Bastian keluar dari hotel dengan linglung. Bastian merasa dirinya seolah-olah sedang bermimpi tadi.
Kenapa Andre bisa mendapatkan satu miliar dalam sekejap?
Namun, Bastian tidak melupakan janjinya pada Andre.
Bastian menyuruh seseorang menyelidiki perusahaan tempat Jessy melamar pekerjaan. Kemudian, Bastian meminta perusahaan itu merekrut Jessy.
Andre akan menghubungi Bastian sebelum bertemu dengan Dimas besok malam. Bastian harus kembali ke kantor polisi untuk bersiap-siap.
Bastian tidak akan membiarkan Dimas kabur lagi kali ini!
Di Desain Selaras.
Di ruangan rapat.
Jessy memegang riwayat hidupnya dan memandang pewawancara di hadapannya dengan sedikit cemas.
Jessy tidak pernah melamar pekerjaan setelah tamat kuliah. Dalam enam tahun terakhir, ini adalah pertama kalinya Jessy datang melamar pekerjaan sambil membawa riwayat hidup.
Pewawancara di hadapan Jessy adalah seorang wanita paruh baya yang memakai kacamata.
Wanita ini membaca riwayat hidup Jessy.
"Kamu hanya pernah melamar pekerjaan di satu perusahaan setelah tamat kuliah. Selain itu, pada empat tahun yang lalu, kamu mengundurkan diri dari tempat kerja sebelumnya. Apa kamu menjadi ibu rumah tangga selama empat tahun ini?"
Jessy mengangguk dengan malu.
"...iya, saya mengasuh anak di rumah selama ini...."
"Saya kadang-kadang bekerja paruh waktu di supermarket dan restoran, tapi saya tidak pernah punya pekerjaan tetap."
Wanita paruh baya itu tertawa dengan dingin, lalu melemparkan riwayat hidup Jessy ke dekat kaki Jessy.
"Menurutmu seorang ibu rumah tangga mampu menjadi desainer di Desain Selaras?"
"Bu Jessy, kamu terlalu tidak tahu diri!"
"Saya akan berterus terang denganmu. Kamu tidak punya apa-apa selain ijazah kuliah. Kamu tidak punya pengalaman kerja sama sekali. Selain itu, kamu sudah berumur. Kamu tidak cocok dengan budaya perusahaan kami."
"Menurut saya, kamu sebaiknya pergi ke supermarket yang ada di dekat sini saja. Mereka sedang merekrut pegawai untuk mengangkut barang. Kamu boleh mencoba melamar pekerjaan di sana."
Wanita paruh baya itu menaikkan kacamata. Dilihat dari tatapannya, dia jelas sangat meremehkan Jessy.
Wanita paruh baya itu berpikir, 'Wanita ini tidak bekerja setelah tamat kuliah. Dia hanya mengasuh anak di rumah selama enam tahun. Hal ini wajar kalau dia menikah dengan orang kaya."
'Akan tetapi, dia malah bekerja paruh waktu di supermarket dan restoran. Orang seperti ini kemungkinan besar bermasalah....'
Jessy tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa sangat sedih, tapi dia tidak dapat menceritakan apa yang terjadi padanya. Jessy pernah punya pekerjaan yang bagus setelah tamat kuliah.
Namun, setelah rekan-rekan kerja Jessy tahu tentang perbuatan Andre, Jessy merasa malu untuk terus bekerja di perusahaan itu.
Akhirnya, Jessy berhenti bekerja dan mengurus Feli di rumah. Saat Jessy punya waktu luang, dia akan bekerja di supermarket dan restoran yang ada di sekitar.
Jessy berpikir, 'Apa salahku?'
"Kalau bukan karena Andre, aku bisa memiliki hidup yang lebih baik!'
Namun, Jessy bahkan tidak bisa menemukan pekerjaan sekarang. Ini bukan pertama kali Jessy ditolak. Ada beberapa perusahaan yang langsung menolaknya tanpa melihat riwayat hidupnya.
Jessy mulai curiga, apakah dirinya benar-benar bisa menemukan pekerjaan?
Jessy berusaha menahan air mata, lalu membungkuk untuk memungut riwayat hidup yang ada di lantai. Jessy tidak punya banyak uang. Riwayat hidup Jessy ada tiga lembar, berarti butuh enam ribu untuk mencetak riwayat hidup ini.
Jessy harus berhemat sebisa mungkin....
Wanita paruh baya itu tertawa dingin. "Kamu benar-benar pelit. Orang sepertimu tidak akan bisa bekerja di Desain Selaras, kecuali presdir kami buta."
Jessy menundukkan kepala. Dia tidak berani mendongakkan kepala. Jessy berjalan ke arah pintu ruangan rapat. Dia takut orang lain bisa melihat air mata yang menggenang di matanya.
Jessy membuka pintu. Berhubung Jessy tidak melihat apakah ada orang di luar, Jessy tidak sengaja menabrak seorang pria.
"Maaf, maaf...."
Jessy menyeka air mata dan terus membungkuk untuk meminta maaf pada pria ini.
Pria yang mengenakan jas ini melirik Jessy sekilas dengan tatapan kesal. Sekretaris yang berdiri di belakang pria ini mengerutkan kening dan tampak marah.
"Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menabrak Pak Hendi Susanto!"
"Kenapa orang sepertimu berani datang melamar pekerjaan di Desain Selaras?"
"Cepat pergi!"
Sekretaris ini sebenarnya tidak berkuasa, tapi dia terus memarahi Jessy. Pak Hendi yang ada di depan tidak memandang Jessy sama sekali. Pak Hendi langsung masuk ke ruangan rapat.
"Semuanya, perhatikan, seorang wanita bernama Jessy Irawan akan datang melamar pekerjaan hari ini. Kalian harus merekrut wanita ini!"
"Barangsiapa yang melaksanakan tugas ini dengan baik akan mendapatkan bonus sejumlah dua juta!"
Mata para pewawancara langsung menjadi berbinar-binar setelah mendengar ucapan Pak Hendi.
Bonus sejumlah dua juta setara dengan gaji mereka
selama satu minggu. Bonus ini sangat menggiurkan.
Akan tetapi, mengapa nama wanita yang Pak Hendi sebutkan tadi terdengar tidak asing?
"Pa... Pak Hendi...."
Wanita paruh baya itu mendadak berhenti tersenyum. Dia segera beranjak berdiri.
Pak Hendi mengerutkan kening.
"Kenapa kamu begitu menggebu-gebu? Desain Selaras adalah salah satu perusahaan terbesar di Kota Surawa.
Kamu adalah wakil ketua departemen personalia, kenapa kamu begitu ceroboh!"
Wanita paruh baya itu buru-buru melambaikan tangan.
"Bu... bukan, Pak Hendi, Anda mengusir wanita yang Anda sebutkan barusan...."
Pak Hendi tertegun.
Bastian baru saja meneleponnya. Bastian mengatakan seorang wanita bernama Jessy kemungkinan akan melamar pekerjaan di Desain Selaras sore ini.
Tak peduli bagaimanapun, wanita ini harus direkrut. Anggap saja Bastian berutang budi pada Pak Hendi!
Bastian bukan orang biasa. Ayah Bastian adalah William. Selain itu, murid kesayangan William adalah Martin, orang terkaya di Kota Surawa.
Pak Hendi tidak menyangka dirinya malah mengusir orang yang seharusnya direkrut!
"Jangan melamun, cepat pergi kejar Bu Jessy!"
Pak Hendi menepuk paha. Sekretaris Pak Hendi mengangguk, lalu buru-buru berlari keluar dari ruangan rapat untuk mencari Jessy.
Sekretaris Pak Hendi akhirnya menemukan Jessy di depan elevator.
"Bu Jessy, Bu Jessy, maaf, saya tidak mengenali Anda tadi!"
"Jangan pergi dulu, Pak Hendi ingin bertemu dengan Anda. Silakan, ayo ikuti saya!"
Sekretaris Pak Hendi sangat panik. Dia berlari hingga napasnya terengah-engah. Untunglah dirinya berhasil menghentikan Jessy. Sekretaris itu menghela napas lega.
Jessy kembali ke ruangan rapat bersama sekretaris. Pak Hendi tersenyum dengan ramah. Wanita paruh baya yang awalnya mempersulit Jessy juga bersikap sopan.
Jessy menandatangani kontrak kerja, lalu mendapatkan gaji dua bulan meskipun belum mulai bekerja. Kemudian, Jessy keluar dari bangunan Desain Selaras. Jessy masih tidak percaya bahwa dirinya bukan sedang bermimpi.
'Aku berhasil mendapatkan pekerjaan?" pikir Jessy.
Jessy akan mendapatkan gaji delapan juta per bulan!
Gaji dua bulan adalah enam belas juta. Jessy mendapatkan enam belas juta sebelum mulai bekerja!
Namun, saat Jessy memandang lembaran uang berwarna merah di hadapannya, Jessy tidak merasa gembira.
Jessy memang telah mendapatkan pekerjaan, tapi Jessy penasaran tentang apa yang sedang Andre lakukan sekarang.
Andre berutang enam ratus juta pada Dimas. Andre mana mungkin bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam tiga hari?
Jessy berpikir, 'Bagaimana kalau aku meminjamkan enam belas juta ini pada Andre dulu?"
Jessy berpikir sambil berdiri di luar perusahaan. Tiba-tiba, Jessy merasa apa yang dia pikirkan sangat mengerikan.
Jessy telah membulatkan tekad untuk cerai dan putus hubungan dengan Andre. Akan tetapi, entah mengapa, Jessy selalu bermimpi tentang Andre beberapa hari ini.
Jessy merasa Andre sudah berubah. Andre yang sekarang berbeda dengan dulu, tapi Jessy tidak dapat menjelaskan apa perbedaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ Qian Kᵝ⃟ᴸ
hm
2023-03-23
1