...༻⊠༺...
"Lo juga tiba-tiba nemu benda itu dalam tas?" tanya Reyan. Dia dan Arini sudah berada di belakang sekolah. Membahas perihal obat-obatan terlarang yang didapat mereka.
Arini mengangguk. "Emang lo juga?" tanyanya memastikan.
"Iya! Gue baru nemu kemarin," jawab Reyan.
"Gue juga. Kalau begini, mungkin kita bisa lapor polisi," usul Arini. Dia tentu tidak mau berurusan dengan barang terlarang terlalu lama.
"Jangan! Masih bahaya. Gue takut justru kita dianggap sekongkol. Mungkin kita harus cari tahu dulu. Bisa jadi kan ada orang lain yang dapat juga selain kita," cetus Reyan.
"Benar juga sih..." Arini setuju. Wajahnya tampak gelisah.
"Udah... Lo nggak sendiri sekarang." Reyan mencoba menenangkan Arini. Padahal dia sama cemasnya seperti cewek itu.
"Thanks." Arini tersenyum tipis. "Jadi gimana kita cari tahunya?" sambungnya.
"Mungkin kita harus tanya. Atau periksa tas mereka," imbuh Reyan.
"Sekarang?" tanya Arini.
"Istirahat pertama aja. Nanti kita lakukan sama-sama. Tapi lo bisa cari tahu dulu sama orang-orang yang ada di kelas lo. Terutama Gala. Gue curiga kalau dia pelakunya," balas Reyan yang langsung direspon Arini dengan anggukan.
Arini sendiri satu kelas dengan Gala. Jadi dia bisa bertanya pada cowok itu.
Gala sekarang duduk bersama dua teman akrabnya. Mereka tidak lain adalah Sandika dan Ferry.
"Sorry ganggu kalian. Gue boleh tanya nggak?" ujar Arini yang berjalan menghampiri Gala dan teman-temannya.
"Tumben lo mau bicara sama kita," sahut Gala.
Arini tersenyum kecut. "Terpaksa," jawabnya.
"Lo mau tanya apa? Pacar? Kalau itu sih cuman Gala yang punya," ucap Ferry menggoda.
"Ah! Kalian sok tahu. Gue nggak punya pacar kali!" bantah Gala. Bila menemukan cewek cantik yang mendekat, pasti dia embat.
"Iya, pacar menetap!" sahut Sandika. Lalu tergelak bersama Ferry.
"Gue nggak mau tanya tentang itu. Tapi isi tas kalian. Apa kalian tiba-tiba menemukan barang aneh kemarin?" tanya Arini.
"Barang aneh?" Sandika dan Ferry heran. Namun tidak untuk Gala, dia justru memikirkan serbuk putih terlarang yang dibawa Reyan kemarin padanya.
"Barang aneh apaan sih?" Gala menuntut penjelasan. Berlagak tidak tahu.
"Pokoknya barang yang bukan milik kalian," jelas Arini.
"Lo nuduh kita nyuri?" tanggap Ferry.
"Enggak. Bukan gitu. Gue... Ya udah, lupain aja." Arini menyerah. Dia buru-buru kembali ke tempat duduk. Dari pembicaraannya dengan Gala, Ferry, dan Sandia tadi, Arini tahu bahwa mereka tidak mengalami hal serupa.
...***...
Satu jam sebelum istirahat pertama, guru mendadak menyuruh semua murid berkumpul di lapangan. Dalam sekejap seluruh murid keluar dari kelas. Saat itulah Reyan merasa mendapat kesempatan emas untuk mencari tahu.
Reyan mendatangi barisan kelas Arini. Kedatangannya tentu menarik perhatian banyak orang. Apalagi para siswi.
"Rey, cari gue ya?" tegur seorang siswi.
"Lo kenapa masuk barisan sini?" Siswi lain ikut bertanya.
"Arini mana?" tanya Reyan.
"Oh cari Arini." Teman sekelas Arini lantas memanggilkan cewek yang dicari Reyan.
Bersamaan dengan itu, Gala juga menyadari kehadiran Reyan. Keduanya sempat bertukar pandang. Saling curiga satu sama lain.
Reyan memilih mengabaikan Gala. Terutama saat Arini sudah mendatanginya.
"Ikut gue!" Reyan menarik tangan Arini. Mereka pergi meninggalkan lapangan.
"Mereka pacaran ya?"
"Cocok sih. Arini kan cantik."
"Tapi gue nggak rela. Arini kan bodoh."
"Hush! Sok pintar lo."
Para siswi yang melihat kepergian Reyan dan Arini langsung ribut. Sebagai cowok idola, tentu banyak yang cemas menyaksikan Reyan dekat dengan cewek.
Setelah membicarakan Reyan, para siswi itu saling menyenggol. Kini mereka melirik Gala.
"Kalau Reyan sudah sold out, kita kan masih punya Gala."
"Tapi dia playboy."
"Nggak apa-apa. Yang penting ganteng. Kalau playboy berarti dia belum nemu cewek yang bisa bikin dia jatuh cinta kan?"
Para siswi itu kembali saling berbisik. Gala sendiri bisa mendengarnya dengan jelas. Dia hanya tersenyum miring.
Reyan membawa Arini ke salah satu kelas. Kebetulan semua kelas kosong sekarang.
"Ini kesempatan kita!" cetus Reyan.
"Maksudnya kita akan periksa semua tas semua orang sekarang?" tebak Arini.
"Ayo!" Reyan mengiyakan. Dia dan Arini beraksi dengan cepat. Mereka juga bisa memeriksa dengan leluasa karena keadaan CCTV yang rusak.
Usai memeriksa banyak tas di satu kelas, Reyan dan Arini meneruskan ke kelas lain. Itu terus berlanjut sampai mereka berhasil memeriksa tas semua orang.
Di lapangan, Pak Ginanjar selaku kepala sekolah memberikan pengumuman. Memberitahu bahwa pemilihan ketua osis akan segera dilakukan.
"Kita akan pilih kandidatnya bersama-sama, oke?" ujar Pak Ginanjar yang langsung disetujui oleh semua orang.
Nama Reyan tentu menjadi yang pertama disebutkan. Namun cowok itu sekarang sibuk memeriksa tas orang-orang bersama Arini.
"Reyan? Tolong maju ke depan. Apa dia nggak sekolah?" tanya Pak Ginanjar.
"Reyannya pacaran, Pak!" seru para siswi yang melihat kepergian Reyan dan Arini.
"Pacaran?" Pak Ginanjar mengerutkan dahi. Dia segera menatap rekan-rekan gurunya yang lain.
"Biar aku yang cari Reyan!" Bu Ayu selaku guru BK menawarkan diri.
"Aku akan bantu, Bu." Pak Anwar ikut membantu. Dia adalah guru agama islam di sekolah tersebut. Pak Anwar dan Bu Ayu lantas mencari Reyan.
"Selagi kita menunggu Reyan, kalian bisa sebut kandidat calon ketua osis yang pantas selanjutnya," kata Pak Ginanjar.
"Pasti lo, Ga!" ujar Sandika yakin.
"Gue juga yakin pasti Gala. Lo kan sama Reyan kayak terikat gitu." Ferry sependapat dengan Sandika.
"Baguslah. Senang gue kalau bisa saingan sama Reyan. Gue akan kalahin dia," tanggap Gala percaya diri.
Benar saja, nama Gala menjadi yang paling banyak diserukan selanjutnya. Cowok itu sontak dipersilahkan maju.
Gala melangkah dengan percaya diri. Di iringi dengan sorakan heboh dari semua pendukungnya.
Di sisi lain, Reyan dan Arini masih sibuk membuka tas orang-orang. Untungnya mereka sudah berada di kelas terakhir. Akan tetapi hingga sekarang Reyan dan Arini tidak menemukan satu pun barang terlarang.
Reyan dan Arini melakukan pencarian dengan tergesa-gesa. Mereka memang dikejar waktu. Mengingat keduanya tidak tahu semua orang akan berapa lama berada di lapangan.
Karena berdesakan, Reyan tak sengaja jatuh tersandung meja. Dia hampir terjerembab ke lantai. Cowok itu buru-buru berdiri karena mendengar suara aneh dari celananya.
Srak!
Akibat menahan diri untuk tidak jatuh, Reyan membuka lebar dua kakinya. Hal tersebut menyebabkan bagian celana depannya sobek.
"Sial!" rutuk Reyan.
"Reyan!" Arini buru-buru menghampiri. Memastikan keadaan Reyan. "Lo nggak apa-apa?" tanyanya.
"Celana gue kayaknya sobek. Gila banget!" ungkap Reyan sembari memegangi area celananya yang sobek.
"Mungkin gue bisa bantu!" Arini mengeluarkan peniti dari saku roknya. "Gue selalu bawa ini sebagai persediaan payung sebelum hujan. Soalnya benda ini berguna banget. Apalagi pas kancing baju nggak sengaja lepas, atau masalah yang lo hadapi sekarang," tambahnya.
"Emang bisa benda itu ngurus celana sobek gue?" Reyan meragu. Dia dalam keadaan berdiri sambil menatap Arini.
"Lo mau gue coba dulu?" tawar Arini. Dia berjongkok ke hadapan Reyan.
"Ya sudah. Nggak apa-apa sementara. Gue kan juga perlu jalan buat ke koperasi sekolah." Reyan setuju. Dia membiarkan Arini mengurus celananya.
"Pegang bagian mana. Gue takut nanti ketusuk senjata lo lagi," ujar Arini.
"Kalau ketusuk ambyarlah gue," sahut Reyan. Dia terkekeh bersama Arini. Lalu memegangi bagian yang harus dipeniti oleh cewek itu. Secara alami keduanya mulai akrab.
"Sobekannya nggak terlalu besar," komentar Arini yang sudah mengaitkan peniti di bagian celana sobek Reyan.
"Bagus deh," tanggap Reyan.
Bertepatan dengan itu, Pak Anwar memeriksa kelas dimana Reyan dan Arini berada. Dia sukses memergoki kedua murid itu.
"Astagfirullah... Apa yang kalian lakukan?!" timpal Pak Anwar dengan keadaan mata melotot. Dia mengira Reyan dan Arini melakukan hal tidak senonoh. Sebab Arini berjongkok tepat di depan bagian bawah perut Reyan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Starry💫
hahahahaaa
2025-03-22
0
Anis Arfita
wkwkwkw....
2023-04-08
0
Whila Abigail
na aku suka cover yg ini Thor,kayax pas bgt😍
2023-04-08
1