai mata pelajaran aja dianggap pacar," tukas Arini.
"Mau gimana lagi. Gue sekarang memang pengen fokus belajar," kata Reyan. Bertepatan dengan itu, nasi goreng pesanannya dan Arini datang.
Arini menunjukkan raut wajah datar. Entah kenapa dia merasa sedih mendengar pengakuan Reyan yang ingin fokus belajar. Itu artinya Arini tidak memiliki kesempatan untuk bisa menjadi pacar cowok tersebut.
"Ayo makan, Rin!" ajak Reyan. Dia segera menyantap nasi gorengnya. Begitu pun Arini.
...***...
Senja sudah berubah jadi malam. Berbeda dari Reyan dan Arini yang bermain aman, Nindy dan Gala sedang berada di kamar. Mereka lagi-lagi menonton video dewasa bersama.
"Lo nggak pernah penasaran pengen coba?" celetuk Gala. Dia menjadikan kedua tangannya yang terlipat sebagai bantal.
Nindy menatap Gala. "Gue tahu arah bicara lo itu kemana," ujarnya.
"Lo kalau mau coba begituan kenapa nggak sewa kupu-kupu malam aja," usul Nindy yang kembali fokus ke arah televisi.
"Ck, sensasinya beda lah. Lagian gue nggak terlalu suka sama wanita tua. Apalagi yang udah mahir begituan," ucap Gala.
"Kenapa?" Nindy penasaran.
Gala tergelak sejenak. Dia telentang miring menghadap Nindy. Lalu berbisik, "Lubangnya kendor..."
"Anjir!" umpat Nindy. Meskipun begitu, dia tertawa bersama Gala.
"Emang udah berapa kali lo coba begituan?" tanya Nindy.
"Nggak pernah," jawab Gala.
"Lah. Terus dari mana lo tahu kalau punya wanita yang sering begituan anunya kendor?" Nindy menuntut penjelasan.
"Gue emang belum pernah begituan. Tapi gue pernah menyentuhnya dengan tangan. Gue bisa bandingin gimana rasanya punya lo sama wanita itu," jelas Gala.
Nindy reflek memegang alat vitalnya. "Kurang ajar lo!" cibirnya.
"Mau coba? Gue kasih uang banyak gimana?" tawar Gala.
"Lo enak cowok! Gue cewek, kalau hamil kan gue yang nanggung resikonya," kata Nindy.
"Ngapain ngomong gender segala coba. Kita kan bisa pakai pengaman. Gue juga udah beli kemarin," ujar Gala. Dia beradu tatapan dengan Nindy. Cewek itu sontak berpaling. Dirinya merasa harus bisa mendapat keuntungan.
"Gue mau. Tapi kalau lo bayar gue lima puluh juta," imbuh Nindy.
Gala malah memecahkan tawa. Hal itu membuat Nindy terheran.
"Kenapa lo ketawa?" selidik Nindy. Saat itulah dia berpikir kalau jumlah uang yang disebutkannya masih terbilang kecil untuk Gala.
"Kekecilan ya? Ya udah, seratus juta. Baru gue setuju buat begituan!" Nindy merubah jumlah uangnya.
Gala lantas berhenti tertawa. "Oke, deal!" ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Lo santai amat. Padahal baru dapat sabu di dalam tas," cetus Nindy.
"Lo bisa nggak bahas masalah itu? Mending lo buka semua pakaian lo sekarang!" titah Gala mendesak.
"Gue akan lepas baju kalau lo juga. Nggak adil kalau cuman gue," balas Nindy.
Gala menarik sudut bibirnya ke atas. Dia berdiri. Kemudian melepas pakaian satu per satu. Sampai tidak menyisakan satu helai pun benang.
Pupil mata Nindy membesar. Dia buru-buru membuang muka dengan wajah yang memerah padam.
"Kenapa lo malu begitu? Sekarang giliran lo!" ujar Gala.
"Uangnya nggak lo transfer dulu?" Nindy memastikan.
Gala mengambil ponsel. Ia langsung mentransfer uang untuk Nindy sebesar seratus juta. Sebenarnya itu jumlah kecil bagi Gala.
Nindy kaget saat Gala tidak main-main. Dia sekarang tak punya pilihan selain melepas pakaian seperti Gala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
dimas naufal
nindy lupa sm reyan
2023-04-13
1
listia_putu
wihhh 100jt, sultan bner si gala ...
gmn tuh? jadi gak sih gala nindy ena2.... ???? lnjuuttt....
2023-04-13
1
listia_putu
bnyk bner itu pcrnya si reyan🤣🤣🤣🤣
2023-04-13
1